Leon salah satu pewaris perusahaan terbesar di Eropa. Bertemu dengan Pamela gadis sederhana yang berkerja sebagai pelayan bar. Leon menikahi Pamela karena ingin membuat mantan kekasihnya cemburu akibat meninggalkannya pergi bersama seorang pengusaha muda pesaingnya. Pamela menerima tawaran yang diberikan oleh Leon, ia pun memanfaatkan situasi untuk menukarnya dengan uang yang akan digunakan sebagai biaya pengobatan neneknya.
Sejak awal menikah Pamela tidak pernah mendapat simpatik, kasih sayang bahkan cinta dari Leon. Pria itu pergi pagi dan pulang malam hari, Leon hanya menjadikannya wanita pelampiasan. Pamela yang memang memiliki perasaan pada Leon memilih bertahan di satu sisi ia memerlukan uang Leon untuk pengobatan neneknya, batin serta raganya kerap menangis di saat suaminya tidak ada di rumah
Simak kelanjutannya dalam Novel
Penyesalan Suami : Forgive Me My Wife
Selamat Membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 - MENGHAPUS JEJAK
BAB 10
Pamela bangun dan memunguti uang yang tercecer di atas ranjang dan lantai.
“Hitung”, perintah Leon
“A-apa tuan?”
“Kau itu memang sakit Pamela, telingamu bermasalah”, ejek Leon, kerap kali mengulang perintahnya pada Pamela.
Leon berdiri di depan Pamela yang berjongkok, “Aku bilang hitung”.
“Iya tuan aku akan menghitungnya”, Pamela melakukan apa yang diinginkan suami kejamnya itu sembari menahan sesak di dada.
Memang dirinya tidak menampik sangat memerlukan uang Leon tetapi tidak menyangka jika pada akhirnya menjadikan ia sebagai wanita murahan penghangat ranjang.
“Mungkin lebih baik aku mengemis saja, tidak ada bedanya seperti sekarang”, batinnya.
“Leon seandainya kamu tahu alasanku menerima semua uang ini, apa sikap mu masih sama ?”, Pamela memegang dadanya yang terasa nyeri.
“Kenapa? Kau mau bilang sakit hati?”, tanya Leon masih terus mengamati dan mendengarkan istrinya menghitung uang dengan lantang.
“IYA”, kata hati Pamela.
“T-tidak tuan”, ucapnya di bibir.
“Bagus, seorang ja**** sepertimu tidak diperkenankan sakit hati”, Leon menunduk mendekati sang istri dan menarik dagu Pamela cukup kuat dengan jemarinya, “Paham?”, bisiknya membuat Pamela seketika merinding ngeri.
Leon tertawa sinis menyaksikan wanita yang baru saja menghangatkan ranjangnya mengambil uang selembar demi selembar dalam keadaan tubuh polos.
“Kalian semua sama”, pikir Leon, melihat istrinya serupa dengan Megan yang rela meninggalkannya hanya demi kekuasaan dan uang. Mungkin Dylan juga melakukan hal serupa terhadap Megan, memberi uang hanya karena ingin model cantik dan seksi itu menghangatkan ranjangnya.
Leon mengulurkan tangan pada Pamela, “BANGUN”, bentaknya. Lalu menarik sang istri dalam pelukan memberi belaian pada punggung dan beralih ke pipi, “Dimana pria bejat itu menyentuhmu, hem?”
“Dimana?, katakan padaku ! “, pinta Leon begitu datar dan dingin.
“Ini, tuan sini, dan sini”, Pamela menunjuk pipi, tulang selangka dan tangannya.
Leon menciumi kedua pipi, bibir ranum hingga memberi tanda kemerahan di bagian tulang selangka Pamela menghapus jejak sentuhan Dylan. Ia amati tubuh polos wanita di depannya, tampak ringkih dan kurus dari pertama kali keduanya bertemu dan menikmati malam pertama usai pernikahan.
“Apa kau tidak makan dengan baik?”, tanya Leon seakan sangat memperhatikan wanitanya.
“Bagaimana tuan?”, Pamela mendongak lalu menurunkan pandangannya.
“Aku tidak suka istriku terlalu kurus seperti ini”, membelai bagian yang tak tertutupi penyangga di bagian luarnya.
“Ah”, pekik Pamela tersentak dengan tangan Leon yang telah merambat kemana-mana.
“Apa aku tidak memberimu makan dengan baik?”, Leon masih tetap memperhatikan istrinya yang menciut takut.
Pamela takut Leon mengulangi penyatuan di saat bagian intinya masih sakit dan ngilu, ia tak kuasa menahan dan membatah Leon. Ia juga tak ingin sakit atau mungkin kehilangan nyawa karena hal konyol.
“Anda sangat murah hati Tuan Leon. Makanan yang anda berikan sangat cukup, aku menyukainya”, cicit Pamela.
Leon menyesap bibir tipis yang sedari tadi menjawab pertanyaannya, tidak bukan karena marah pada Pamela yang selalu menjawab tetapi pria itu hanya menikmati aset yang telah dibayar mahal. Dengan lembut Leon memagut bibir ranum Pamela yang tanpa sadar membuatnya candu. Rasa manis dan berbeda ia dapatkan dari istrinya ini.
Menyunggingkan senyum sinis di wajah, Leon menghapus jejak basah pada bibir Pamela. “Balas ciumanku”, ucap Leon.
“I-ya tuan?”
“Ciumlah”, tunjuk Leon pada bibirnya dengan dagu yang terangkat.
“Cium? Bagaimana bisa? Tubuhnya sangat tinggi belum lagi dia mengangkat dagunya, semakin tinggi dan sulit. Lagi pula bagaimana bisa aku menciumnya seperti itu? Apa yang akan dilakukannya sekarang padaku?”, hati Pamela bertanya.
“Cepat lah, kau itu sangat bodoh tidak mengerti apa yang aku perintahkan, hah?”
“I-iya tuan”, Pamela berjinjit namun tetap kesulitan meraih bibir berbisa suaminya.
“Pendek”, ejek Leon.
“Iya aku tahu pendek, untuk apa memintaku mencium mu? Huh”, keluh gadis berambut coklat ini di dalam hatinya. “Aku memang tidak setinggi model cantik mantan kekasih anda”, ucap Pamela yang pelan di bibir, ia merasa panas dan sakit saat Leon terang-terangan mencium wanita itu.
“Ah”, Pamela terkejut Leon mengangkat tubuhnya dan menggendong ala koala, tangan kekarnya sangat bisa dirasakan oleh Pamela.
“Apa kau tidak ingin menghapus jejak mantan kekasihku?”, goda Leon.
“Hah?, m-mau tuan, m-mau”, Pamela mengangguk dan mulai mencium bibir suaminya. Hanya sebatas menempel tidak lebih namun Leon menahan tengkuk Pamela hanya dengan satu tangan dan menciumi liar bibir wanitanya hingga suara d-e-sa-han lolos.
Merebahkan sang istri di atas ranjang dan memeluknya dari belakang, Leon yang ingin melakukan penyatuan mengurungkan niatnya setelah ingat tangis sang istri yang begitu menyakitkan. Ia juga masih memiliki titik kebaikan hati, tidak mengulang penyatuan untuk hari ini, hanya ingin menikmati sentuhan dan hangatnya tubuh Pamela.
“Huh, syukurlah, tidak jadi menyentuhku”, lega Pamela. Sungguh ia ingin berterima kasih pada suaminya ini, karena memang bagian bawahnya masih terasa sakit bahkan jalan pun mungkin harus berpegangan pada sesuatu.
Saat Leon tengah menikmati kehalusan kulit punggung Pamela, menyesap lembut memberi efek geli dan merinding bagi Pamela. Tiba-tiba gawai di atas meja berdering mengalihkan fokusnya.
“Sial, siapa yang menghubungi malam-malam seperti ini”, kesal Leon merasa diganggu dari kegiatannya.
“APA?”
“Hem, tunggu lah aku segera tiba. Tidak perlu mengirim supir atau mata-mata”
Setelah Leon menerima telepon itu, dirinya pun segera membersihkan diri, melupakan Pamela yang masih diam di atas ranjang kamar suaminya.
Penampilan Leon sangatlah rapi, ia juga menggunakan parfum mahalnya, Pamela sudah menghapal setiap aroma parfum suaminya. Leon keluar dari penthouse tanpa kata pada istrinya yang hanya bisa menatap tak kuasa bertanya.
“Apa mungkin kamu akan menemui mantan kekasihmu itu Leon?”, lirih Pamela yang menangis ditengah sunyinya malam. Ditinggal begitu saja usai pria itu mendapat kepuasaan, benar-benar menambah luka baginya.
...TBC...
../Good/
juga kelahiran putera ke dua Pamela dan Leon dilanjutin thor ditunggu juga karyamu yang lain semangat