Jenna tak berani menolak aturan Opa Damash, sang Kakek. seorang Purnawiran prajurit hebat di masanya. Apalagi setelah beliau berhasil menikahlah Karolina Anita sang cucu dengan anak salah satu kolega bisnisnya .
Sampai Jenna secara tak sengaja kalau pria yang dijodohkan ya itu hanyalah lelaki pengundang. Dapatkah dia mencari bukti dan meyakinkan si Opa yang sangat berkuasa itu di keluarga Damash.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atin Supriyatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Acara untuk Karolina
Jenna membaca urutan acara yang dikirim Tante Amanda untuk nujuh bulan kehamilan Karolina. Jenna tak habis pikir, selalu saja keluarga Damash menyelenggarakan sebuah pesta! Tak peduli walau acara itu hanya sederhana atau skala kecil pun tetap mengeluarkan duit yang nominalnya adalah jutaan.
Selalu anggota keluarga Damash itu mengutamakan nama besar Opa. Artinya harus memberikan yang terbaik untuk menjamu para tamu undangan
Bagi Jenna justru keluarga dari sang Mama lebih akrab, kompak dan sederhana. Rata-rata keluarga Dokter Arunika Fitri juga berkarier di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sang Kakek, Harun Yahya, juga dokter terkenal di masanya. Ketiga anaknya semua mengikuti jejaknya menjadi dokter, termasuk Arunika Jelita, si mamanya Jenna. Wanita itu adalah putri sulung yang berkarier sebagai dokter yang mendalami kesehatan anak.
Bagi keluarga Harun Yahya dapat berkumpul dengan semua anggota keluarga adalah satu kesempatan yang sangat penting. Sebab mereka semua orang sibuk.
Om John Sagara Yahya saja yang terjun di bisnis membuat produk skin care dan beberapa produk make up kekinian dengan menggunakan nama istrinya Vina Amasya, yang juga berprofesi sebagai dokter ahli kulit dan perawatan kecantikan.
Sayangnya kedua kakak Jenna lebih menikmati dunia berbisnis. Mereka lebih nyaman mengikuti jejak sang ayah yang memimpin sebuah usaha di bidang jasa dan sewa gudang. Usaha itu juga terus merambah ke berbagai bidang. Sampai mendirikan pabrik yang memproduksi berbagai obat- obat dan kosmetik.
" Kamu datang sendiri kan?" Tanya Mamanya agak sangsi. Maklum acara tersebut diselenggarakan pada hari kerja, yaitu Kamis. Padahal di hari itu Ibu Arunika harus praktek di sebuah rumah sakit pemerintahan.
" Sendiri, Ma. Tetapi acara ini sudah akurat belum? Ganti- ganti Mulu! " Omel Jenna panjang lebar.
Begitulah, acara tujuh bulanan ini menjadi jatah dari mertua Karolina untuk mengadakannya. Padahal dulu, walaupun keluarga Damash yang mengatur acara pesta pernikahan Karolina, justru tamu dari kalangan mertuanya yang paling banyak hadir. Mungkin separuh dari warga Kota Hujan itu hadir semua di acara tersebut, yang diadakan di sebuah ballroom sebuah hotel berbintang lima di kawasan Jakarta Pusat.
" Kalau hari kerja, Mama titip kado saja untuk Karolina. Mama harus buat banyak laporan ini." Itu alasan yang dibuat dokter Arunika Fitri yang agak kurang nyaman berada di lingkungan keluarga Farhan.
" Nggak usah titip, Ma! Dibeliin aja perlengkapan buat bayinya nanti!" usul Pak Fery.
"Papa juga nggak dateng , gitu?" tantang Jenna .
" Ya enggak, lah. Datang ke sana nggak sama Mamamu. Nanti dipikir Papa Duren, lagi !"
" Asyik, nih! " ledek Jenna.
Eh, mata indah Ibu Arunika Fitri mulai melotot. Hii, serem! Tampaknya ayah dan anak ini mencoba mencemooh dirinya saja. Mentang-mentang Si Jenna anak perempuan satu- satunya di keluarga ini, juga bungsu lagi! Selalu dimanja dan segala kemauannya diikuti! Nggak suaminya, juga bapak mertua yang selalu membela Jenna!
" Emang mama tahu arti duren?" kembali Jenna meledek pada pasangan suami istri itu, semakin tua tapi semakin mesra aja.
Justru, Jenna yang kena cubit karena kekesalan mamanya."Jangan bilang Mama kolot dan ketinggalan zaman, bestie!"
Waduh, si Mama juga tahu bahasa gaul anak muda yang kekinian. "Mungkin Papa bukan duren kali,Ma. Tapi melon! " kata Jenna sambil melarikan dirinya ke kamarnya di lantai dua.
" Jenna, apa singkatan dari melon, heh!" ujar sang Mama tambah sewot. Karena PR untuknya jadi bertambah.
" Cari sendiri, Mah! " teriak Jenna juga nggak mau kalah.
Biar saja, setelah ini Mamanya pasti sibuk mencari arti kata melon lewat google, kek! Mungkin juga harus membuka kamus bahasa gaul atau Kamus Besar Bahasa Indonesia atau apalah....
Jenna tersenyum cerah. Kena, lho si Mama! Dia kerjain! Sepandai - pandai ya Si Mama melompat, pasti bisa kena prank juga.
Pasti yang didapatnya si Mama nanti hanyalah penjelasan tentang buah melon secara umum saja. Memang kata Melon hanya kata ledekan saja, kok! Segitunya si Mama mau repot.
Tampaknya Jenna kembali harus fokus pada pekerjaannya kali ini. Sebagian pekerjaan Jenna, ya harus dilakukan di ruang kantornya. Mungkin hanya jam kerjanya saja saat ini di perpendek tak seperti hari - hari sebelumnya. Ada dua orang pegawai di ruang HRD ini juga yang ikut membantu Jenna di bagian absen dan perizinan.
Karolina juga masih tinggal di rumah orang tuanya di Sentul. Maklum kehamilan pertama Karolina ini menjadikan Tante Amanda sebagai seorang nenek masa kini.
Nenek yang cantik tetapi masih aktif mengurus segala kegiatan dari organisasi sosial sampai pekerjaan yang menghasilkan uang yang cukup banyak dengan membuka katering, bisnis kue kekinian dan menjual perhiasan berlian mahal.
Tumben juga Bumil jarang menelponnya. Kabar terakhir dia sedang belajar membaca Alquran untuk persiapan acara nujuh bulanan nanti.Yang menjadi guru mengajinya adalah ibu mertuanya tersayang. Ha, ha.
Keluarga Damash memang tidak terlalu ketat dalan pemberian ajaran agama Islam di rumah. Asalkan mereka tidak melakukan hal- hal yang negatif saja sudah cukup melegakan para orang tua. Apalagi rata - rata cucu si Opa bersekolah di sekolah swasta yang bersifat umum.
Hanya Jenna yang bersekolah di negeri, sebab beberapa kali Jenna dititipkan pada keluarga sang Mama l ketika si Ibu Arunika harus menuntut ilmu ke luar negeri untuk program spesialisasi . Belum lagi ketika Ibunya dikirim ke daerah tertentu dalam tugasnya sebagai dokter anak .
" Mbak Jenna, sudah Pandu cuci mobilnya!"ujar cucu si Bibik Isah yang bertugas di dapur keluarga Darmawan.
Pandu baru kelas IX SMP dan sekolahnya lebih dekat dari rumah ini. Cucu Bungsu itu si Bibik itu harus sekolah daring. Jadi dia lebih suka belajar di rumah majikan neneknya yang lebih nyaman, sepi dan ada WiFi.
" Pandu, ini simpan buat jajan ya!"
Jenna menyelipkan selembar uang lima puluh ribuan di saku kemeja sekolah Pandu. Sebentar lagi anak itu akan belajar di depan hapenya dengan mengenakan seragam sekolahnya
Hari semakin siang, Ibu Arunika masih berkutat di kamar tidur utamanya sejak Jenna pamit berangkat tadi.
Perlahan Jenna membawa mobilnya keluar dari halaman depan rumah. Di wilayah ini, masih ada banyak rumah yang memelihara pohon besar dan bunga- bunga. Tetapi beberapa bangunan baru menggeser segala kehijauan wilayah Ini.
Sampai saat ini, Jenna selalu memilih dua jalan alternatif untuk untuk menuju ke kantornya di wilayah Utara Jakarta. Lewat tol dalam kota, atau memilih tol JORR. Terkadang lalu lintas di Jakarta ini tak dapat diprediksikan. Pasti ada segala kemacetan , tak peduli kita membawa kendaraan di jalan tol sekalipun.
Kantor lebih sepi ketika Jenna datang tepat pukul 08.00. Loby hanya dijaga satu orang petugas keamanan.
Di lantai tiga itu, pintu lift membuka, berarti Jenna sudah harus bersiap masuk kantornya yang ada di sudut ruangan sana.
Sebenarnya lingkup kerja Jenna tidak hanya di ruang yang bertuliskan HRD. Dia mempelajari administrasi keuangan, kepegawaian sampai menjadi asisten CEO. Sebab Om Jhon lebih nyaman membawa keponakannya itu keluar kantor untuk bertemu dengan tamu, rekan bisnis ataupun klien.
cuma blm ada gambaran siapa "jodohnya" jenna