Naik Ranjang
Dewi pov on
Hai.. kenalin, nama gue Dewi M. sebenarnya gue males nyebutin nama panjang gue. Tapi nanti kalian juga bakalan tahu nama lengkap gue, jadi lebih baik kalau gue kasih tahu dari sekarang. Tapi sebelum sebutin nama panjang gue, ada baiknya kalian tahu hal ikhwal nama itu tersemat di belakang kata Dewi.
Jadi begini, bokap gue itu penggemar berat sandiwara radio. Sandiwara radio itu cerita yang dibawakan secara audio di stasiun radio. Di jamannya, sandiwara radio ini begitu terkenal dan menjadi program yang ditunggu oleh banyak orang karena siaran televisi belum beragam seperti sekarang.
Salah satu sandiwara favorit bokap gue adalah Saur Sepuh, cerita tentang kerajaan di tanah Sunda yang bernama Madangkara. By the way ada yang tahu ngga soal Saur Sepuh? Kalau ngga tau berarti sama kaya gue. Kalau ada yang tahu, berarti kalian seumuran sama bokap gue, hihihi…
Oke lanjut ya. Bokap tuh seneng banget sama tokoh utamanya. Seorang raja yang terkenal dengan kebaikan, kebijakan, ketampanan dan memiliki ilmu kanuragan yang tinggi. Kanuragan itu bela diri kalau istilah jaman now. Nama raja itu adalah Brama Kumbara. Nah doi atau bokap gue, punya cita-cita mulia, kalau punya anak nanti akan dinamakan seperti tokoh favoritnya.
Tapi ternyata takdir berkata lain, Allah memberikan rejeki untuk bokap dan nyokap anak perempuan yang cantik, imut dan gemesin, yaitu gue. Tapi itu ngga menyurutkan niat bokap untu memberi nama sesuai tokoh sandiwara radio favoritnya.
Seperti istilah pepatah, tak ada rotan, akar pun jadi, ngga bisa kasih nama Brama Kumbara, bokap akhirnya milih nama adik dari raja Madangkara itu sebagai nama gue. Mantili adalah nama adik Brama Kumbara. Dan akhirnya secara resmi bokap kasih nama gue, Dewi Mantili, yang langsung disahkan ke dalam akta kelahiran.
Awalnya sih, gue senang-senang aja ya sama nama itu. Apalagi bokap bilang kalau Mantili adalah perempuan pemberani yang juga jago bela diri. Dia terkenal dengan julukan pendekar si Pedang Setan. Dari pedangnya bisa keluar asap yang baunya ngga enak banget, makanya disebut setan. Kasihan ya setan, udah jelek, bau lagi.
Selain pedang setan, Mantili juga punya pedang lain, namanya pedang perak. Disebut pedang perak karena ketika pedang itu keluar dari sarungnya, akan memancarkan sinar yang menyilaukan mata dan membuat musuh yang berhadapan dengan pendekar wanita itu kesulitan bertarung. Itulah gambaran yang gue dapet tentang sosok Mantili, cantik, pintar, pemberani dan kuat.
Tapi… begitu gue masuk SMP, gue udah mulai jengah dengan nama itu. Kadang teman-teman gue suka ngetawain kalau pas guru ngabsen nama gue. Kata Mantili tuh terdengar asing di telinga dan aneh. Banyak teman gue yang membuat panggilan nyeleneh dengan nama belakang gue.
Akhirnya, begitu gue masuk SMA, dengan pertimbangan matang, gue memutuskan untuk menyembunyikan kata Mantili di belakang nama gue. Dengan penuh perjuangan, bujuk rayu dan sogokan, gue berhasil meyakinkan petugas tata usaha untuk nulis nama gue di daftar absen hanya Dewi M saja. Dan gue ngelakuin itu ngga sendirian, tapi sama sobat gue dari kecil. Nah cerita soal sobat somplak gue, nanti ya abis cerita gue beres.
Cukup soal nama. Sekarang gue mau cerita soal keluarga gue, sebuah keluarga kecil yang hanya terdiri dari bokap, nyokap dan gue aja. Bokap gue itu seorang kontraktor. Eiittss jangan berpikir bokap itu seorang kontraktor proyek, ya. Kontraktor di sini maksudnya, bokap adalah tukang ngontrak. Sampai sekarang, bokap belum punya uang buat beli rumah sendiri. Kita ngontrak di rumah petak dengan dua kamar.
Bokap gue, namanya Herman Suherman. Ciri khas nama orang Sunda banget ya, yang sering menggunakan pengulangan kata. Bokap asli dari Tasikmalaya, dan demi mengubah hidupnya, bokap nekad hijrah ke Jakarta untuk mengadu nasib. Di kota metropolitan itu, bokap merintis karir sebagai tukang kredit keliling.
Awal mula pertemuan orang tua gue bertemu adalah ketika bokap sedang berkeliling menjajakan dagangannya. Di situ bokap ketemu ibu dari nyokap, alias nenek gue. Nenek itu pelanggan setia bokap. Dari bokap, nenek biasa dapet kreditan wajan atau panci. Karena keseringan bertemu saat bokap nagih cicilan kredit, akhirnya timbullah benih-benih cinta antara nyokap dan bokap.
Lewat nyokap, nenek selalu mendapat keringanan kalau cicilannya macet. Jadi, secara ngga langsung, nenek jadiin nyokap jaminan hutang, hihihi. Tiga bulan saling mengenal, bokap memberanikan diri untuk melamar nyokap. Oh iya, nama nyokap gue, Nenden Rahmawati, turunan Betawi – Sunda. Dan pernikahan sederhana antara Herman dan Nenden terjadi, disaksikan pengurus RT dan RW setempat.
Enam bulan setelah menikah, nyokap dinyatakan positif hamil. Bokap semakin kerja keras mengumpulkan uang untuk kelahiran anaknya nanti. Usaha kreditnya mengalami kemacetan karena banyak nasabah yang nunggak. Akhirnya bokap banting setir jadi supir angkot. Lewat profesi barunya, bokap mendapatkan cukup banyak penghasilan.
Begitu gue berumur lima tahun, bokap ngajak pindah ke Bandung. Kehidupan di Jakarta semakin sulit. Nenek juga udah meninggal, dan rumah yang ditempati dijual dan hasilnya dibagi rata dengan semua anaknya, termasuk nyokap. Dengan bekal uang warisan, kita semua pindah ke Bandung.
Awalnya kita tinggal di daerah Tegalega. Bokap kerja sembarangan, kadang jadi kuli bangunan, kadang nyambi jadi tukang parkir atau jadi kuli panggul di pasar. Di sana juga gue ketemu teman yang sampai saat ini jadi sahabat baik gue. Cowok blasteran Italia, biar bule tapi dia kere kaya gue.
Suatu saat, bokap bertemu dengan pak Haji Soleh. Pak Haji nawarin bokap buat nyetir angkot miliknya, tentu saja tawaran itu diterima dengan senang hati. Begitu gue masuk SMP, kita pindah ke daerah Pungkur. Kita tinggal di rumah kontrakan milik pak Haji Soleh. Karena bokap salah satu supir angkotnya, bokap dapet diskon biaya kontrakan.
Nah itulah keluarga gue. Keluarga kecil, yang dari segi ekonomi bisa terbilang pas-pasan, tapi kami semua bahagia. Alhamdulillah orang tua gue harmonis terus dan jauh dari godaan orang ketiga. Lagian siapa juga ya yang tertarik ama bokap, ganteng ngga seberapa udah gitu kere hehehe…
Sekarang, gue udah berumur 17 tahun. Dalam waktu dua bulan, umur gue nambah jadi 18 dan tentu saja, gue udah punya KTP. Walau pun buat dapet KTP gue harus nunggu hampir satu tahun lamanya, gara-gara dana pembuatan E-KTP dikorupsi. Gue sekolah di salah satu SMA negeri yang ada di daerah Lengkong. Dan sobat gue, si bule blasteran kere, juga satu sekolah ama gue.
Banyak orang bilang tidak ada istilah persahabatan antara laki-laki dan perempuan, karena ujung-ujungnya baper, baik keduanya atau salah satunya. Tapi ternyata itu ngga terjadi tuh sama gue. Alhamdulillah hubungan gue sama si bule kere masih sebatas sahabat aja. Karena dia bukan tipe cowok gue, dan gue juga bukan tipe cewek idamannya.
Nama sobat gue tuh, Roxas. Seperti gue bilang tadi, kalau dia teman seperjuangan gue dalam menyembunyikan identitas. Kalau gue sembunyiin nama belakang gue, berbeda dengan Roxas yang sembunyiin nama depannya. Nama lengkap si bule kere adalah A. Roxas Hidayatullah. Ada yang bisa nebak inisial A itu kepanjangan dari apa?
Roxas sekarang tinggal sama neneknya. Ibunya sudah meninggal tiga tahun lalu, sedang bapaknya entah berada di mana. Karena pria berdarah Italia itu hanya menyumbangkan benihnya saja pada ibu Roxas. Setelah itu, pria tersebut menghilang tanpa kabar seperti ditelan bumi. Dan nama Hidayatullah adalah nama kakek dari pihak ibunya.
Roxas atau yang biasa gue panggil Rox doang, umurnya 2 tahun lebih tua dari gue. Dia itu saking beletnya pernah tinggal kelas dua kali. Dan setelah berteman dengan gue, dia ngga tinggal kelas lagi, karena sering banget gue kasih contekan. Jadi, si Rox ini cuma menang ganteng doang sebenarnya, kalau otaknya, ibarat processor komputer, dia itu masih pentium satu.
Sobat gue itu lemah di semua bidang mata pelajaran. Satu-satunya mata pelajaran yang dikuasai adalah kesenian. Selebihnya nilai yang didapat menyedihkan cenderung mengenaskan. Dan dua mata pelajaran yang paling tidak dikuasainya adalah matematika dan bahasa Inggris. Kebayang dong muka bule tapi ngga bisa ngomong Inggris. Tapi kalau bahasa Sunda, beuh fasih banget dia.
Nah itulah sekilas hidup gue yang tidak indah tapi mungkin aja menarik untuk kalian kepoin. Sekian perkenalan dari gue, ingat… jangan kasih tahu soal nama belakang gue, ya. Biarkan ini jadi rahasia di antara kita.
Dewi pov off
🌸🌸🌸
“Oiii Rox… buruan!! Gerbang udah mau ditutup!” teriak Dewi pada Roxas yang tengah mendorong motornya.
“Bentar lagi! Lo tahan aja jangan sampe pintu gerbangnya ditutup!”
Mendengar ucapan Roxas, Dewi segera berlari menuju sekolahnya yang hanya tinggal beberapa meter lagi. Dia sampai di depan gerbang, tepat ketika sang penjaga keamanan sekolah hendak menutup gerbang. Dengan sengaja Dewi menjatuhkan diri di dekat gerbang.
“Euleuh neng Dewi.”
Security tersebut segera menghampiri Dewi dan membantunya bangun. Alih-alih bangun, Dewi malah duduk di lantai sambil memegangi kakinya. Terdengar rintihan pelan dari mulutnya.
“Aduh neng, hati-hati atuh..”
“Aku takut keburu ditutup pak. Huaaaa… sakit banget.”
Sambil meringis kesakitan, dia melirik ke arah kanan, sebentar lagi Roxas sampai dengan motor mogoknya. Security yang bernama Maman itu membantu Dewi untuk bangun, dengan langkah tertatih dia berjalan memasuki pelataran sekolah dengan langkah tertatih. Tak berapa lama Roxas sampai, sambil mendorong motornya, pemuda itu terus masuk menuju tempat parkir.
“Udah pak, makasih. Saya bisa jalan sendiri.”
“Beneran neng?”
“Iya, pak.”
“Biar saya aja yang bantu dia, pak,” ujar Roxas yang sudah berada di belakang mereka. Roxas membantu Dewi berjalan, pemuda itu memegangi lengan sahabatnya dan berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua.
“Pak Maman masih ngelihatin ngga?” tanya Dewi pelan.
“Ngga.. udah balik ke posnya,” jawab Roxas setelah memastikan petugas keamanan itu tidak berada di belakang mereka lagi.
“Ya udah cepetan. Bentar lagi bu Cahya masuk.”
Roxas dan Dewi mempercepat langkahnya menuju tangga. Setengah berlari, kedua orang itu menaiki anak tangga. Mereka terus menuju kelas yang berada di bagian paling ujung. Kelas 12 IPS-3. Kelas yang paling terkenal memiliki koleksi siswa badung paling banyak di seantero sekolah.
🌸🌸🌸
**Hai... Hai... mamake kembali dengan cerita baru. Semoga kalian suka ya dengan kisah Dewi Mantili. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, like, komen dan rate bintang 5. Tararengkyu epribadeh😘😘😘
Untuk menunjang kehaluan kalian, mamake kasih visual Dewi dan Roxas😉
Dewi Mantili**
Roxas
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
maulana ya_manna
mampir di sini ke sekian kali nya thor....
2024-06-04
2
🔵ᴹᴿˢ᭄Ney Maniez●⑅⃝ᷟ◌ͩ ⍣⃝ꉣꉣ
gokill,,, seruuuu
2024-04-25
1
🔵ᴹᴿˢ᭄Ney Maniez●⑅⃝ᷟ◌ͩ ⍣⃝ꉣꉣ
aku mampirrrr
2024-04-25
1