Jika biasanya wanita dijodohkan dengan pria kaya, lain halnya dengan Elizabeth. Elizabeth justru dijodohkan dengan pria miskin yang tak memiliki apa-apa. Bahkan, untuk rumahku pria miskin itu tidak punya. Hal itu, membuat Elizabeth merasa sangat malang dengan hidupnya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah Elizabeth akan tetap meneruskan hubungan suami istri tersebut? Ataukah Elizabeth memutuskan untuk bercerai dari Alexander?
Yuk simak karya ini!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muliyana setia reza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Pukul 02.15 dering ponsel membangunkan Alexander yang tengah terlelap. Dengan mata yang masih terpejam, Alexander mencoba meraih ponselnya dengan meraba-raba sekitar tempat tidur.
“Tuan. Roy di culik oleh komplotan bandit timur,” ucap Adam salah satu bawahan Alexander.
Mendengar Roy di culik, mata Alexander terbuka lebar.
“Kenapa mereka menculik Roy?” tanya Alexander.
“Mengenai hal itu, kami sendiri tidak tahu alasannya, Tuan.”
“Siapkan orang-orang kita yang tahu detail lokasi komplotan bandit timur. Kamu jemput aku sekarang!” perintah Alexander.
Alexander beranjak dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk mengambil Roy kembali dari komplotan bandit tersebut.
***
Adam telah tiba di lokasi tempat biasanya ia menunggu Tuannya. Tentu saja titik penjemputan bukanlah di depan rumah Elizabeth. Melainkan, di sebuah gang yang cukup jauh dari rumah Elizabeth. Titik penjemputan itu tentu saja atas perintah Alexander yang tak ingin ketahuan oleh Elizabeth.
“Apakah Roy masih hidup?” tanya Alexander yang baru saja memasuki mobil.
“Masih, Tuan!” seru Adam.
Mobil dengan cepat melesat pergi menuju lokasi tempat di mana mereka berkumpul sebelum menyerbu komplotan bandit timur.
Alexander memejamkan matanya sejenak sembari berpikir bagaimana caranya supaya komplotan bandit timur bisa bertekuk lutut kepadanya. Alexander sendiri sudah berulang kali memaafkan sikap kurang ajar komplotan tersebut, akan tetapi sepertinya komplotan bandit timur sudah tidak bisa ditoleransi lagi.
“Baiklah. Kali ini aku tidak akan memberikan mereka kesempatan lagi,” gumam Alexander.
Setelah memikirkan dengan begitu matang, pria 28 tahun itu memutuskan untuk menghancurkan komplotan bandit timur sampai tak tersisa.
Beberapa jam kemudian.
Mereka sampai di lokasi persembunyian komplotan bandit timur. Alexander turun dari mobil untuk segera menemukan keberadaan Roy, salah satu bawahannya.
Dor!! Alexander melepaskan tembakannya ke udara, memberi tahu bahwa dirinya telah datang menjemput Roy.
Mendengar suara tembakan, komplotan bandit timur ke luar secara beramai-ramai.
“Tuan Alexander!” Pria bernama Jack yang tak lain ada ketua dari Komplotan bandit timur terkejut melihat Alexander datang dengan membawa banyak anak buah dan berhasil mengepung persembunyian komplotan bandit timur.
“Bukankah aku sudah pernah memperingatkan mu agar tidak mengganggu anggota ku? Ternyata binatang seperti mu tidak akan pernah memanfaatkan kesempatan yang telah ku berikan,” ujar Alexander.
Alexander mengarahkan pistol yang berada di tangannya ke arah Jack yang terlihat begitu kaget dengan apa yang akan dilakukan Alexander padanya.
“Tuan, kita bicarakan ini baik-baik. Tolong jangan bunuh aku,” tutur Jack.
“Bicarakan baik-baik? Apa kamu ingin membuat kesepakatan lagi denganku, seperti yang sudah-sudah?”
Jack beserta komplotannya sudah tidak bisa dimaafkan. Alexander sudah sangat kecewa dengan komplotan tersebut.
“Di mana Roy? Cepat bawa Roy ke hadapan ku sekarang juga!” perintah Raka dengan suara yang sangat lantang.
Jack menoleh ke salah satu kaki tangannya sembari memberi isyarat mata agar Roy segera di bawa ke hadapan Alexander.
Selang beberapa menit, Roy pun muncul dengan wajah yang penuh luka lebam.
Melihat Roy yang sudah babak belur, Alexander nampak sangat marah. Tanpa ada pemberitahuan, Alexander menembak jatuh pria yang membawa Roy ke hadapannya.
“Justin!” Jack berteriak histeris melihat Justin yang jatuh setelah mendapat tembakan dari Alexander.
Jack mendekat pada Justin yang ternyata sudah tak bernyawa, Jack menangis karena Justin adalah salah satu kaki tangan yang sudah dia anggap seperti adik sendiri.
Alexander tersenyum kecut melihat Jack yang tengah menangis.
Jack mendongakkan kepalanya menoleh ke arah Alexander yang tengah tersenyum kecut. Melihat ekspresi wajah Alexander, membuat Jack kesal sekaligus marah.
“Matilah kau!” Jack berteriak sembari mengeluarkan sebuah pisau kecil untuk membunuh Alexander.
Alexander tak sempat menghindari Jack yang telah berhasil menusuk perutnya. Meskipun begitu, Alexander masih bisa membalas apa yang Jack lakukan padanya dengan merebut paksa pisau tersebut. Kemudian menusukkan pisau Jack tepat ke jantung.
“Habisi mereka semua!” perintah Alexander.
Bagian luar perut Alexander terluka dan mengeluarkan cukup banyak darah. Akan tetapi, Alexander sama sekali tidak merasakan sakit. Hal itu dikarenakan, Alexander sudah pernah mengalami banyak hal. Bahkan, berulang kali lolos dari yang namanya kematian.
“Tuan, maafkan aku,” ucap Roy meminta maaf karena Alexander terluka sebab menolong dirinya.
Alexander menepuk bahu kiri Roy sembari memberikan sedikit senyuman. Kemudian, dengan perut yang masih terluka Alexander pergi meninggalkan tempat tersebut. Tempat yang sebentar lagi akan menjadi tempat di mana para komplotan bandit timur mati sia-sia.
Roy berjalan mengikuti Tuannya menuju mobil dan membantu Alexander menutup luka tusuk tersebut.
****
Alarm ponsel milik Elizabeth berbunyi dan mau tak mau Elizabeth harus bangun karena sudah ada tumpukan pakaian yang menanti dirimu yang. Dengan mata yang belum terbuka sempurna, Elizabeth meraba tempat tidurnya untuk mematikan alarm ponselnya.
Alarm ponsel pun mati dan Elizabeth mengeluarkan ikat rambut yang sengaja ia simpan di dalam saku celana. Gadis itu mengikat rambutnya yang berantakan dan bergegas menuju lantai bawah.
Saat Elizabeth sedang menuruni anak tangga, Alexander datang dengan cara mengendap-endap layaknya seorang pencuri.
Elizabeth terkejut, mengira bahwa Alexander adalah pencuri.
“Pencuri!” Elizabeth berteriak.
Alexander buru-buru melepas topi di kepalanya dan berlari kecil menghampiri Elizabeth yang nampak ketakutan.
“Ini aku, Alexander. Lady yang tenang ya,” ucap Alexander sembari menyentuh ke-dua bahu Elizabeth.
“Kamu? Sedang apa masuk sambil mengendap-endap seperti tadi?” tanya Elizabeth sembari menyingkirkan tangan Alexander yang menyentuh ke-dua bahunya.
“Soal itu,” tutur Alexander yang bingung harus menjawab apa.
Elizabeth menatap jengah Alexander yang terlihat bingung untuk menjawab pertanyaan darinya.
“Sudahlah. Lagipula aku tidak peduli dengan urusanmu, sekarang minggir!” Elizabeth mendorong Alexander yang menghalangi jalannya untuk segera mencuci pakaian.
Alexander menghela napas dengan lega sembari menyeka keringatnya yang tiba-tiba saja keluar.
“Untung saja Elizabeth tidak banyak bertanya,” gumam Alexander.
Pria 28 tahun itu memutuskan untuk segera masuk ke dalam kamar agar bisa beristirahat kembali. Sementara Elizabeth sibuk dengan pakaian kotornya yang ia timbun selama 3 hari.
“Ada apa ini? Kenapa pakai kotor ku begitu banyak?” Elizabeth geleng-geleng kepala melihat pakaian kotor miliknya yang ternyata cukup banyak.
Sebelum memasukkan pakaian kotor tersebut ke mesin cuci, Elizabeth lebih dulu memisahkan warna pakaiannya agar tidak luntur.
“Aaaakkk!” Suara teriakan Alexander.
Elizabeth tertegun sejenak mendengar suara teriak dari seorang Alexander. Karena penasaran, Elizabeth pun bergegas menghampiri Alexander.
“Alexander, kamu kenapa?” tanya Elizabeth dari luar pintu.
Alexander tak menyangka teriakannya membuat Elizabeth datang kepadanya.
“Aku baik-baik saja, Lady!” seru Alexander.
Elizabeth mengernyitkan keningnya mendengar seruan dari Alexander yang terdengar seperti sedang memainkan dirinya.
❤
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤