Aku Ayu Wulandari, putri tunggal ibu Sarah dan pak Harto, terlahir dari keluarga tak mampu membuat diri ku harus menjadi jaminan hutang orang tua ku.
di usia ku masih lima belas tahun ayah ku kecelakaan saat dia berangkat bekerja sebagai kuli bangunan,
karena musibah itu ibu ku berhutang kepada pak Yasir juragan ikan kaya raya di kampung sebelah.
karena hutang itu aku menikah dengan Farhan Yasir Maulana, putra tunggal pak Yasir yang sekaligus teman SMA ku dulu.
dia adalah laki-laki tampan dan berasal dari keluarga kaya raya hingga dirinya di sukai banyak wanita di sekolah ku.
meski dia adalah laki-laki kaya raya dan juga tampan tidak membuat ku jatuh hati kepadanya.
bagaimana kisah rumah tangga ku? dengan suami yang tidak aku cintai dan sangat aku benci............
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Selasa pagi, aku bangun pagi seperti biasa, menyiapkan sarapan untuk suami dan juga ayah mertua, hari ini aku tidak sendiri, aku di bantu ibu untuk menyiapkan sarapan.
"ibu tau gak aku sebenarnya lelah mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, aku udah bilang sama ayah untuk mempekerjakan pembantu" ujar ku pada ibu yang tengah mengiris bawang
"gak boleh ngeluh atuh sayang, pekerjaan rumah kan sudah menjadi tugas seorang istri"
"tapi Bu, ayu kan juga manusia, bekerja sendirian di rumah sebesar ini membutuhkan tenaga yang banyak"
"coba kamu ngomong sama suami kamu, mungkin dia bisa mengerti" saran ibu
"astaga Bu, kalo aku ngomong sama Farhan mah percuma, gak bakal didengerin"
"emang kamu udah coba ngomong sama suami kamu?"
"belum sih Bu, tapi aku yakin kalo Farhan gak bakal dengerin aku, karena dia seneng kalo ngeliat aku menderita"
"kamu coba dulu ngomong baik-baik, kalo emang suami kamu gak mau mempekerjakan pembantu, ya sudah itu sudah menjadi hak nya"
"entah lah Bu, nanti aku coba ngomong"
Aku tidak yakin jika Farhan mau mempekerjakan pembantu, karena dia kan memang tidak suka aku, sudah pasti dia seneng jika aku menderita.
tapi gak ada salahnya juga aku coba, siapa tau hati dia tersentuh jika aku mencurahkan isi hati ku, yang tak sanggup membereskan rumah sebesar ini sendirian.
Setelah aku dan ibu selesai memasak, aku dan ibu membawa makanan ke ruang tengah dan meletakkannya di meja makan.
"ekhemmm, Farhan" sapa ku
"apa kamu manggil nama ku, kalo manggil suami tuh yang sopan dong, bilang sayang kek"
"ihhhh kamu pengen di panggil sayang gitu?" ujar ku
"hihihi" ayah mertua dan ibu tertawa mendengar ucapan ku.
"gak juga" sahut Farhan
"aku mau ngomong, apa gak sebaiknya kamu mempekerjakan pembantu, biar ada yang membantu aku membereskan pekerjaaan rumah"
"kamu udah gak sanggup kah?" Farhan bertanya
"bukan aku gak sanggup, cuma ya biar lebih mudah mengurus kamu dan juga ayah" ucap ku
"iya udah emang ada yang mau bekerja disini?, kalau ada suruh aja nanti aku yang gaji" ujar Farhan
"oh ya Bu, Tante Ida mau gak kerja disini?" tanya ku pada ibu
"ibu gak tau, coba nanti ibu tanya dia" sahut ibu
"iya udah kalo gitu Farhan mau berangkat ke kantor dulu" ucap Farhan yang beranjak dari tempat duduknya
"sekalian antar ibu pulang, kantor kamu kan searah sama rumah ibu" ujar ku
"ya udah ibu mau pulang?" tanya Farhan
"iya udah ibu ikut kamu" kata ibu
Setelah kami selesai sarapan, aku membuatkan ayah mertua ku kopi, karna sudah kebiasaan ayah mertua minum kopi di pagi hari setelah sarapan.
ayah mertua yang tengah duduk santai menonton televisi meminta ku untuk mencarikan dia tukang pijat, karena badannya terasa sakit.
"oh ya yu, ayah mau minta tolong Carikan tukang pijat untuk memijat badan ayah, badan ayah terasa sakit jika menunduk" ujar ayah mertua
"dimana aku nyari tukang pijat yah" aku bertanya karena memang aku tidak tau
"kamu cari aja di sekitar kampung" ucap ayah
Aku pergi keluar mencarikan ayah tukang pijat, karena aku tidak tau siapa tukang pijat di kampung ini, aku jadi bingung mau ke mana.
aku bertanya di setiap rumah yang ku lewati, tidak ada satupun yang memberi tahu ku, akhirnya aku memutuskan untuk pulang saja.
Setelah aku sampai rumah aku melihat ayah sedang berbaring di sofa.
"yah, aku sudah keliling kampung, dan tidak ada aku temui tukang pijatnya" ungkap ku
"astaga, ayah udah nunggu lama-lama kamu tidak menemui tukang pijat?"
"iya udah kalo gitu biar ayu aja yang memijat ayah" ujar ku
"emang kamu bisa?" tanya ayah
"engga sih yah, tapi ayu bisa pijat pijat biasa untuk mengurangi rasa sakit di badan ayah" ucap ku
"ya udah sini pijat"
Aku mulai memijat ayah mertua, aku mulai dari kepala hingga ke kakinya, saking fokus aku memijat sampe aku tak sengaja memegang ******** ayah mertua.
"ahhhhhiss" ayah mendesah karena aku memegang ***********
"aaaa" aku kaget
"maaf yah" ucap ku dengan gemetar
Ayah mertua menatap ku dengan tatapan tajam, badan ku gemetar jantung ku berdebar, demi apapun aku tidak sengaja memegang ******** ayah mertua.
Ayah mertua bangun dan mendekat ke arah ku, jantung ku semakin berdebar kencang, pikiran ku mulai kacau.
"cringgg, cringgg" suara bel rumah berbunyi
Aku bergegas berlari untuk membuka pintu, Tante Ida datang membawa tas yang berisi pakaian.
"assalamualaikum yu" ucap Tante Ida
"walaikumsalam, silahkan masuk Tante" ujar ku
Aku menyuruh Tante Ida masuk, hati ku terasa lebih tenang karena Tante Ida datang tepat pada waktunya, detak jantung ku sudah mulai stabil.
"yah, ini Tante Ida, katanya dia mau bekerja disini" ucap ku pada ayah mertua yang tengah duduk di sofa
"ya udah ajak dia ke kamar tamu, dia akan tidur disana" ucap ayah sembari terus menatap ku
"ayok Tante "
Aku mengajak Tante Ida ke kamar tamu, untuk meletakan pakaian yang dia bawa, karna mulai hari ini Tante Ida akan tinggal disini bersama kami sebagai pembantu.
"Alhamdulillah Tante Ida mau bekerja disini, jadinya ayu ada temen curhat" ucap ku sembari membantu Tante Ida merapikan pakaiannya
"hehe, Tante juga pengen kerja dari kemarin, karena anak Tante kan sebentar lagi mau SMP, jadi butuh biaya yang lumayan"
"wahh si Rama udah mau SMP ya Tante, udh gede aja tuh anak" Rama adalah anak Tante Ida
"hehe iya"
"kamu disini pasti bahagia ya yu, bisa tinggal di rumah semewah ini" ujar Tante ida
"gak juga Tante, biasa aja, gak seperti yang Tante bayangkan" ucap ku karena emang aku tidak terlalu bahagia bisa tinggal dirumah mewah ini.
"gak juga gimana, kamu beruntung tau, menikah dengan pria tampan dan kaya raya, apa lagi suami kamu adalah putra tunggal" ucap Tante Ida
"dibilang beruntung ya gak juga Tante, lagian aku menikah juga bukan karena cinta" kata ku
"hihihi, yu,yu cinta tidak membuat kita kenyang, yang penting itu uang, kita bisa beli apapun yang kita inginkan, masalah cinta nanti juga tumbuh seiring berjalannya waktu, kalau boleh Tante tau emang suami kamu belum mencintai kamu?" ujar Tante Ida yang bertanya.
"Farhan belum sepenuhnya menerima aku sebagai istrinya Tante" ungkap ku
"masak iya dia belum juga mencintai kamu, wanita cantik dan juga baik seperti kamu masih belum di anggap sama suaminya?, mmmmmm, kayaknya suami kamu udah cinta sama kamu tapi gengsi buat ungkapinnya" ujar Tante Ida
"hihihi, gengsi gimana Tante"
"iya gengsi, namanya juga cowok kan, mana mungkin dia bisa menolak istri secantik kamu yu" ucap Tante Ida yang terus memuji ku
"ah Tante bisa aja"
Setelah aku membantu Tante Ida merapikan pakaiannya, aku pergi ke kamar ku untuk bermain hp dan menonton YouTube.
Jadi, penulisan yg benar adlh Farhan bin Abdul Yasir.