Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Cathleen sudah membersihkan tubuh dan berganti pakaian menggunakan setelan kerja yang rapi. Dia juga mulai terbiasa merias wajah hingga kini penampilan jauh lebih memukau dibanding sebelumnya.
Wanita yang masih resah memikirkan nasib cinta kedepan kalau gagal keluar dari jerat sang kekasih itu pun segera turun ke lantai satu untuk sarapan. Dia menyusuri seluruh ruang makan yang biasa penuh oleh keluarganya. Tapi saat ini terlihat sepi.
“Orang tuaku belum pulang?” tanya Cathleen pada salah satu pelayan yang menyiapkan sarapan untuk satu orang yang tak lain adalah dirinya sendiri.
“Belum, Nona. Tuan Madhiaz juga masih di luar negeri,” jelas pelayan tersebut.
Cathleen duduk seorang diri di ruang makan yang luas itu. Dia menghela napas pelan karena rasanya tak enak jika sepi seperti ini. Tapi, semua orang sibuk dengan urusan masing-masing.
Madhiaz yang terus mengurus pekerjaan, Alceena sudah berkeluarga dan memiliki anak lucu-lucu, Selena yang merupakan kakak tirinya juga telah memilih hidup terpisah setelah memiliki anak serta Brandon sudah bebas dari hukuman, orang tuanya pun kini lebih sering menghabiskan waktu bersama cucu-cucu mereka, dan Aldrich juga sudah lama sekali memilih untuk mencari kehidupan sendiri.
Cathleen mencoba mengulas senyum kala keluarganya tidak selengkap dahulu. “Waktu terus berjalan maju Cath. Kau sudah besar, saatnya cari kebahagiaanmu sendiri,” gumamnya diiringi setetes air mata yang meluncur keluar.
Cathleen berusaha membendung kesedihan saat merasa kesepian. Mansion Pattinson sangat besar, tapi terasa sepi kala seluruh penghuni tak ada di sana.
Mungkin ini perasaan seorang anak bungsu yang merasa telah kehilangan sosok keluarga yang memberikan perhatian padanya. Sekuat apa pun Cathleen menahan diri, tetap saja dia sarapan ditemani oleh tangis hingga tak terasa sesegukan pun mulai keluar dari bibir.
“Sadar Cath! Umurmu dua puluh tujuh tahun, bukan anak kecil lagi!” Cathleen mengusap jejak basah di pipi. Tidak ada yang tahu kesedihannya, semua pelayan berada di belakang.
Cathleen segera menghabiskan sarapan, menandaskan susu yang disiapkan oleh pelayan, dan dia keluar menuju mobil untuk pergi ke mansion Giorgio sebelum jam kerja.
Dengan diantarkan oleh supir, Cathleen melamun di sepanjang perjalanan. Mata terus melihat kendaraan pagi dan orang berjalan kaki yang berlalu lalang di luar. “Tuhan, jika memang aku tidak ditakdirkan untuk bahagia, setidaknya bantu aku agar bisa mencari kebahagiaan.” Dia memanjatkan sebuah doa yang mengandung kefrustasian.
Seluruh keluarga Pattinson sudah bahagia dengan jalan hidup masing-masing, Cathleen juga ingin mendapatkan hal serupa. Tapi sepertinya sangat sulit. Keinginannya saat ini hanya satu, jauh dari Edbert.
Kendaraan roda empat milik Cathleen sudah memasuki area mansion Giorgio. Supir memberhentikan tepat di depan gedung besar yang megah dan berwarna hitam berpadu abu-abu. Pemilihan warna keluarga itu memang cukup berbeda dari para taipan kaya lain. Mungkin karena Tuan dan Nyonya Giorgio adalah seseorang yang saat muda sangat terkenal dengan keras kepala dan masa lalu yang cukup tragis, sehingga senang dengan corak gelap.
Tapi Cathleen tak peduli dengan mansion itu. Dia hanya ingin Tuan dan Nyonya Giorgio bisa membantu membujuk Gerlad untuk menikahinya.
“Nona, sudah sampai,” beri tahu supir tersebut.
“Iya, aku sudah tahu.” Cathleen segera membuka pintu mobil dan memijakkan kaki di area mansion.
...*****...
...Jangan manja Cath, kamu dah gede, salah sendiri pake acara kabur dari pacarmu. Dah bagus punya pasangan, ga makan sendirian....
aq sering kyk gitu.. merem tp gk tidur, dan itu kenyataan