NovelToon NovelToon
Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / TimeTravel / Perjodohan / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Rebirth For Love
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

“Tuhan, bila masih ada kehidupan setelah kematian, aku hanya ingin satu hal: kesempatan kedua untuk mencintainya dengan benar, tanpa mengulang kesalahan yang sama...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.27

Bella bersandar sebentar di kursi mobil, menghirup dalam-dalam udara dingin dari pendingin. Untuk pertama kalinya, ia duduk di dalam mobil mewah seperti ini—biasanya, paling bagus ia hanya naik angkutan kota atau truk terbuka.

“Sejuk,” bisiknya pelan, nyaris seperti pengakuan.

Andreas melirik sekilas, senyum tipis muncul di bibirnya. “Kalau naik sepeda, ya nggak bakal sejuk. Paling juga kepanasan.”

Bella langsung menoleh cepat, tatapannya tajam menusuk.

“Kalau nggak suka, nggak usah repot-repot ngikutin saya dari tadi. Dan jangan sok nawarin,” omelnya kesal.

Andreas mengangkat kedua tangannya sebentar, seolah menyerah. “Oke, oke. Salah saya. Tapi serius, saya cuma pengen bantu. Bukan maksud ganggu.”

“Udah biasa,” gumam Bella lirih, matanya kembali mengarah ke luar jendela.

Andreas mengernyit. “Biasa gimana?”

“Biasa digangguin orang kota yang sok baik, padahal ujung-ujungnya ada maunya.” Bella menyilangkan tangan di dada, nadanya dingin, penuh ketidakpercayaan.

Ucapannya seperti tamparan bagi Andreas. Dalam hatinya, ia mengakui kalau hidupnya selama ini memang selalu penuh dengan ‘maunya sendiri’. Tapi entah kenapa, di hadapan Bella, semuanya terasa berbeda. Gadis desa itu berani bicara apa adanya, tanpa takut menyinggung.

“Kalau saya punya maunya, kamu udah tahu dari awal,” ucap Andreas pelan, suaranya lebih serius. “Tapi sekarang, saya cuma mau kenal kamu lebih jauh, tanpa embel-embel lain.”

Bella menoleh, menatap Andreas lama-lama. Ada keraguan sekaligus rasa ingin tahu di matanya.

“Kenal saya buat apa? Saya ini cuma gadis desa. Bukan siapa-siapa.”

Andreas menghela napas panjang, lalu tersenyum samar. “Kadang, justru orang yang ‘bukan siapa-siapa’ itu bisa lebih berarti dari orang yang kelihatannya segalanya.”

Bella menahan bibirnya agar tidak ikut tersenyum. Tangannya refleks meremas erat pegangan tas belanja, lalu buru-buru membuang pandangan ke luar jendela. Ia tak ingin Andreas melihat kalau hatinya sedikit saja goyah.

Mobil pun terus melaju. Dari kejauhan, riuh pasar tradisional mulai terdengar. Suara pedagang menawar, aroma ikan segar bercampur sayuran, dan keramaian khas pasar menyambut mereka. Bella menarik napas panjang, mencoba menyiapkan diri, sementara Andreas diam-diam memperhatikan tiap ekspresi Bella dengan rasa penasaran yang tumbuh makin dalam.

Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di pasar tradisional. Begitu mobil berhenti, Bella langsung turun. Andreas masih duduk mematung, tampak ragu-ragu.

Bella pura-pura tak peduli, melangkah cepat masuk ke gang pasar yang ramai.

"Eh! Kok aku ditinggal," gumam Andreas panik. Ia buru-buru keluar dan menyusul.

Untuk pertama kalinya dalam hidup Andreas, ia menginjakkan kaki di pasar tradisional. Aroma amis ikan bercampur bau rempah dan keringat manusia menyeruak. Suara ibu-ibu menawar, pedagang berteriak menawarkan dagangan, anak-anak kecil berlari sambil membawa kantong plastik—semuanya membuat telinga Andreas riuh.

“Ya Tuhan…” keluh Andreas sambil menutup hidung ketika melewati kios ikan basah. Kakinya hampir terpeleset oleh jalan becek bercampur air es dan darah ikan.

“Kalau jijik, balik aja ke mobil,” sindir Bella yang sudah terbiasa. Ia berhenti di kios bumbu langganannya.

“Mbak Bella, biasa ya? Garam sama bawang satu kilo,” sapa si penjual ramah. Lalu matanya melirik Andreas yang berdiri kikuk dengan kemeja mahalnya. “Lho, siapa ini? Pacar ya?”

Bella refleks melotot. “Hah? Bukan! Dia… dia teman,” jawabnya terbata, melirik sekilas ke arah Andreas.

Andreas tersenyum tipis, seolah tak keberatan. Ia spontan meraih kantong belanjaan dari tangan Bella. “Biar aku aja. Berat.”

Bella menepis pelan. “Udah, nggak usah sok kuat.”

Namun Andreas tetap bersikeras membawanya. Hanya saja, baru sebentar ia mengangkat, wajahnya sudah keringatan.

“Cepat, udah belum? Panas sekali di sini. Kenapa nggak di supermarket aja sih?” keluh Andreas, bahunya terasa pegal.

Bella menahan tawa. “Sabar, siapa suruh kamu ikut turun? Lagi pula, di sini lebih murah. Sayur juga masih segar, langsung dari kebun.”

Saat mereka melangkah ke kios berikutnya, seekor kucing tiba-tiba melompat dari bawah meja jualan ikan.

“Astaga!” Andreas meloncat mundur, hampir menjatuhkan belanjaan.

Bella menatapnya heran, lalu menggeleng. “Baru lihat kucing aja panik. Gimana kalau lihat ayam dipotong?”

Seakan tertantang, Andreas ikut melangkah ke kios ayam. Namun begitu si penjual dengan cekatan memotong leher ayam hidup di depannya, wajah Andreas langsung pucat.

“Ya Tuhan… seriusan?!” serunya dengan suara tercekat.

Bella tak tahan, ia tertawa kecil. “Namanya juga pasar, bukan restoran hotel. Kalau nggak kuat lihat, tunggu aja di mobil.”

Andreas menggeleng cepat. “Nggak. Aku harus jagain kamu.”

Bella mendengus, pura-pura cuek. Tapi dalam hati, ia tidak bisa menahan senyum tipis melihat pria kota ini berusaha keras bertahan di dunia yang asing baginya.

Dan entah kenapa Andreas ingin selalu dekat dengan Bella.

*

*

*

Kontras dengan Andreas yang masih kewalahan di pasar, suasana di tempat pelatihan Mia terasa dingin dan sunyi. Mia baru saja selesai belajar cara membersihkan bayi, juga menghapal rutinitas dasar untuk merawatnya. Tangannya pegal, kepalanya pening, dan hatinya semakin jengkel.

“Hhh… menyebalkan,” gumam Mia, menjatuhkan tubuhnya ke ranjang sempit di kamarnya. Ia sendirian—sejak awal memang tidak ada yang mau berteman dengannya. Bagi peserta lain, Mia terlalu sombong, terlalu banyak menuntut, terlalu berbeda.

Tok-tok.

Mia tersentak. Ia buru-buru membuka pintu, menemukan salah satu rekan pelatihannya berdiri dengan tatapan datar.

“Ada apa?” tanya Mia malas.

“Ada yang cari.” Suara singkat, tanpa ekspresi, lalu orang itu langsung pergi.

Mia mengangkat alis. “Pasti Ivana.”

Dengan cepat ia melangkah ke ruang tamu kecil di asrama. Dugaan itu benar. Ivana duduk di sana, tubuhnya kaku, wajahnya pucat. Ada sesuatu yang berbeda—penampilannya tampak lebih dingin daripada biasanya, seolah menyimpan bara di balik tatapan kosongnya.

“Ivana,” sapa Mia hati-hati.

Tatapan Ivana menusuk, senyumnya samar tapi terasa menekan. “Bagaimana? Apa yang sudah kamu pelajari?”

Mia meremas jemarinya sendiri, gugup. “S-saya… saya sudah bisa, Ivana. Semua yang disuruh, saya lakukan.”

Ivana mengangguk pelan, lalu bibirnya melengkung tipis—sebuah senyum yang tidak benar-benar hangat. “Bagus. Minggu depan, aku akan mengeluarkan mu dari sini.”

Mia menelan ludah, jantungnya berdegup kencang. Kalimat itu terdengar lebih seperti ancaman daripada janji.

****

1
Susma Wati
satu persatu permasalahan daisy terselesaikan, andreas sudah ketemu pawang nya, ivana mulai menyadari keresahan hatinya dan mia masih terjerumus dalam obsesi nya
Epi Widayanti
/Kiss/😍😍😍
Epi Widayanti
😍😍😍😍
Susma Wati
kasihan ivana, luka bathinnya harus ada yang mengobati, , karena anak broken home ulah ayahnya yang terjerat perselingkuhan, membuat anak sendiri menjadi korban nya, ivana isa kah kah bertemu seseorang yang bisa membuat ivana sadar akan obsesi nya terhadap damian, andreas sudah ketemu tuh calon pawangnya si bella
Mochi 🐣
lanjut
Susma Wati
si laras pelakor gak tahu diri mau meres ivana
Epi Widayanti
hempaskan ulat bulu itu Daisy
Epi Widayanti
/Heart//Heart//Heart/
Asa Asa
belom pernah hidup serumah sama mertua
Susma Wati
ivana terlalu terobsesi pada damian yang menghancurkan dirinya sendiri, akibat dari perbuatan ayahnya yang lebih pergi dengan pelakor, da si pelakor dengan tidak tahu diri ingin memeras ivana
Epi Widayanti
Lanjut 👍👍
Epi Widayanti
lanjut
Epi Widayanti
Lanjut, makin kepanasan tuh si Ivana /Joyful/
Nix Ajh
eh Andrean mokondo, harusnya Daisy yang marah ini malah kebalik, kamu yang marah
Asa Asa
jahat banget
Margaretha Indrayani
semoga beban daisy tambah ringan. jasmin lebih baik ngomong saja soal foto itu biar jelas masalahnya
Nix Ajh
selalu ada kesempatan kedua, bahagia buat Damian, Daisy, dan Vio
Mochi 🐣
Kepedean
Susma Wati
banyak yang kayak ibu diana,
AriNovani
Komen guyss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!