NovelToon NovelToon
Misteri 7 Sumur

Misteri 7 Sumur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / Hantu
Popularitas:575
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Setelah mendapatkan air sumur pertama, kedua, ketiga, keempat , kelima, dan keenam, tinggal ketujuh....konon di sumur inilah telah banyak yang hanya tinggal nama.....mengerikan !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XVII KERETA MAUT

    Setelah menghunus pedang yang berwarna perak itu, wanita tadi langsung menyerang Sabdo dengan gerakan yang amat lincah, bahkan Sabdo sempat pula kain bajunya tergores pedang tadi. Setelah melakukan serangan mendadak, wanita itu berdiri sambil meluruskan pedangnya menunjuk ke arah Sabdo.

"Hai...kamu manusia licik, beraninya melawan yang bukan tandinganmu, ini aku, cepat lawan pengecut !" ancam wanita itu dengan mata membara.

"Kamu yang licik Permoni, kamu yang pengecut setan jalang, lawan aku, dia bukan lawanmu," sahut Kundil sambil berdiri.

Lalu wanita itu menyerang Sabdo dan saat pedang itu mendekat tiba-tiba melesat sinar putih dengan warna perak, dan saat sinar itu menabrak pedang wanita tadi, terjadi sebuah ledakan, duuuuuaaaarrrr, pedang wanita itu hancur. Serpihan pedang itu berhamburan membuat suara mendesing hingga banyak warga yang menyaksikan pertempuran itu mengalami luka akibat terkena serpihan tadi, sementara Sabdo langsung tiarap agar tidak terkena serpihan, namun kakinya tepat di telapak kaki terserempet serpihan membuat dirinya menjerit.

Wanita itu langsung mundur beberapa langkah, lalu ia mengeluarkan cemeti, saat dibunyikan, cemeti itu mengeluarkan suara yang keras dan dahsyat ditambah ujung cemeti tadi mengeluarkan api, membuat rerumputan mati terbakar. Kundil hanya diam, lalu tangan kanannya mengepal dan berubah warna menjadi putih perak, lalu ia menjulurkan tangan itu dan keluarlah sinar putih menyilaukan, pertanda Kundil menggunakan tenaga dalam kwalitas tinggi. Sinar itu lurus mengarah ke tubuh wanita tadi, dan.......sinar itu menghantam tubuh tersebut hingga wanita itu terlempar jauh.

Sementara itu beberapa orang mengangkat tubuh Sabdo yang terluka untuk diobati. Dari ujung sana dimana wanita tadi terlempar, muncul beberapa kelelawar besar menyerang Kundil. Lalu tubuh Kundil dikerumuni kelelawar itu hingga tak tampak lagi, dan beberapa saat kemudian satu per satu kelelawar itu berjatuhan, sementara tubuh Kundil berubah menjadi tubuh yang mengeluarkan api menyala. Tubuh itu akhirnya melesat ke atas, di sana tubuh itu tampak bertarung dengan wanita tadi yang saat itu sudah memegang senjata seperti kail pancing, suaranya menderu , tapi tubuh api menyala itu akhirnya membara semakin besar, dan dari mulut wanita tadi terdengar jeritan keras lalu....aaaaaaaakh....aaaaaaakh....dugh.......peeeeessh.

Tubuh wanita itu jatuh ke tanah dengan tubuh terbakar sampai gosong. Banyak mata memandang ke arah wanita itu, sementara Kundil kembali ke asal , tubuhnya masih tampak bersih tanpa ada yang terbakar.

"Dia itu Permoni ki sanak, wanita jalang aliran setan yang sangat sadis, biasanya ia menjadi wanita jadi-jadian pemakan darah, bisa juga jadi burung gagak hitam dan memakan bangkai, baik bangkai hewan ataupun bangkai manusia," jelas Kundil.

"Hmmmmm....rupanya itu juga jadi musuh kakek Palon dulu ki sanak," jawab Sabdo.

" Ooooh...si Palon juga ikut membantumu ki sanak ?" tanya Kundil sambil menyembunyikan sesuatu.

"Iya ki sanak, tapi saya tidak tahu, kakek itu menyebutnya dengan nama itu," kata Sabdo.

"Hmmmm, akhirnya Palon juga pernah bertemu ki sanak ya ?" tanya Kundil.

"Siapa itu Palon tuan," kata Wiratsangka sambil bertanya.

"Palon itu seorang utusan ki sanak," jawab Kundil.

"Bolehkah ki sanak menceritakan siapa itu Palon," pinta Sabdo.

"Jadi begini ki sanak," kata Kundil sambil matanya menatap ke depan.

Dahulu kala di negara Kadewatan, Sanghyang Wenang memiliki seorang putra yang sangat tampan, karena ketampanan itulah banyak wanita ataupun bidadari yang sangat mencintai putra Sanghyang tersebut. Hingga suatu hari putra Sanghyang Wenang itu sebut saja Sanghyang Tunggal disuruh untuk bersemedi. Dari semedinya itu, dirinya mendapat tiga buah bunga, yaitu bunga Wijaya Jati, bunga Wijaya Sari dan bunga Wijaya Kusuma. Saat bersemedi di puncak Swargaloka itu Sanghyang Wenang mendapat wejangan dari kakeknya yakni Sanghyang Nurasa.

Setelah mendapatkan bunga itu, akhirnya turunlah ia untuk memberikan bunga itu kepada ayahnya , namun sayangnya dua bunga itu terjatuh saat Sanghyang tunggal terpeleset, maka jatuhlah bunga Wijaya Sari menjadi tumbuhan, dan bunga Wijaya Jati menjadi hewan. Dan ia hanya membawa bunga Wijaya Kusuma. Untuk itulah nantinya manusia akan berebut wilayah atau daerah ataupun bangsa alias negara. Dan banyak darah menetes di bumi ini hanya untuk memperebutkan Kusuma itu. Sedangkan bunga nanti untuk ditaburkan, sedangkan wijaya akan menjadi kekuatan.

Setelah menyerahkan bunga Wijaya Kusuma itu maka Sanghyang Tunggal menjadi tidak setampan tadi bahkan banyak yang menghinanya. Sedangkan hanya 1 perempuan yang siap untuk dipersunting , dia adalah seorang Dewi yaitu Dewi Sasmitra. Dari pernikahan dengan Dewi Sasmitra maka lahirlah tiga putra, yaitu Ismaya, Antaga dan Manikmaya. Hanya saja Manikmaya ini salah satu kakinya cacat, maka dari kecil ia selalu dibawa oleh seekor sapi yang dinamakan lembu kencana. Sedangkan kedua kakaknya itu diberikan ilmu-ilmu kanuragan dari kakeknya tadi, sedangkan Manikmaya diberi ilmu kebatinan oleh cicitnya yakni Sanghyang Nurasa.

Setelah dewasa nanti, Ismaya akan memiliki sebuah senjata dengan nama sesajen, sedangkan Antaga memiliki ilmu berupa ajibanda. Kedua ilmu itu tentu berlawanan, namun karena mereka hidup di kadewatan, maka perselisihan ilmu itu tak ada, yang ada hanya persaingan aji dan ismu saja.

"Demikian yang saya tahu ki sanak," kata Kundil.

"Hmmmm...ceritanya sungguh jauh ki sanak, berarti Palon itu beda orang ," kata Sabdo.

"Nanti juga ki sanak akan jelas siapa itu Palon," ujar Kundil.

Sementara mereka yang mendengarkan dibuat penasaran oleh Kundil. Akhirnya Wiratsangka memberanikan diri untuk bertanya.

"Maaf tuan, selanjutnya bagaimana itu kan baru menerima ilmu saja, pasti ada kelanjutannya," kata Wiratsangka.

"Jadi begini....setelah itu Ismaya dan Antaga diturunkan ke alam dunia ini dan jadilah manusia biasa," jelas Kundil.

"Ah....itu disingkat namanya tuan, nggak jelas tahu-tahu sudah ke bumi saja, itu banyak yang disingkat," kata Wiratsangka.

"Lain kali saja ki sanak, nanti di pendopo saja, soalnya masih banyak yang harus kita hadapi setelah bahaya tadi," kata Kundil.

Akhirnya mereka kembali dalam posisi semula kalau-kalau bahaya mengancam, sementara di atas sana mendung menutupi sinar rembulan, membuat suasana makin kelam, dan saat itulah, dari kegelapan malam itu, di atas sana tampak benda melayang sebesar tabung besar kilang minyak. Benda itu makin turun makin besar, dan akhirnya menginjak tanah.

Terdengar suara begitu menggetarkan dan mengagetkan. Benda itu ternyata seperti babi, mulutnya begitu seram, dengan banyak cairan yang menetes, sementara matanya menyala dan telinga seperti telinga kuda, giginya runcing tampak beberapa sisa daging masih menempel diantara sela-sela gigi, suaranya meraung keras memberikan suasana menggidikkan setiap bulu roma, rasa merinding bercampur gemetar pada setiap warga yang melihat.

Di hamparan itu, makhluk tadi meraung memekakkan telinga, sementara di rumah-rumah warga terdengar suara bayi menangis silih berganti, membuat rasa iba bercampur takut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!