Devan, Pemimpin bisnis raksasa ditunangkan dengan Danisa. Seseorang yang berasal dari desa. Orang mengira jika tunangannya yang bernama Danisa itu adalah wanita yang tidak memiliki pendidikan tinggi dan tidak berbudaya, gila, bisu, tidak pantas untuk bersanding dengan Devan yang notabene nya berasal dari keluarga kaya raya lagi terpandang.
Semua tuduhan yang di alamatkan padanya, Danisa terima karena ia juga memiliki suatu misi rahasia. Yaitu mengungkapkan sebuah kasus yang mengorbankan keluarga nya. Danisa yang mendapatkan ilmu bedah turunan sang nenek yang merupakan seorang legenda di dunia kedokteran, sudah berhasil mengoperasi banyak orang hingga sembuh seperti sedia kala. Sampai pada suatu hari diketahui bahwa Danisa sebenarnya adalah orang yang ahli di bidang medis, semua orang langsung tercengang.
Penyamaran yang Danisa lakukan bukanlah tanpa sebab~
IG: @alana.alisha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alana alisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Nostalgia
Danisa berjalan keluar dari kantor polisi. Ia melangkah cepat. Gadis cantik itu berdiri di pinggiran trotoar menunggu taksi datang. Namun taksi tak kunjung muncul. Sebuah mobil tiba-tiba berhenti di hadapannya. Orang yang ada di dalamnya membuka kaca.
“Danisa, apa kamu akan kembali lagi ke kampus? Masuklah!” Titah orang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Mr. Charles. Beliau keluar saat urusannya di kantor kepolisian selesai. Danisa memutuskan untuk masuk ke dalam mobil tanpa menjawab pertanyaan.
“Tidak ku sangka, sekarang kau menjadi sehebat ini Danisa!” Ucap Mr. Charles memuji. Beliau membuka percakapan.
“Sejak kita bersekolah di sekolah kedokteran dulu, kau memang jauh lebih piawai dariku. Maka aku memutuskan untuk beralih profesi menjadi pengacara. Pekerjaan ini memang lebih sesuai dengan karater-ku! Hahaha” Lanjut Mr. Charles dengan terus melajukan mobilnya. Beliau mengenang saat mereka menjadi senior dan junior di sekolah kedokteran. Danisa ikut tertawa.
“Guru kita yang menuntun ku menjadi pengacara. Beliau mengetahui bahwa bakatku memang bukan lah di kedokteran. Namun… ya memang dasarnya pernah belajar, sedikit banyaknya aku mengerti ilmu tersebut. Hal ini sangat berguna untukku dalam memecahkan kasus” Mr. Charles masih mengenang masa lalu mereka.
“Tapi sehebat-hebat nya aku, tetap lah kau yang jauh lebih hebat hingga aku merasa insecure. Hahaha” Charles terus saja memuji Danisa. Ia begitu membanggakan kemampuan yang di miliki oleh gadis muda tersebut.
“Oh iya, bagaimana kabar Mrs. Smith guru kita itu? Bagaimana keadaan dan kesehatan beliau? Kau kan dekat dengannya” Tiba-tiba Mr. Charles teringat akan gurunya tersebut. Danisa yang tengah memegang handphone langsung mencari kontak Mrs. Smith lalu melakukan panggilan. Tombol loudspeaker pun ia nyalakan.
Mrs. Smith tengah menikmati kopi sore nya dengan bersantai di beranda ketika Danisa menghubunginya. Beliau mengerutkan kening, tidak biasanya gadis itu menghubungi beliau di jam segini. Tak menunggu lebih lama, Mrs. Smith guru dari Danisa dan Charles pun langsung mengangkatnya dengan mengucapkan salam hangat.
“Danisa… tega sekali! Kamu hanya mengingat nenekmu saja! Tapi kamu sama sekali tidak mengingatku. Kamu melupakanku dan jarang sekali menelpon, huh?!” Mrs. Smith mulai memarahi Danisa. Ia terus saja mengomel panjang lebar. Mr. Charles hanya tersenyum mendengarnya.
“Maaf Master, Danisa bersalah. Untuk ke depan, Danisa akan lebih sering menelpon dan akan mengunjungi Master!” Sahut Danisa cepat. Ia memang sangat menghormati Mrs. Smith, guru yang sudah mentransferkan ilmu kedokteran sehingga ia menjadi seorang yang begitu dibutuhkan serta dielu-elukan saat ini. Walau pun identitasnya masih tersembunyi.
“Baiklah, aku akan memegang janjimu! Tapi, ada apa tiba-tiba kau menghubungiku? Apa ada yang bisa ku bantu?”
“Tidak, Aku sedang bersama Mr. Charles. Beliau menanyakan kabar Master Guru!” Sahut Danisa. Mr. Charles dan Mrs. Smith pun terlibat dalam percakapan yang mengasikkan. Sudah lama mereka tidak saling mengobrol, sampai tiba-tiba Mrs. Smith mengingat sesuatu.
“Oh iya Danisa, ada seseorang yang ingin mengundangmu melakukan sebuah operasi. Bagaimana? Apa kau mau mengambilnya? Kau setuju kan?”
Danisa tampak berpikir.
“Bagaimana Danisa?” Tanya Mrs. Smith tak sabar ingin mendengar jawaban dari muridnya tersebut.
“Aku minta maaf. Aku tidak bisa Mrs. Smith!” Sahut Danisa.
“Huh, sudah diduga jawabanmu akan begitu!” Ucap Mrs. Smith tampak kesal.
“Ini salah nenekmu juga sih! Nenek mu harus disalahkan karena telah membuatmu bertunangan sehingga menghambat semua pekerjaanmu!” Sembur Mrs. Smith.
“Apa? Tunangan?” Merasa kaget. Mr. Charles menatap Danisa dan begitu terkejut dengan apa yang ia dengar. Beliau benar-benar kaget Danisa telah bertunangan.
***
Mr. Charles mengantar Danisa sampai ke depan gerbang kampus. Wanita tersebut melesat sebentar ke asrama untuk beristirahat setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih kepada pengacara kondang karena telah mengantarnya sampai ke tempat tujuan. Danisa jadi tidak perlu bersusah payah memanggil taksi. Ia pun bergegas masuk ke dalam asrama.
Danisa berhasil terlelap 15 menit di dalam kamar asrama nya. Istirahat singkat cukup memulihkan energinya yang terasa terkuras dengan berbagai permasalahan yang ia hadapi.
Danisa menge-cek jam yang ada di dinding. Ia pun bersiap-siap menuju kelas.
Di dalam kelas, ternyata para siswa diberikan tugas penelitian. Karena Danisa baru saja tiba, jadi model kelas penelitian nya juga belum tiba. Di kelas ini masing-masing orang memiliki satu model.
Danisa hanya bisa berbagi dengan teman sekelasnya sembari menunggu. Ia mengamati situasi dan kondisi, kira-kira siapa dari mereka yang berkenan berbagi dengannya, Ia melihat ke kanan dan ke kiri. Sampai tiba-tiba salah seorang teman wanita bernama Dewi mengajak Danisa untuk menggunakan model miliknya untuk digunakan secara bersama-sama. Danisa pun menerima itikad baik temannya dengan penuh rasa terima kasih.
Setelah kelas berakhir dan mereka mampu menyelesaikan semua tugasnya, Dewi mengajak Danisa untuk berkeliling sekolah. Karena Danisa adalah seorang mahasiswa baru, jadi Ia berinisiatif untuk memperkenalkan sekolah yayasan yang terkenal elit ini pada-nya. Danisa mengangguk setuju setelah sempat berpikir sejenak.
Bersama-sama mereka berkeliling sekolah. Dewi memperkenalkan satu persatu tempat dan bangunan yang mereka lewati. Danisa juga memperhatikan dengan saksama. Ia menghargai teman kelas nya yang baik hati itu.
“Ini adalah laboraturim biologi. Bangunan favorit anak-anak Mipa” Ucap Dewi menerangkan dengan menunjuk ke arah bangunan menggunakan telunjuk nya. Danisa mengangguk-angguk kan kepala.
“Kita bisa bermain basket di sebelah sana! Sekolah ini memiliki 3 lapangan besar di samping beberapa lapangan kecil” Lanjutnya lagi. Mereka terus menelusuri sekolah sampai tiba-tiba seorang laki-laki yang berlawanan arah datang menghampiri mereka. Laki-laki tersebut begitu tampan dan klimis. Penampilan rapinya menunjukkan bahwa ia seorang pecinta kebersihan. Pemuda ini memakai baju dengan setelan jas seperti seorang model. Ia berhasil membuat siapa saja yang melihat menjadi terkagum-kagum akan ketampanan-nya.
“Danisa, apa benar kamu memukul orang? Apa benar kamu terlibat perkelahian? Jawab!” Tanya orang yang ternyata adalah Devan. Laki-laki itu bertanya ketika berada di hadapan Danisa. Gadis itu menatap Devan dengan mengerutkan keningnya.
“Apa kamu lupa sama tiga kesepakatan kita?! Apa perlu aku mengulang nya, Hah??” Tanya Devan lagi. Ia menarik lengan Danisa dengan mencengkramnya. Danisa hanya menatap Devan dengan pandangan mata yang seolah mengatakan bahwa itu bukan-lah urusannya. Devan menggelengkan kepala tidak mengerti dengan jalan pikiran Danisa. Netra mereka saling bertemu. Angin menggoyangkan helaian rambut indahnya ke kanan dan ke kiri.
“Danisa… Siapa dia? Siapa pria ini?” Tanya Dewi setengah berbisik namun bisa di dengar dengan jelas oleh Devan. Danisa ingin sekali menjawab bahwa laki-laki yang berada di hadapan mereka adalah saudaranya. Namun wanita itu mengurungkan niatnya. Danisa memilih diam.
“Apa dia adalah ayahmu?” Lanjut Dewi lagi. Pertanyaan yang Dewi lontarkan sukses membuat Devan terenyak. Wajah nya berubah muram.
***
Hi Teman-Teman, Yuk dukung terus karya Alana dengan cara LIKE KOMEN VOTE, berikan HADIAHnya. Terima Kasih ^^ Jazakumullah Khairal Jaza' ❤
IG @alana.alisha
***