NovelToon NovelToon
What Is Love? "Silent Love"

What Is Love? "Silent Love"

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Keluarga / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:220
Nilai: 5
Nama Author: SNFLWR17

Menurut Kalian apa itu Cinta? apakah kasih sayang antara manusia? atau suatu perasaan yang sangat besar sehingga tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata?.
Tapi menurut "Dia" Cinta itu suatu perasaan yang berjalan searah dengan Logika, karena tidak semua cinta harus di tunjukan dengan kata-kata, tetapi dengan Menatap teduh Matanya, Memegang tangannya dan bertindak sesuai dengan makna cinta sesungguh nya yang berjalan ke arah yang benar dan Realistis, karena menurutnya Jika kamu mencinta kekasih mu maka "jagalah dia seperti harta berharga, lindungi dia bukan merusaknya".
maka di Novel akan menceritakan bagaimana "Dia" akan membuktikan apa itu cinta versi dirinya, yang di kemas dalam diam penuh plot twist.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNFLWR17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jevan dan si teman kecambah nya

Hari telah berlalu dan saat ini mereka kembali ke lapangan basket lagi, karena hari ini pertandingan final antara Kelas X IPA melawan XI IPA.

Pertandingan sedang berjalan, terlihat Kenzo sangat lincah bermain basket.

Dan sorak-sorai terus terdengar dari pendukung kedua angkatan tersebut.

Sedangkan Jevan juga sedang duduk di kursi penonton bagian belakang, berbaur dengan orang-orang.

Dan ketiga perempuan, yaitu Alena, Dewi, dan Nadia, juga terlihat antusias melihat Kenzo yang sedang bermain.

Beberapa menit kemudian, pertandingan pun selesai.

Pertandingan saat ini berjalan dengan lancar tanpa ada drama satu pun, tidak seperti pertandingan basket yang dimainkan oleh Jurusan IPS angkatan Jevan.

Dewi menarik tangan Alena, berlari pelan ke arah Kenzo dan teman-teman timnya.

"Kiwww, ada cewek cantik," goda si cowok tinggi, berkulit tan, dengan senyum menggoda ke arah Alena dan Dewi.

"Ken, pasti antara mereka berdua ada pacar lo, kan? Ngaku, enggak!" ujar cowok berambut man bun undercut, sambil menaik-turunkan alis.

Kenzo yang diberi pertanyaan begitu hanya diam sambil senyum kecil, yang membuat keyakinan mereka berdua bahwa Kenzo dan Alena adalah sepasang kekasih.

"Hoo-hoo, ternyata si kapten sudah ada gandengan, ya, ternyata," goda sang pelatih.

Di sisi Alena, ia hanya menimpali gurauan mereka dengan tersenyum.

"Ini buat lo," Alena menyodorkan sebotol air minum kepada Kenzo, yang membuat orang-orang di situ semakin gencar menggoda mereka berdua.

Di sisi lain, Nadia yang masih duduk di kursi penonton mencari seseorang, dan tak lama ia menangkap visual familiar di area belakang, yang di mana para penonton atau para siswa sudah berjalan meninggalkan area lapangan.

Tidak lama, tatapan mereka berdua bertubrukan, sama-sama memberikan tatapan intens.

Nadia yang duluan memutuskan kontak mata itu dan mencari sosok Dewi dan Alena.

Dia berdiri dan berjalan ke arah Dewi dan Alena yang masih bercanda gurau dengan para pemain di tim Kenzo.

"Hai, semua," sapa Nadia dengan senyum ceria sampai mata menyipit.

"Lah, muka baru? Soalnya gue baru lihat ni orang," tanya si tinggi kulit tan itu.

"Haha, iya, aku memang masih baru di sini. Btw, kenalan, gue Nadia, murid pindahan dan sekelas sama mereka berdua," ujar Nadia sambil menunjuk Dewi dan Alena.

"Oh, salam kenal juga,"

ucap teman setimnya Kenzo.

"Btw, tumben gue enggak lihat si Jevan, tu anak di mana? Padahal gue mau pamer," ujar si cowok man bun undercut.

Mereka yang mendengar perkataan itu langsung melihat area tribun penonton, dan benar saja Jevan tidak kelihatan sama sekali. Mungkinkah dia malu karena tidak masuk final? Mungkin saja begitu.

Sedangkan orang yang mereka bicarakan sedang asyik nongkrong di warung luar area sekolah. Yaps, ni anak sedang bolos.

Soal pertandingan pun dia bodoh amat siapa yang menang, selagi dia tidak ditagih uang sanksi karena tidak ikut serta dalam lomba.

Dia jadi merindukan seseorang.

Tiba-tiba datang Bagas, bestie-nya dari era masih jadi kecambah.

"Hei yoo, bro!" Bagas menepuk bahu Jevan, yang hampir membuatnya tersedak air liurnya sendiri.

"Dasar puk—" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, si Bagas langsung menutup mulutnya dengan cepat.

"Astaga bestie, sopan kah kamu akan berkata begitu?" ucap dramatis Bagas sambil menampilkan wajah dibuat-buat sedih.

"Apaan sih? Makanya jangan tiba-tiba muncul kayak setan.

Bagas mendengar perkataan Jevan semakin mendramatis.

"Hummm, kamu tega, Mas," gaya Bagas centil sambil memukul pelan dada Jevan.

"Dih, najis banget. Bot* lo?" kata Jevan menampilkan wajah yang melihat tingkah Bagas dengan tatapan jijik. Ingin rasanya memukul sahabatnya ini sampai pingsan

.

"Apa? Amit-amit gue jadi bot*," ujar Bagas sambil kepalanya dipukul pelan, habis itu di meja secara bergantian, seakan membuang sial.

Sedangkan Jevan masih menatap aneh sahabatnya.

"Btw, lo udah ke rumah sakit?" tiba-tiba Bagas bertanya dengan nada serius.

"Malas gue, ngapain ke sana?" jawab Jevan dengan malas.

"Jangan gitu lah, demi kebaikan lo sendiri." Bagas melihat Jevan dengan tatapan meyakinkan.

"Nanti lah, kalau gue sudah mood, baru gue ke sana. Kalau sekarang lagi malas."

Sedangkan Bagas hanya menghela napas pasrah, percuma dibilangin ni orang.

"Pulang sekolah kita healing yuk, sudah lama kita enggak healing," sambung Jevan, yang tidak tega melihat sahabatnya yang menampilkan raut sedih.

"Oke lah, gas," jawab Bagas dengan riang.

Percayalah, di balik tampang sangarnya Bagas tersembunyi hati bagaikan si Thumbelina Barbie.

"Oh iya, gue kayak enggak suka sama si Kenzo-Kenzo itu. Kayak sok cakep banget," ucap Bagas julid, yang secara random memikirkan seorang Kenzo.

"Lah, dia kan cakep," Jevan menatap polos Bagas.

"Iya juga sih, tapi gue lihat-lihat tu orang kayak gimana gitu. Mentang-mentang disukai cewek-cewek sekolah ini, dia malah jadi besar kepala." Julid-nya Bagas semakin menjadi-jadi.

Jevan hanya diam mengamati.

"Ya, kan? Ingin rasanya gue pukul sampai babak belur, tapi sayang dia dijaga bagaikan artefak berharga dunia."

Lagi dan lagi kalimat julid yang keluar dari mulut Bagas.

"Udah, kalau ada kesempatan baru kita borong ramai-ramai, gimana?" usul Jevan asal.

"Boleh juga ide lo, tapi kapan, ya?" Bagas kembali lesu mengingat mimpinya untuk memukul Kenzo sangat mustahil, karena Kenzo berasal dari keluarga berpengaruh.

Sedangkan dirinya hanya anak dari dokter umum dan ibu rumah tangga.

Makanya dia tidak bisa asal bully si Kenzo.

Bisa hancur keluarga gue dibuat Kenzo kalau hal itu terjadi. Pikir Bagas, yang rasanya ingin menangis sambil berguling-guling.

Oke, kita katakan bahwa tidak beda jauh sama si Jevan, yaitu "Alay".

"Daripada lo bacot terus, nih, makan." Jevan menyodorkan mie ayam yang dia pesan di saat Bagas sedang bergulat dengan otak kecilnya itu.

"Wow, kapan lo pesan ni mie ayam? Jangan-jangan lo punya kekuatan magic?" Bagas langsung mengambil tangan Jevan, lalu melihat telapak di tangan dengan penasaran.

Kali ini Jevan sudah tidak tahu harus bagaimana lagi tentang isi pemikiran sahabatnya yang sangat absurd.

"Sejak lo tiba-tiba jadi gila tadi." Jevan menarik tangannya yang dipegang Bagas, lalu mengambil ponsel dan mengetik sesuatu di sana.

Saat Jevan merasa ada sesuatu yang menatap ke arahnya dan bahunya agak berat, dia langsung melihat ke arah samping.

Dan yaps, Bagas. Dirinya melihat isi pesan yang dilihat Jevan. Setelah Bagas sadar jika tatapan tajam yang dilayangkan oleh Jevan, dia hanya nyengir kuda tanpa beban, lalu dia membetulkan posisi duduknya, langsung melanjutkan makan mie ayam yang sempat tertunda.

Jevan menjadi berpikir bahwa kok bisa manusia dengan fisik preman, sifat absurd, jadi sahabat dekatnya.

Jevan mode tidak sadar diri 😒

1
Michelle Flores
Menggugah hati
Tae Kook
Thor, kapan update lagi nih?
Tani
Thor, jangan diam aja, kasih kabar kalo ada kendala, kami akan terus menunggu!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!