NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Mafia

Terjerat Cinta Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: zhar

Ketika Maya, pelukis muda yang karyanya mulai dilirik kolektor seni, terpaksa menandatangani kontrak pernikahan pura-pura demi melunasi hutang keluarganya, ia tak pernah menyangka “suami kontrak” itu adalah Rayza, bos mafia internasional yang dingin, karismatik, dan penuh misteri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

“Anda mau aku ngapain?” tanyaku dengan mata membelalak. Aku bener-bener nggak percaya sama yang barusan kudengar.

“Hahaha! Nggak usah kaget gitu dong. Seperti yang tadi aku bilang, aku pengin kamu pindah dan tinggal bareng Rayza. Dia ganteng kan? Mirip aku waktu masih muda…” ujar Bos sambil tertawa kecil dan menyeruput segelas anggur merah.

“Umm… yang jadi masalah bukan penampilannya, sih…” gumamku.

“Kamu bakal lakuin ini. Itu bagian dari kesepakatan. Kamu harus tinggal bareng anakku selama 30 hari. Kalau setelah itu kalian berdua sama-sama mutusin nggak mau nikah, ya sudah, aku lepas. Bebas. Gampang, kan?” katanya sambil tersenyum puas.

“Aku nggak bisa… tinggal satu atap sama dia…” ucapku tegas, menekankan tiap kata.

“Semuanya udah aku siapin. Tenang aja, aku nggak maksa kalian tidur sekamar kok. Aku udah sewa satu unit penthouse dua kamar di apartemen paling mewah di kota ini buat kalian. Anggep aja ini awal yang baru!” kata Bos sambil bertepuk tangan, semangat banget.

Hmm… jadi kami bakal punya kamar masing-masing. Rasanya kayak tinggal bareng temen cowok aja. Selama 30 hari, aku bisa aja ngurung diri di kamar. Sebenarnya, kedengarannya nggak seburuk itu. Banyak juga kok orang yang ngekos bareng lawan jenis dan fine-fine aja. Lagi pula, kayaknya Rayza juga udah punya pacar. Harusnya aman, kan?

“Umm… ada syarat lain nggak?” tanyaku pelan.

“Ada. Selama 30 hari kalian tinggal bareng, tiap hari kamu harus ngelakuin sesuatu buat Rayza, atau nurutin satu permintaannya. Tapi kalian berdua boleh pilih, ya antara lakuin sesuatu buat dia atau kabulin permintaannya. Gitu aja, kok,” jawab Bos sambil tersenyum santai.

"Cuma itu?"

“Waktu Bapak bilang ‘melakukan sesuatu’… maksudnya hal-hal biasa aja, kan?” tanyaku dengan nada curiga.

“Ya tentu saja. Kamu bisa dengarkan keluh-kesah dia, masakin buat dia, mijitin kalau dia capek, buangin sampah, nemenin jalan-jalan… apa aja lah,” jawab si Bos santai.

“Terus gimana kalau Rayza minta yang aneh-aneh?” tanyaku, masih penuh curiga.

“Ya tinggal kamu tolak aja. Bujuk dia baik-baik supaya dia setuju sama versi kamu. Gitu aja kok repot,” katanya sambil mengangkat bahu.

“Hmm…” gumamku lirih sambil menimbang-nimbang semua ini di kepalaku.

“Bagus! Berarti kita sepakat!” serunya sambil menepukkan kedua telapak tangannya yang besar.

“Eh, tunggu… jangan buru-buru gitu dong,” protesku cepat.

“Saya ini udah lebih tua dari yang kamu kira, Nak. Saya nggak punya waktu buat nungguin kamu mikir lama-lama. Sekarang, beresin barangmu. Mulai hari ini kamu tinggal bareng Rayza!” ucapnya sambil berdiri tegak, penuh percaya diri.

Aku sampai berkedip-kedip saking kagetnya. Bapak tua ini serius banget. Hari ini tinggal bareng, besok nikah? Gila.

“Tunggu… satu hal lagi. Setahu saya, anak Bapak itu udah punya calon, deh. Namanya… Amelia, ya?” tanyaku ragu sambil menggigit bibir bawah. Kalau Rayza nikah sama Amelia aja, aku kan nggak perlu ikut campur.

“Rayza nggak akan nikah sama Amelia… Dia nggak bisa,” jawab si Bos datar. Tapi wajahnya langsung gelap, kayak ada awan hitam lewat di atas kepala.

Maksudnya apa tuh?

Sebelum aku sempat nanya lebih jauh, dua pria berpakaian hitam masuk ke ruangan dan menggiringku keluar.

30 hari. Aku cuma perlu bertahan selama 30 hari… habis itu aku bisa balik ke hidupku yang biasa.

Lagipula Rayza udah punya cewek yang dia suka, jadi dia nggak bakal naksir aku. Nanti setelah 30 hari, kita pisah baik-baik, dan si Bos nggak punya alasan buat nahan aku lagi. Bahkan, kalau aku bisa bujuk Rayza buat ambil alih bisnis mafianya, bisa jadi aku bebas lebih cepat…

Wah! Aku tahu sih penthouse-nya pasti keren, tapi aku nggak nyangka bakal sekeren ini. Letaknya di lantai paling atas, dan aku bisa lihat pemandangan kota Jakarta dari segala arah tanpa halangan. Tempatnya luas banget, dan interiornya… duh, kayak galeri seni modern. Bikin melongo.

Setelah pria berbaju hitam itu menurunkanku dan mengantarku ke suite penthouse ini, mereka langsung pergi begitu saja. Tapi aku tidak sendirian di dalamnya. Seorang perempuan paruh baya dengan rambut beruban dan wajah bulat menyambutku dengan senyum lebar dan penuh semangat.

“Selamat datang, Nak! Namaku Bu Sarah. Katanya sih aku ini asisten rumah tangga, tapi sejujurnya aku lebih kayak pengasuhnya Tuan Rayza dari dulu… ya, semacam pengurus rumah tangga sekaligus babysitter, gitu lah. Tapi kamu panggil aku Bibi aja ya, biar akrab,” ucapnya dengan ramah dan bangga.

“Begitu ya. Senang bertemu dengan Bibi. Nama saya Maya Sanjaya,” jawabku sambil tersenyum sopan.

“Wah, akhirnya ketemu juga! Ayo sini, Bibi antar keliling. Semua barang-barang kamu udah dikirim ke sini dan udah Bibi tata rapi di kamar kamu ya. Nih, ini kamar Tuan Rayza. Itu ruang tamu… situ ruang makan… itu home theater… ini ruang gym… kolam renangnya ada di balkon luar… dan ini dapur pribadimu.”

“Kalau staf dapur ada sendiri ya, buat masak yang agak ribet-ribet…” jelas Bibi sambil menunjuk ruangan-ruangan itu satu per satu.

Aku menurut saja, berjalan di belakangnya sambil memperhatikan betapa luas dan megahnya tempat ini. Aku tahu penthouse itu besar, tapi tidak menyangka akan sebanyak ini fasilitasnya. Gym, kolam renang pribadi… yah, entahlah, mungkin suatu hari bakal kepakai.

Setelah selesai berkeliling, Bibi mengajakku ke ruang makan dan mempersilakan aku duduk. Entah sejak kapan, meja makan itu sudah tertata rapi dan penuh dengan aneka hidangan yang tampak lezat. Ada lilin pula di tengah meja, seperti jamuan makan malam romantis.

Makan malam dengan cahaya lilin di hari pertama? Bukannya ini agak lebay?

Aku hampir tertawa melihat betapa niatnya semua pengaturan ini. Seperti sinetron.

“Nona Maya, silakan duduk.Tuan Rayza pasti sebentar lagi datang,” kata Bibi dengan yakin, seolah aku benar-benar menunggu-nunggu pria itu.

Aku hendak bilang bahwa aku nggak masalah kalau Rayza nggak muncul sama sekali, tapi belum sempat mulut ini terbuka, pintu kamar terbanting dengan suara keras.

Brak!!

Hmm, sepertinya ada tembok yang bakal retak malam ini.

“Tuan Rayza!” seru Bibi sambil menghampirinya.

Aku berusaha kelihatan tenang dan tetap menatap lurus ke arah kursi kosong di seberangku. Dalam hitungan detik, Rayza muncul dan langsung menjatuhkan diri di kursi itu tanpa sepatah kata pun. Tak menoleh ke Bibi, apalagi ke aku.

Rayza mengenakan jaket kulit hitam di atas kaus putih dan celana jins hitam. Rambutnya yang pirang keemasan tampak berkilau tertimpa cahaya lilin, dan matanya yang biru terang menatap lurus ke arahku.

Aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Jadi aku hanya membalas tatapannya. Menatap mata birunya yang dalam dan… entah kenapa, mengganggu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!