Pertempuran sengit di hutan Daintree menjadi titik balik dalam perburuan harta karun misterius. Bernard dan timnya terjebak dalam wilayah musuh yang menyamar sebagai suku pedalaman. Pertarungan demi pertarungan membuat mereka harus memilih antara bertahan hidup atau menjadi korban dari permainan berbahaya ini.
Kini, badai sesungguhnya mulai datang. Musuh bukan lagi sekadar kelompok bersenjata biasa—tapi sebuah kekuatan tersembunyi yang bergerak di balik layar, mengintai setiap langkah Bernard dan sekutunya. Hujan, malam, dan hutan gelap menjadi saksi pertarungan antara nyawa dan ambisi.
Sementara Bernard berjuang sendirian dalam keadaan terluka, Garrick dan tim bergerak semakin dekat, menghadapi ancaman yang tak lagi sekadar bayangan. Di sisi lain, Pedro menyusup ke dalam lingkaran musuh besar—mendekati pusat rencana penyerangan terhadap Alexander dan kekuatan besar lainnya.
Apakah Bernard dan timnya akan berhasil keluar dari hutan maut itu? Atau justru badai dendam dan ambisi akan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Shane menatap tajam Pedro. Pertandingan semalam membuatnya benar-benar marah. Ia kalah bahkan sebelum bertanding. Meski sangat jengkel dan kesal, ia harus mengakui jika apa yang dikatakan Pedro benar adanya. Emosi bisa menjadi bumerang baginya.
Pedro melirik Shane sekilas, bersiap mendengar arahan. Sampai sekarang, ia masih kesulitan mengirim pesan pada Xander dan yang lain. Pengawasan di tempat ini benar-benar ketat sehingga ia tidak boleh gegabah hingga menimbulkan kecurigaan.
Stryker menekan tombol. Layar besar seketika muncul, memperlihatkan keadaan hutan Daintree. "Aku yakin kau sudah mendengar sekilas mengenai masalah yang aku hadapi sekarang, Pedro. Hutan ini adalah hutan Daintree, salah satu wilayah kekuasaanku. Pekerjaan bawahanku terganggu dengan kemunculan beberapa orang. Beberapa waktu kemarin, mereka bertempur dengan musuh yang cukup kuat dan terampil. Sampai saat ini musuh masih berada di sekitar hutan dan memata-matai bawahanku."
Stryker berdiri dari sofa, menekan tombol. Layar berganti dan memperlihatkan pertarungan antara pasukannya dengan pasukan Xander. "Mereka adalah musuh yang sudah membuatku kerepotan."
Pedro mengamati layar saksama. Ia merasa familiar dengan beberapa orang.
Stryker menekan tombol kembali dan layar menunjukkan pertarungan antara kelompok Bernard dengan orang-orang bersuku pedalaman.
Pedro sontak terkejut ketika melihat Bernard, Garrick, Rick, Rome, Ben, dan Ken. Ia berusaha bersikap senormal mungkin. "Pasukan Tuan Xander dan keluarga Hillborn adalah musuh yang harus aku hadapi. Jika keluarga Hillborn terlibat, maka pekerjaan mereka di sana berhubungan dengan benda-benda antik. Itu berarti Stryker juga menginginkan hal yang dengan mereka. Aku harus bersandiwara dengan sebaik mungkin agar tidak membuat Stryker, Hector, dan yang lain curiga. Aku bisa mengirim banyak pesan pada pasukan Tuan Xander ketika bertemu dengan mereka," gumamnya.
Pedro yang tidak lain adalah Miguel terdiam ketika melihat ledakan terjadi sehingga Bernard jatuh ke jurang.
"Kau akan memimpin pasukan untuk mengalahkan orang-orang itu, Pedro." Stryker mematikan layar, kembali duduk di sofa. "Kau akan bekerja sama dengan Shane. Apa ada yang ingin kau tanyakan?"
"Tidak ada, Tuan."
"Sebelum kau, Shane, dan pasukan berangkat ke hutan Daintree, kau harus berkenalan dengan pasukan yang akan kau pimpin. Mereka cukup sulit menerima orang baru. Kau harus bisa meyakinkan mereka jika kau pantas menjadi pemimpin mereka." Stryker tersenyum.
"Aku mengerti, Tuan."
"Shane, antarkan Pedro untuk bertemu dengan pasukan kita. Dia harus memperkenalkan dirinya dengan baik."
"Baik, Ayah." Shane berjalan melewati Pedro, kemudian berkata, "Ikutlah denganku."
Shane keluar dari ruangan, menoleh pada Pedro yang mengikutinya. Ini kesempatan yang bagus untuk bertanding ulang dengan pria itu. Ia ingin mengetahui lebih jauh kemampuan Pedro sekaligus bertanding ulang dengannya. "Aku tidak akan kalah lagi darimu."
Shane dan Pedro menuruni tangga, keluar dari rumah, berjalan menuju halaman samping. Banyak pengawal yang sudah berkumpul di halaman. Ketika melihat Pedro, mereka tertawa meremehkan.
Stryker menyaksikan dari ruangan, tersenyum. "Apa kau bisa menghiburku pagi ini, Pedro? Kau harus menampilkan pertunjukkan yang sangat menarik."
"Mereka adalah pasukan terbaik milik ayahku. Mereka berjumlah lima puluh orang dan akan berada dalam kendali penuhmu dalam tugas ini. Jika kau berhasil mengalahkan mereka, kau bisa mengendalikan seluruh pasukan ayahku," ujar Shane.
Pedro mengamati para pengawal yang sudah mengelilinginya.
"Untuk mendapatkan kepercayaan mereka, kau harus mengalahkan mereka dalam waktu sepuluh menit. Jika kau gagal, kau akan menjadi pemimpin tanpa pengikut, dan hal itu akan membuatmu kesulitan untuk menyelesaikan tugasmu." Shane tersenyum bengis, memberi tanda pada para pengawal untuk mendekat.
Layar di sisi halaman menunjukkan angka sepuluh menit.
"Kau memiliki waktu untuk bersiap-siap selama satu menit," ujar Shane.
Pedro berjalan ke sisi halaman, melepas kemeja hingga hanya menyisakan kaus tipis. Ia melakukan pemanasan, mengabaikan tatapan dari para pengawal.
Shane menatap para pengawal di dekatnya. "Jangan membuatku malu. Kalian harus mengalahkan pria itu dan membuatnya terhina di depan ayahku. Jika kalian menang, aku akan memberikan hadiah pada kalian."
Para pengawal mengangguk.
"Waktumu habis, Pedro." Shane berdiri di sisi lapangan, memberi tanda pada para pengawal untuk memasuki arena.
Pedro berada di tengah-tengah halaman, mengamati lawan yang sudah mengelilinginya.
"Aku akan menjelaskan peraturannya. Setiap petarung tidak boleh menggunakan senjata dan hanya boleh menggunakan tangan kosong. Akan tetapi, setiap petarung bebas menyerang bagian tubuh lawan mana pun." Shane menunjuk Pedro. "Kau akan dianggap sebagai pemenang jika kau bisa menumbangkan lawan hingga tidak sadarkan diri atau membuat lawan tidak bisa lagi bergerak untuk melawanmu. Kau mengerti?"
Pedro mengangguk. Pria itu sudah sering melewati pertarungan seperti ini dan ia tidak memiliki kesulitan apa pun. Meski begitu, ia tidak boleh menganggap enteng lawannya.
Shane mengangkat tangan tinggi-tinggi, menurunkannya seraya berkata, "Mulai!"
Pedro seketika menerjangkan ke lawan yang berada di depan. Ia menghantam pukulan dan tendangan dengan sekuat tenaga. Beberapa pengawal seketika terlempar hingga menabrak yang lain. Beberapa di antara mereka seketika tidak sadarkan diri, dan sisanya ambruk di rumput dan kesulitan bergerak.
Pedro bergerak sangat cepat seraya menghajar para pengawal sekaligus menghindari dan menangkis serangan. Satu per satu pengawal bertumbangan. Dalam waktu cukup singkat, dua puluh pengawal sudah tumbang dan hanya sedikit dari mereka yang kembali bergerak.
"Brengsek," rutuk Shane ketika melihat Pedro menghantam para pengawal. "Dia bahkan belum menerima serangan sekalipun. Dia sangat cepat dan serangannya tepat sasaran. Selain itu, meski melawan musuh dalam jumlah banyak, dia tetap tenang. Dia tidak hanya membual soal fokus dan ketenangan dalam pertarungan."
Stryker tertawa ketika melihat aksi Pedro yang menumbangkan hampir seluruh pasukan meski waktu baru berjalan empat menit. "Dia memang sangat luar biasa meski usianya tidak lagi muda. Seperti kata pepatah, pengalaman memiliki andil yang luar biasa. Aku yakin Pedro bisa menghancurkan musuh-musuhku yang berada di hutan."
Stryker menoleh pada Shane yang tampak kesal. "Kau sepertinya ingin bergabung dan menjajal kemampuan, Shane. Aku tidak sabar melihatnya."
Shane terkejut ketika melihat banyak pasukan yang sudah bertumbang di halaman. Hanya tersisa lima orang yang masih bertahan, itu pun dalam keadaan yang sudah babak belur. "Brengsek! Dia berada di level yang berbeda. Dia bahkan belum menerima serangan sekalipun selama bertanding."
Shane menoleh pada waktu yang tersisa empat menit. Ketika kakinya akan melangkah ke arena, Pedro menghantam satu per satu dari kelima pengawal yang tersisa hingga mereka bertumbangan. Dua di antara mereka kembali bangkit dan menyerang Pedro.
Pedro menendang keduanya seraya memutar tubuh ke belakang. Ketika kedua pengawal itu ambruk, ia melihat Shane bergabung dalam pertarungan.
Alarm berbunyi dan Pedro menyisakan waktu tiga menit.
Pedro tersenyum, merenggangkan jarak. "Jangan membuatku kecewa, Shane. Aku ingin melihat apa kau belajar dari kesalahanmu atau tidak."
Shane menatap Pedro lekat-lekat. Sungguh sial, ia melihat pria itu sama sekali tidak melihat kesulitan dan kelelahan. "Kau terlalu banyak bicara."
Shane melayangkan serangan demi serangan sekuat mungkin. Sayangnya, Pedro bisa menghindari semua serangannya dengan mudah. Ketika akan melompat, ia mendapatkan tendangan kuat ke arah perut hingga ia terjatuh berguling-guling.
"Brengsek!" Shane segera bangkit, menekan bibir saat perutnya kesakitan. "Dai tidak main-main saat melawanku."
"Kau menyerah, Shane?" Pedro melompat-lompat. "Kau membuatku kecewa."
"Aku tidak boleh terpancing emosi. Dia sengaja mengujiku." Shane melesat ke arah Pedro, melesatkan serangan demi serangan. Hal itu terus berlangsung selama hampir satu menit.
Beberapa pengawal melihat pertarungan itu tanpa berniat mengganggu.
Pedro mampu menghindari semua serangan seraya memancing emosi pria itu. Ketika ia melihat celah, ia menendang kaki Shane hingga pria itu nyaris terjatuh.
Pedro seketika menumbangkan Shane dalam satu tarikan, mengunci seluruh pergerakan Shane. "Kau tampil jauh lebih baik dibandingkan semalam. Sayangnya, itu belum cukup untuk mengalahkanku."
"Brengsek." Shane memukul tanah ketika Pedro menjauh dari tubuhnya.
Pedro mengamati seluruh pengawal. "Aku harap kita semua bisa bekerja sama dengan baik dalam tugas ini. Aku terbuka untuk pertandingan ulang."
Shane berdiri, berdecak. "Baiklah, kau menang, Pedro. Malam nanti kita akan bertemu untuk membahas rencana. Keesokan paginya kita akan berangkat ke hutan Daintree."
Pedro mengembus napas panjang. "Baiklah."
Sementara itu, Rebel tengah berada di ruangan, menatap tajam halaman rumah. "Brengsek! Lawan yang aku hadapi bukan sembarang lawan. Aku tidak bisa mengandalkan Cortez untuk masalah ini. Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Rebel mendengus kesal, duduk di sofa, memeriksa ponselnya. "Aku harus meminta bantuan pada sekutuku. Hector dan Hugh. Mereka adalah pilihan yang cocok."
Rebel memejamkan mata sesaat. "Tidak, aku sepertinya harus mengirim Larson ke tempat itu. Meski aku meragukannya, tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku bisa memerintahkan bawahanku untuk mengawasinya sekaligus menghabisinya jika dia terbukti berkhianat. Larvin juga bukan lagi tandinganku sekarang.
Semakin seru..
Tiap episode perburuan harta karun membuat penasaran..
Bravo Thor.