Aurelia Valenza, pewaris tunggal keluarga kaya raya yang hidupnya selalu dipenuhi kemewahan dan sorotan publik. Di balik wajah cantik dan senyuman anggunnya, ia menyimpan sifat dingin dan kejam, tak segan menghancurkan siapa pun yang berani menghalangi jalannya.
Sementara itu, Leonardo Alvarone, mafia berdarah dingin yang namanya ditakuti di seluruh dunia. Setiap langkahnya dipenuhi darah dan rahasia kelam, menjadikannya pria yang tak bisa disentuh oleh hukum maupun musuh-musuhnya.
Takdir mempertemukan mereka lewat sebuah perjodohan yang diatur kakek mereka demi menyatukan dua dinasti besar. Namun, apa jadinya ketika seorang wanita kejam harus berdampingan dengan pria yang lebih kejam darinya? Apakah pernikahan ini akan menciptakan kerajaan yang tak terkalahkan, atau justru menyalakan bara perang yang membakar hati mereka sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naelong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Leo penasaran
Malam sudah merayap semakin larut. Cahaya bulan menyusup melalui jendela-jendela besar kediaman keluarga Alvarone. Setelah pesta megah yang berlangsung hampir sepanjang malam itu, seluruh tamu sudah pulang, dan rumah kembali pada ketenangan semula. Namun, di balik ketenangan itu, ada bara yang baru saja menyala.
Leonardo tidak bisa menghapus tatapan Giovanni pada Aurelia, serta senyum samar Aurelia sendiri yang tadi ia tangkap. Baginya, ada sesuatu yang tidak masuk akal. Gadis itu terlalu tenang, terlalu berani menatap dunia meski semua orang menganggapnya manja dan rapuh.
“Aurelia Valenza… siapa sebenarnya kau?” gumamnya pelan, sambil menyulut sebatang rokok di balkon kamarnya.
Asap putih mengepul, melayang tinggi di udara dingin malam. Tatapan mata Leo mengeras. Ia tidak bisa tidur malam ini. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya, dan jawabannya hanya bisa ia dapatkan langsung dari sumbernya: Aurelia sendiri.
Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju kamar tamu mewah di sayap timur rumah, kamar yang kini dihuni Aurelia sejak sore tadi. Dua pengawal berdiri tegak di depan pintu, namun begitu melihat Leonardo mendekat, keduanya langsung memberi hormat dan mundur tanpa sepatah kata.
Leo membuka pintu perlahan. Suara engsel yang berderit pelan memecah kesunyian malam. Di dalam, Aurelia sedang duduk di depan cermin, gaun elegan yang ia kenakan sudah diganti menjadi gaun tidur satin putih lembut. Rambut panjangnya tergerai, tampak begitu polos. Dari punggungnya yang membelakangi pintu, ia terlihat seperti gadis manja biasa, rapuh, dan lemah.
Namun Leo tidak tertipu. Ia yakin ada sesuatu di balik semua itu.
“Aurel,” panggil Leo dingin.
Aurelia menoleh, matanya melebar sedikit, lalu tersenyum lembut. “Kak Leo? Ada apa malam-malam begini?” suaranya terdengar lembut, seakan tanpa dosa.
Leo melangkah masuk, menutup pintu dengan suara klik yang nyaring. Aura dingin langsung memenuhi kamar. Ia berdiri beberapa langkah di depan Aurelia, menatapnya lekat-lekat dengan sorot tajam yang mampu membuat orang lain gemetar.
“Siapa kau sebenarnya?” tanya Leo tanpa basa-basi.
Aurelia berkedip bingung, menundukkan wajahnya sedikit. “Apa maksudmu, kak Leo? Saya… hanya Aurelia. Gadis manja yang bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Bukankah itu yang semua orang tahu?”
Leo mendengus sinis. Dalam sekejap, ia meraih tangan Aurelia, memutarnya ke belakang dengan kasar hingga gadis itu terpekik.
“Auw! Kak Leo, lepaskan! Sakit!” jerit Aurelia dengan nada panik.
Leo semakin memperkuat cengkeramannya, wajahnya mendekat, nyaris sejajar dengan telinga Aurelia. “Berhentilah berbohong. Tatapanmu malam ini, senyummu tadi ketika kakekku berbicara… itu bukan tatapan gadis lemah. Itu tatapan seseorang yang menyimpan sesuatu. Katakan siapa dirimu sebenarnya, Aurelia Valenza!”
Air mata tipis muncul di sudut mata Aurelia, entah karena sakit atau sekadar bagian dari aktingnya. Ia menggeliat berusaha melepaskan diri, namun tidak benar-benar melawan. “Kamu gila, kak Leo! Aku bilang aku bukan siapa-siapa! Aku hanya… hanya seorang gadis manja yang terbiasa dimanja Papa dan Kakek! Aku tidak bisa apa-apa! Tolong lepaskan… sakit…”
Leo menatap wajahnya lekat-lekat, mencoba membaca setiap ekspresi. Aurelia terlihat ketakutan, bibirnya bergetar, matanya berkaca-kaca. Semua itu tampak begitu nyata, begitu meyakinkan, namun di hati Leo masih ada keraguan.
Dengan suara berat, Leo mendesis, “Kau terlalu tenang menghadapi semua ini. Gadis lemah seharusnya sudah pingsan ketakutan. Tapi kau…” ia menekan lebih keras lagi, hingga Aurelia kembali menjerit.
“Sakit! Leo, lepaskan! Aku tidak bohong! Aku hanya gadis biasa! Apa kau ingin membunuhku?!”
Hening beberapa detik.
Leo akhirnya melepaskan tangannya dengan kasar, membuat Aurelia terdorong sedikit ke depan. Gadis itu terisak pelan, meremas pergelangan tangannya yang memerah.
Leo menatapnya dengan sorot dingin penuh kecurigaan. “Aku tidak percaya padamu. Tapi untuk saat ini… aku akan diam. Ingat, Aurelia, aku akan mengawasi setiap gerak-gerikmu. Jika aku menemukanmu berbohong—sekali saja—aku tidak akan segan-segan menghancurkanmu dengan tanganku sendiri.”
Tanpa menunggu jawaban, Leo berbalik, membuka pintu, dan keluar dengan langkah berat. Suara pintu tertutup membuat kamar kembali sunyi.
Aurelia menunduk, masih terisak. Tapi begitu langkah kaki Leo menjauh, tangisannya berhenti seketika. Air mata yang tadi jatuh perlahan mengering, dan bibirnya melengkung membentuk senyum sinis.
“Ck…” ia berdesis pelan, matanya memantulkan kilatan dingin yang tak pernah dilihat siapa pun.
Senyum itu begitu menyeramkan, penuh kemenangan. “Bodoh… kau pikir aku hanya gadis manja? Leonardo Alvarone, kau akan tahu siapa sebenarnya Aurelia Valenza. Tapi bukan malam ini. Biar kau berjuang lebih lama dalam kebodohanmu.”
Ia bangkit dari kursinya, melangkah ke jendela, menatap bulan yang menggantung di langit malam. Jemarinya menyentuh kaca jendela dengan lembut, namun sorot matanya keras, penuh perhitungan.