"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9. Keluarga Badut
"Akhirnya kamu keluar rumah juga, Sayang ... Beby!" Revan lega melihat Beby keluar sekitar jam 7 malam. Terhitung sudah 3 jam dia duduk diluar dimakan nyamuk perumahan yang yang masih dalam tahap pengembangan ini. Udara dingin kota ini juga menyerang dari berbagai sisi hingga hidung Revan terasa mampet. Sialnya, yang disambut seolah tidak melihat apa-apa saat keluar.
Beby menatap hamparan jalan yang luas sebelum akhirnya menggeliat. Ia berniat beli bakso untuk makan malam. Bakso mercon langganannya diberi sambal dan tauge yang banyak, sepertinya enak juga menyegarkan pandangan yang buram karena polusi menjijikkan.
"Beby ...." Revan berlutut. Padahal Revan mendidih penuh amarah dalam hatinya karena sikap abai Beby yang menyebalkan itu, tetapi ia tahu, Beby harus dilembuti, tidak boleh dibentak atau diteriaki. Wanita yang ngambek biasanya hanya perlu diberi perhatian lebih dan pelukan yang erat. Beby juga pasti akan seperti itu nantinya.
"Beby, calon suamimu yang tampan ini nanti akan melakukan apa saja agar kamu selalu bahagia, tapi untuk sekarang, Mas mohon Sayang, mohon dengan sangat untuk membuka pintu maafmu untukku!"
Astaga! Ternyata tidak butuh stress untuk menaikkan asam lambung, cukup mendengar rayuan buaya buntung satu ini saja sudah cukup untuk membuat perutnya mual-mual.
"Sayang ...." Revan perlahan mengambil tangan Beby untuk dielus dan diciumi penuh kasih. "Aku tau kamu marah dan aku paham kamu nggak akan mudah memaafkan aku, tapi kita bisa kan, perlahan-lahan memperbaiki sama-sama! Kita berbenah, demi masa depan yang kita rancang bersama-sama!"
Benar! Sakit hatinya bukan lagi membuat hatinya sakit, tapi benar-benar membuatnya kelelahan. Pandangan orang yang tertuju padanya adalah hal yang menyakitkan padahal bukan dirinya yang bersalah. Namun, menjelaskan pada semua orang juga tidak menyelesaikan apapun. Yang ada Beby harus menerima kalimat pro kontra yang menyesakkan. Lebih baik seperti ini saja. Dia merasa benar dengan apa yang ia lakukan.
Namun kutu busuk ini, bahkan setelah menikah nanti pasti tidak akan pernah berhenti. Pun jika tahu dia sudah menikah, keadaan masih akan seperti ini. Ia yakin sekali.
Beby memutar otak sebentar. Orang gila hanya bisa memahami orang gila juga, jadi apa dia juga harus gila? Meski ini baru beberapa hari, tapi Beby benar-benar sudah muak. Dia tipe wanita yang langsung cut off semua yang menyakitinya.
"Bangun!" perintah Beby lembut tapi tegas, tanpa menatap Revan sekalipun. Ia menata napas agar seluruh kesabaran hatinya berkumpul demi menghadapi pria sinting satu ini.
Revan mendongak, tanpa melepaskan muka dari tangan Beby. "Nggak mau, aku nggak mau bangun, Sayang! Sampai kamu maafin aku!"
"Kita bicara pake cara manusia!" ujar Beby cepat. Sumpah ia menahan mual. "Nggak usah kaya gitu juga kali, aku bukan dewa yang harus disembah-sembah kaya gitu!"
"Hah?!" Revan mendongak spontan dan langsung berdiri tiba-tiba. Ia memegang kedua pundak Beby dan mengguncangnya berulang-ulang. "Kamu udah nggak marah, Sayang?!"
Beby mengalihkan pandangannya dari jalan ke muka beruk gila satu ini, tapi tak lebih dari dia detik sebelum kembali menatap jalanan. Jalanan saja lebih indah dari wajahnya. Ah, tapi dulu beruk ini dia cintai sampai bucin.
"Beneran ini? Tapi kamu kaya nggak ikhlas gitu baikannya!"
"Nggak mau dibaikin nih ceritanya?!" bentak Beby dengan muka masam sewaktu menatap Revan lagi.
"Oke-oke! Maaf-maaf, aku tadi hanya mastiin aku nggak salah dengar!" Revan gelagapan karena senang. Ia bersorak dalam hati setelah berhasil meluluhkan Beby. "Jadi apa yang harus aku lakuin sekarang, Sayang? Kita makan bareng? Sebagai tanda kita balikan?"
Beby menggeleng. "Nggak! Aku mau makan!"
Aduh, Beby tidak tahu harus ngapain untuk pertama kalinya. Apa ya?
"Kita—"
"Sekarang kamu pake aturan yang aku buat!" putus Beby sembari memotong ucapan Revan bahkan ketika Revan baru saja membuka mulut. "Kamu pulang—"
"Beby, kok gitu sih?" Revan sedikit memelas. "Nggak mau lah kalau pulang dulu, kan calon suamimu ini harus menjelaskan dulu kronologi ceritanya seperti apa biar kamu nggak salah paham lagi."
Beby sedikit terkesiap. Tak pernah terpikirkan ia tertarik mengenai bagaimana pertama kali mereka saling tertarik dan jatuh di ranjang. Karena baginya, itu bukan urusannya. Untuk apa?
Dua orang yang berkhianat hanya memiliki satu garis cerita yaitu sama-sama bangsat.
"Em, tapi aku mau tidur, capek banget seharian ini—"
"Masa udah mau tidur?" Revan merengek. Ia benar-benar tidak rela dan sedikit tidak yakin karena Beby terus menolaknya. Jadi ia segera mengait tangan Beby yang mendadak kaku dan tegang. "Nanti dulu—"
"Kamu disini, Revan?" Galih mendadak muncul dari jalan, membuat Revan dan Beby menoleh bersamaan. "Kita udah ditunggu Bu Mila di rumah Clara!"
Tangan Beby segera ditarik dengan gerakan halus. Ia tidak kaget lagi tapi penasaran saja. Apa yang akan laki-laki ini perbuat untuk menggagalkan acara di rumah Clara.
"Beby, seharusnya kamu jauhi Revan, karena Revan akan menikah dengan gadis yang jauh lebih cantik dan luar biasa daripada kamu!" Galih mendadak menghardik Beby. Muka pria itu masam sekali.
Di belakangnya, Evi tampak tidak suka ketika bertemu pandang dengan Beby.
"Lagian, pernikahan kalian sudah batal, untuk apa ke sini lagi?!" Galih memarahi Revan. "Kaya nggak ada wanita lain saja setelah di buang kaya sampah! Kita keluarga terhormat, bukan keluarga yang sok suci!"
Beby sontak melipat bibirnya menahan tawa. Lucu sekali rombongan badut ini. Sepertinya lucu kalau dibuat lawakan sekalian.
"Van, jadi nggak kita ngobrolnya? Katanya tadi mau bahas masa depan?"
Revan melongo. Ngobrol apa? Tadi katanya mau tidur?
"Nggak ada masa depan lagi buat kalian! Apa kamu lupa sudah memberi kami uang agar tidak lagi menemuimu? Padahal kami udah mohon-mohon agar pernikahan tetap dilanjutkan!" Galih berkata sangat keras hingga Beby pun dibuat terkejut karena isi omongan tersebut.
"Kami kurang baik apa sama kamu, Beby! Sampai Revan sujud-sujud begitu biar kamu maafkan! Bukannya biasa pasangan itu bertengkar, tapi apa sampai harus membuat malu keluarga kami?"
Beby bingung sekali merespon ucapan orang tua Revan ini. Sebenarnya apa yang Galih katakan pada istrinya? Dan Evi, apa tidak mencari tahu lebih jauh mengenai persoalan anaknya? Lucu sekali mereka berdua ini.
"Em, Revan ...," ujar Beby seraya menarik Revan ke sisinya. "Benar kata Ibu dan Ayahmu, Sayang ...." Dalam hati Beby huek-huek!
Beby menatap Revan lembut. "Sekarang kamu turuti saja apa kata ayah ibumu. Aku bukan wanita yang baik dan luar biasa seperti Clara. Standar baik dan luar biasa orang tuamu itu yang seperti Clara, sedangkan aku hanya wanita biasa yang hanya tahu kerja juga menyambung hidup. Revan, kejarlah wanitamu, aku akan mendoakan kebaikan kamu! Pria yang baik adalah pria yang patuh pada orang tuanya! Lagipula, dari Clara kamu dapat apa yang tidak ada padaku! Percayalah, aku tidak akan melupakan kamu semudah yang kamu bayangkan—huhuhu!"
Mari kita buat ketoprak ini semakin seru! Beby tertawa dalam hati. Beruntung, ia tidak terlalu sedih dan banyak menangis kemarin. Kalau dia menangis sampai sembab bahkan sakit, itu tidak lucu! Percuma membuang air mata, tenaga dan pikiran hanya untuk menangisi pria dari keluarga seperti ini!
Astaga, benar-benar rombongan badut!
sampai Danu mencerailan mila dan clara sadar diri bahwa dia hanya anak sambung yg menyianyikan kasih sayang ayah sambungnya 💪
mila mila sombongnya tdk ketulungan sm Danu
merasa dulu cantik anak pejabat