NovelToon NovelToon
Black Rose

Black Rose

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Cintapertama / Konflik etika
Popularitas:809
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Cinta seharusnya tidak menyakiti. Tapi baginya, cinta adalah awal kehancuran.

Yujin Lee percaya bahwa Lino hanyalah kakak tingkat yang baik, dan Jiya Han adalah sahabat yang sempurna. Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik senyum manis Lino, tersembunyi obsesi mematikan yang siap membakarnya hidup-hidup. Sebuah salah paham merenggut persahabatannya dengan Jiya, dan sebuah malam kelam merenggut segalanya—termasuk kepercayaan dan masa depannya.

Dia melarikan diri, menyamar sebagai Felicia Lee, berusaha membangun kehidupan baru di antara reruntuhan hatinya. Namun, bayang-bayang masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Lino, seperti setan yang haus balas, tidak akan membiarkan mawar hitamnya mekar untuk pria lain—terutama bukan untuk Christopher Lee, saudara tirinya sendiri yang telah lama mencintai Yujin dengan tulus.

Sampai kapan Felicia harus berlari? Dan berapa harga yang harus dibayar untuk benar-benar bebas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Lee Lino tahu. Ia tidak hanya tahu, ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, menyaksikan setiap interaksi, setiap sentuhan yang membuatnya semakin geram dan tak terkendali.

Dari balik jendela kaca ruangannya di gedung Fakultas Hukum, Lino mengawasi Lee Yujin dan Christopher Lee. Mereka duduk di bangku taman kampus yang sepi, di bawah naungan pohon rindang yang daunnya mulai menguning, menandakan musim gugur telah tiba. Christopher sedang menunjukkan sesuatu di ponselnya, sementara Yujin mendengarkan dengan seksama, sesekali tersenyum tipis, seolah-olah ia sedang menikmati momen kebersamaan itu.

Namun, yang membuat Lino diliputi amarah bukanlah pembicaraan mereka yang tampak biasa saja, melainkan keintiman yang dipaksakan oleh ngidam Yujin, kebutuhan aneh yang diciptakannya sendiri melalui trauma yang mendalam. Lino merasa dipermainkan, seolah-olah ia sedang menyaksikan karyanya sendiri diambil alih oleh orang lain.

Tiba-tiba, Yujin menghentikan Christopher. Ia meraih tangan Christopher dengan lembut, menggenggamnya sejenak, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Christopher, sebuah gerakan yang begitu familiar dan intim, dan baginya itu hanya boleh menjadi milik Lino di matanya yang gelap dan penuh obsesi.

Christopher tersentak kaget, tetapi ia membiarkan Yujin bersandar di bahunya. Ia terlihat bingung dengan tindakan Yujin yang tiba-tiba, tetapi matanya memancarkan kelembutan yang menyakitkan hati Lino, membuatnya merasa seperti ditikam ribuan pisau.

𝘋𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘪𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢... 𝘋𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶... 𝘚𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘬𝘶!, batin Lino bergejolak, dipenuhi amarah dan kebencian.

Melihat adegan itu, bara api di kepala Lino semakin tersulut, membakar setiap saraf dan membuatnya semakin tak terkendali. Ia merasa tertantang, dihina, dan diremehkan. Ia telah menciptakan kehancuran, menciptakan ngidam itu sendiri melalui trauma yang mendalam, dan kini Christopher menuai hasilnya, menikmati buah dari pekerjaannya yang keji. Lino tidak bisa membiarkan sandiwara ini berlanjut, ia harus menghentikannya sekarang juga.

Ia meninggalkan ruangannya dengan langkah cepat dan terukur, meninggalkan dokumen-dokumen hukum yang berserakan di mejanya. Lino tahu bahwa ia harus menegaskan klaimnya secara langsung, di depan umum dan di depan Christopher, untuk menunjukkan kepada semua orang siapa yang sebenarnya memiliki Yujin.

Lino berjalan melintasi taman dengan langkah lebar dan penuh percaya diri hingga menarik perhatian banyak orang yang sedang bersantai di taman. Namun, ia mengabaikan tatapan penasaran dan bisikan-bisikan yang mengikuti langkahnya. Matanya hanya tertuju pada dua orang yang duduk di bangku taman, seolah-olah mereka adalah satu-satunya orang yang ada di dunia ini.

Yujin sedang memejamkan mata, menikmati perlindungan sesaat dari bahu Christopher, merasakan kehangatan dan kenyamanan yang ia butuhkan. Ia tidak menyadari bahaya yang sedang mendekat, ancaman yang akan menghancurkan kedamaiannya.

Lino tiba di hadapan mereka tanpa suara, seperti hantu yang muncul dari kegelapan. Christopher adalah orang pertama yang menyadari kehadiran Lino, merasakan aura negatif yang menguar dari tubuhnya.

Christopher mendongak, wajahnya seketika berubah tegang, matanya memancarkan permusuhan yang tak tersembunyikan. Ia tahu bahwa kehadiran Lino hanya akan membawa masalah dan kehancuran.

Yujin tersentak kaget, segera menjauh dari Christopher. Ia membuka mata dan melihat Lino berdiri di hadapannya, senyum sinis terukir di bibirnya. Seluruh tubuhnya menegang, ketakutan lama kembali menyeruak, menguncinya dalam cengkeraman trauma yang tak pernah hilang.

Lino tidak mengucapkan sepatah kata pun, ia hanya tersenyum sinis, senyum yang dingin dan meremehkan, seolah-olah ia sedang mengejek mereka berdua.

"Hai," sapa Lino dengan nada santai, seolah-olah ia baru saja bertemu teman lama. Ia menatap Christopher dengan tatapan mengejek. "Lama tidak bertemu, Hyung. Sibuk mengurus skandal ya?"

Christopher bangkit berdiri dengan cepat, menantang Lino dengan tatapan tajam. "Jangan urusi urusanku. Urusi saja urusanmu sendiri," desis Christopher dengan nada rendah, berusaha menahan amarahnya.

Lino mengabaikan Christopher, pandangannya sepenuhnya tertuju pada Yujin, seolah-olah Christopher tidak ada di sana. "Yujin, kamu seharusnya pulang dan istirahat," kata Lino dengan nada berubah lembut, penuh kepura-puraan perhatian. "Kamu terlihat pucat sekali."

Yujin berusaha bersikap tenang, meskipun jantungnya berdebar kencang. "Aku baik-baik saja, Oppa. Kami sedang membahas tugas," jawab Yujin dengan suara sedikit bergetar.

"Tugas apa? Tugas mencari sandaran?" Lino menyeringai sinis, mengejek Yujin dengan kejam.

Christopher maju selangkah, siap membela Yujin. "Jangan kurang ajar, Lino. Pergi dari sini. Yujin tidak mau diganggu," bentak Christopher dengan nada marah.

"Kenapa? Ini kampusku juga," Lino membalas dengan enteng, seolah-olah ia tidak merasa bersalah sama sekali. "Lagipula, aku mau ngobrol sama kekasihku. Kamu tidak keberatan, kan?"

"Yujin bukan kekasihmu!" bentak Christopher, kehilangan kesabaran. "Yujin sudah lelah dengan semua sandiwaramu! Dia sudah bilang padaku!"

Lino tersenyum sinis.

"Lelah bagaimana, Hyung? Jiya saja masih mengira Yujin adalah kekasihku. Jiya saja masih percaya kalau kami memiliki hubungan. Sebaiknya kau jangan membuat keruh hubungan orang," kata Lino, memutarbalikkan fakta dengan kejam. "Lagipula, Yujin tidak mungkin lelah denganku. Karena... Dia... lagi manja."

Lino melangkah melewati Christopher, yang berdiri membeku karena syok dan kebingungan. Lino dengan santai duduk di bangku, tepat di samping Yujin, membuat Yujin semakin ketakutan.

Lino segera merangkul Yujin dengan erat. Tangannya melingkari bahu Yujin, menariknya rapat-rapat ke sisi tubuhnya.

Yujin terkejut dengan tindakan Lino yang tiba-tiba, tubuhnya menegang, tetapi ia tidak bisa melawan. Rasa takut dan trauma menguncinya dalam cengkeraman yang kuat, membuatnya tidak berdaya.

"Tugasnya sudah selesai, kan?" kata Lino, suaranya kembali ke nada santai, seolah-olah tidak ada yang terjadi. "Aku ingin mengajakmu makan sushi di luar. Kau suka sushi yang dingin, kan? Agar rasa ngidam-nya hilang."

Mendengar kata "ngidam," Yujin merasakan darahnya surut, tubuhnya menjadi dingin dan gemetar. Apa Lino tahu? Apa Lino tahu semuanya tentang kehamilannya? Tentang ngidam anehnya, dan tentang semua rahasia yang ia sembunyikannya?

Christopher menatap Lino dengan mata membelalak, kemudian menatap Yujin yang membeku di samping Lino. Kata "ngidam" itu adalah pemicu yang sempurna, menghubungkan semua potongan teka-teki di benaknya. Christopher teringat Patbingsu dan pickle lobak, serta semua perilaku aneh Yujin belakangan ini.

Christopher menatap Lino, amarahnya meluap tak terkendali. "Apa maksud dari perkataanmu, Lino? Apa yang kau lakukan padanya?"

Lino menatap Christopher dengan tatapan meremehkan, seolah-olah Christopher adalah orang bodoh yang tidak mengerti apa-apa. Ia menguatkan rangkulannya pada Yujin.

"Kau tidak usah ikut campur, Hyung," Lino berkata dengan nada mengancam. "Urus saja namamu yang kotor itu. Lagipula, kau kenapa mendekati Yujin? Kasihan Jiya, dia masih percaya aku kekasihnya, dan dia pikir Yujin Pelakor karenamu."

Lino memutarbalikkan alur cerita yang sebenarnya, mengubah Yujin menjadi penjahat dalam drama ini. Yujin dituduh Pelakor karena Lino, tetapi Lino membalikkan itu, menuduh Christopher mengganggu hubungan 'kekasihnya' (Yujin) sambil mengkhianati 'kekasihnya' (Jiya, yang masih meyakini Lino).

Yujin merasakan tekanan Lino di bahunya semakin menguat, membuatnya sulit bernapas. Lino berbisik pelan di telinga Yujin, suaranya dingin dan mengancam, "Kalau kau tidak mau ikut aku sekarang, aku telepon Jiya. Aku akan kasih tahu dia kalau kau hamil."

Ancaman itu cukup untuk membuat Yujin menyerah. Ia tahu bahwa ia harus melindungi Jiya dari rasa sakit dan kebenaran yang akan menghancurkannya, dan ia juga harus melindungi rahasia kehamilannya dari dunia luar.

Yujin melepaskan diri dari Christopher dengan enggan. Ia menatap Christopher dengan tatapan putus asa dan penyesalan, mencoba menyampaikan pesan maaf tanpa kata-kata.

"Aku... aku harus pergi sama Lino Oppa," kata Yujin dengan suara nyaris tak terdengar, seolah-olah ia sedang berbicara kepada dirinya sendiri.

Christopher menatap Yujin dengan mata dipenuhi rasa dikhianati dan bingung. Ia tidak mengerti mengapa Yujin memilih untuk kembali kepada Lino. "Yujin, jangan gila! Dia jahat! Dia yang membuat skandal plagiat itu!"

"Dia tidak jahat," Yujin berbohong, memaksakan senyum yang menyedihkan di wajahnya. "Aku... aku baik-baik saja bersamanya. K-kami waktu itu hanya bertengkar kecil saja."

Yujin tidak punya pilihan lain. Ia harus pura-pura kembali pada Lino untuk membeli waktu dan melindungi rahasia kehamilannya. Ia berharap Christopher akan mengerti suatu hari nanti, meskipun ia tahu bahwa itu mungkin tidak akan pernah terjadi.

Lino bangkit berdiri, melepaskan rangkulannya dari Yujin, dan meraih tangan Yujin, menggenggamnya kuat-kuat. Ia menatap Christopher dengan senyum kemenangan yang meremehkan.

"Sampai jumpa, Hyung. Dan jangan lupa, jangan ganggu pacar orang. Itu tidak etis," Lino berkata dengan nada mengejek, lalu menarik Yujin pergi bersamanya, meninggalkan Christopher sendirian di taman.

Christopher hanya bisa menatap mereka pergi, tangannya mengepal erat, menahan amarah dan frustrasi yang meluap-luap. Ia melihat ketakutan di mata Yujin, tetapi ia tidak mengerti mengapa Yujin memilih untuk pergi bersama Lino, meskipun ia tahu bahwa itu adalah pilihan yang salah.

𝘋𝘪𝘢 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 '𝘯𝘨𝘪𝘥𝘢𝘮'... 𝘠𝘶𝘫𝘪𝘯 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 '𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭'... 𝘋𝘪𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘦 𝘓𝘪𝘯𝘰, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘥𝘪𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵𝘢𝘯..., batin Christopher bingung.

.

.

.

.

.

.

.

ㅡ Bersambung ㅡ

1
Dian Fitriana
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!