🌹Luke Tobias Russel & Rara Kanazawa🌹
Luke diharuskan untuk menikahi wanita yang tidak dia cintai oleh kakeknya. Keadaan bertambah rumit ketika Rara ikut masuk ke dalam hubungan Luke dan Medina. Dan semua itu kesalahan Luke.
Apa yang terjadi? Kenapa pembantu dari calon istrinya terlibat dalam kehidupan Luke yang sempurna?
P.S : Ini adalah buku ketiga dari serries persahabatan David - Sebastian - Luke.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Medina
🌹JANGAN LUPA KASIH EMAK VOTE YA ANAK ANAK KESAYANGAN EMAK.🌹
🌹Follow juga igeh emak di : @RedLily123.🌹
🌹Selamat membaca, emak sayang kalian.🌹
Medina menikmati malamnya di villa milik temannya, dengan mata focus pada televise yang menampilkan beberapa berita tentangnya dan Luke yang sedang mendunia. Medina ingin Luke paham kalau hampir semua pria yang ada di muka bumi ini megangumi kecantikannya, menginginkannya dan Luke harus sadar kalau dirinya berharga. Jadi pria itu tidak memaksakan kehendak sesukanya.
BRUG!
Medina kaget mendengar suara barang jatuh, dia turun untuk memastikan. “Oh, Isa. Kenapa kau mengagetkanku?”
“Maaf,” gumam Isa yang baru saja datang dengan semua snack pesanan Medina. “Aku membeli semua yang kau inginkan.”
Medina mengerutkan keningnya, dia berhenti di tengah tangga. Kemudian Medina kembali naik begitu saja.
“Hei, ini makananmu.”
“Aku tahu, bawa ke sini cepat.”
Dengan malas, Isa menaiki tangga dan menyusul Medina yang sudah ada di kamar sedang menonton kembali televise.
“Aku yakin Luke tahu kau yang menyebarkannya.”
“Kenapa tidak? Aku tidak takut apapun, dia mencintaiku sampai mati. Ingat itu.”
Isa berdecak, dia menarik napasnya dalam. “Seorang pria akan lari darimu jika sikapmu seperti ini. Kau sangat sulit sekali diatur.”
Medina mengembuskan napasnya kesal.
“Tidak ada yang bisa mengaturku, termasuk Luke. Aku akan mendapatkannya, juga mendapatkan pekerjaanku.”
“Kau sering meninggalkan rumah,” ucap Isa mengeluarkan satu per satu cemilan dan menyimpannya di meja. “Apa kau tidak takut pembantumu itu melakukan sesuatu atau kabur dari rumahmu?”
Medina yang duduk sambil melipat tangan dan kaki itu menyeringai. “Dia bahkan tidak punya nyawa untuk berlari dari sana, robot hidup yang hanya bergerak jika disuruh.”
“Itu mengerikan, jiwanya pasti tersiksa. Apa kau tidak kasihan?”
“Kasihan? Aku terkadang memberikannya uang dua dollar perbulan, lalu makan, lalu baju bekas. Dan utang yang berkurang. Itu sudah lebih dari cukup.”
Isa memilih diam saat Medina menaikan nada bicaranya. Berteman dengan Medina memang agak tidak sehat, dia selalu mengambil alih kendali atas segalanya. Itu alasannya teman temannya banyak menjauh, kecuali Isa yang ingin mengalahkan kepopuleran Medina.
“Mana choco bar yang aku minta?”
“Hah?” Isa kebingungan. “Kau tidak memintanya.”
“Lihat ponselmu.”
“Tidak ada,” gumam Isa memperlihatkan layar ponselnya.
“Oh.. kalau begitu tolong keluar dan beli beberapa oke?”
“Apa maksudmu? Aku lelah.”
“Kau naik mobil.”
“Kalau begitu kau saja yang pergi.”
“Tidak mau, kau temanku,” ucap Medina. “Jika aku keluar, mereka akan tahu siapa aku. Aku tidak mau dan aku malas.”
🌹🌹🌹🌹🌹
Kakek Nobles sedang duduk menunggu kedatangan Dev yang sudah lama menjadi pengacaranya. Sambil duduk dan minum teh, keadaan Kakek Nobles mulai membaik. Dia ingin sembuh dan melihat Luke juga Medina menikah.
Dan saat mantan pengacaranya itu datang, Kakek Nobles memberi isyarat agar dia duduk di dekatnya.
“Bagaimana keadaan anda, Tuan?”
“Membaik, apalagi kalau aku merasa Luke dan Medina akan menikah dengan segera.”
Dev terkekeh tidak percaya. “Mereka sedang diombang ambing, Tuan.”
“Mereka saling terikat, aku percaya tidak ada pisau tajam yang bisa memisahkan keduanya.”
“Apa yang ingin anda bicarakan?” tanya Dev mengalihkan perhatian.
Dia sendiri pun merasa risih membicarakan tentang hubungan Luke dan Medina.
“Aku yakin Medina sudah cukup puas membuat Luke kesal, tarik kembali artikel artikel yang merugikan Luke. Aku yakin Medina sudah cukup puas dengan apa yang dilakukannya. Ini cap milikku.”
“Baik, Tuan.” Dev menerimanya, memang harus mendapatkan izin dari Kakek Nobles sebagai pemilik dan pemegang saham terbesar.
“Apa yang sedang dilakukan Luke sekarang?”
“Dia ada di rumah Nona Medina.”
“Apa Medina juga ada di sana?” tanya Kakek Nobles dengan antusias.
“Tidak, Tuan juga sedang menunggu Nona Medina di sana.”
“Benarkah? Jadi dia di sana sendirian?”
“Tidak, bersama dengan pembantu rumah.”
“Ah, dari keluarga pembunuh itu? Oh bukan, keluarga gila? Apa Medina masih memperkerjakannya?”
Dev sedikit kebingungan. “Iya, dia bekerja untuk melunasi utang orangtuanya.”
“Aku takut dia ikut gila dan menyakiti Medina.”
“Selama beberapa tahun ini mereka baik baik saja, Tuan.”
“Ya, aku hanya khawatir kalau kegilaan itu menular. Dan wanita gila itu sekarang bersama dengan Luke?”
Dev mengangguk. “Pergi ke sana, dan jemput Luke pulang. Aku tidak ingin dia tergoda oleh wanita itu.”
“Baik, Tuan.”
“Pergilah.”
“Sebelumnya, bolehkah saya bertanya?”
“Katakana pa yang ingin kau tanyakan.”
“Mengenai perusahaan Media, kapan anda akan memberikannya pada Tuan Luke?” tanya Dev berjaga agar majikannya mudah mengendalikan apa pun.
“Aku tidak berencana memberikannya pada Luke, tapi pada Medina.”
Seketika Dev terkejut, bagaimana bisa Medina yang seorang entertainer memegang kendali atas media. Mungkin dia akan selalu muncul ke permukaan setiap saat.
“Jangan terkejut seperti itu, Dev, itu agar mereka saling melengkapi. Pergilah.”
Dev keluar dari sana, dia menghubungi majikannya, tapi ponselnya tidak aktif. yang membuatnya berniat untuk menjemputnya dari rumah Medina.
Seperti biasa, penjaga yang mengenalinya membiarkannya masuk. Namun saat Dev sampai di depan pintu dan menekan bel, tidak ada orang yang kunjung keluar. “Apa tidak ada siapa pun di sini? Tapi mobil Tuan Luke ada di sini.”
Dev kebingungan. “Mungkin Tuan Luke sendirian di sini dan sedang tidur.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Medina berencana pulan pagi ini, apalagi dia tahu kalau Luke ada di rumahnya dari penjaga.
“Kau akan pulang?” tanya Isa.
“Ya, sampai jumpa.”
“Jangan lupa bayar aku.”
“Tenang saja, uangku banyak,” ucap Medina menahan kesal, apalagi telponnya tidak diangkat oleh Rara sejak semalam.
Sambil berkendara, Medina menggerutu sendiri. “Dasar wanita siaalan, dia tidak mengangkat telponnya. Apa yang dia lakukan? Menyebalkan sekali,” gumamnya sepanjang perjalanan.
Medina sudah mempersiapkan banyak jebakan untuk Rara agar gadis itu kesal padanya. “Lihat saja kau berani mengabaikan majikanmu, dasar wanita gila.”
Senyuman Medina baru terbentuk saat melihat mobil Luke terparkir di depan rumahnya. Karena tahu kode rumah sendiri, Medina masuk dengan mudah dan berteriak…. “Luke Sayang?!”
Kakinya berlari menuju kamarnya, mengira kekasihnya tertidur di sana, tatepi tidak ada. “Luke?!”
Medina kembali menuruni tangga sambil berteriak.
“Luke?! Kau dimana?!’
Sampai… “Luke?! Ka….. apa yang kau lakukan di sana?” tanya Medina saat melihat Luke keluar dari kamar pembantunya.
Yang membuat Medina terkejut, dada Luke penuh dengan luka cakaran. Dan dia hanya memakai celana pendek. Seketika pikiran Medina melayang. “Apa yang kalian lakukan?”
“Dengar, Medina, ini salahku. Rara tidak tahu apa apa.”
“Kau bahkan menyebut namanya!” teriak Medina mendorong Luke dan memaksa masuk ke kamar pembantunya.
Dengan mata berair, dia melihat Rara yang tertidur di bawah selimut.
“Ini salahku, aku yang melakukannya.”
Medina menatap Luke tidak percaya.
“Kenapa harus dia?!” teriak Medina menggila. Kemudian tanpa ampun dia menarik rambut Rara kemudian….. PLAK!
Medina menamparnya kuat.
🌹🌹🌹🌹🌹
TO BE CONTINUE