Nania, seorang wanita pekerja kantoran yang tengah merantau di Kota B, tinggal sendirian di sebuah apartemen. Meski berasal dari keluarga berada di sebuah desa di S, ia memilih hidup mandiri. Namun, kemandirian itu tak menutupi sisi lugu dan cerobohnya.
Suatu pagi, saat bersiap menuju kantor, mood Nania langsung terganggu oleh suara musik metal yang keras dari apartemen sebelah. Kesal, ia memutuskan mengetuk pintu untuk menegur tetangganya. Tapi alih-alih menemukan seseorang yang sopan, yang muncul di depannya,muncul seorang lelaki dengan telanjang dada dan hanya mengenakan boxer membuka pintu dan memandangnya dengan acuh tak acuh.
Akankah pertemuan pertama yang tak terduga ini justru menjadi awal dari sesuatu yang manis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Messan Reinafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengenalnya
Nania bergumul dengan pikirannya. Ia kembali melompati balkon menghampiri Kai yang diam tertunduk lesu di kamarnya.
" Maafin aku Kai," ucapan itu mengalir di bibir kecilnya.
Kai menatapnya sayu seakan dunianya kini hanya bergantung pada Nania.
"Kamu jangan khawatir, apapun yang akan terjadi aku percaya sama kamu" tanpa sengaja tangan mungilnya mengusap rambut Kai yang berantakan.
Pria itu memandangnya lembut menciumi punggung tangannya dengan kecupan lembut membuat Nania bergidik.
Tak ingin berlama-lama di kamar Kai ia mengemasi barangnya menuju ke kamarnya sendiri.
***
Tiing... Tiing...
Notif ponsel Nania berbunyi dari sebuah nomor yang tak dikenal.
Ia membuka pesan itu dengan ragu.
" Ini Aku Kai. tadi aku memeriksa nomormu. Aku ingin lebih dekat dengan kamu Na"
Hati Nania berdebar membaca pesan itu, senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. ia baru ingat saat Hanny datang karena terburu-buru ia tak sengaja meninggalkan ponselnya di kasur. Untung saja Hanny tidak terlalu memperhatikan.
Nania ragu, menimbang-nimbang apa yang akan ia balas untuk menjawab pesan itu. Dekat seperti apa yang dimaksud Kai. gairah yang sama sama mereka rasakan tadi tidak disengaja dengan suasana yang juga mendukung. Hanya mereka berduaan, tentu saja hasrat itu akan muncul. Namun apakah ada cinta didalamnya? ia bergeming mengetik sesuatu di ponselnya
" Ok Kai" balasan singkat diiringi senyum dibibirnya. Meski hatinya sedikit ragu, tapi ia memberanikan diri melihat bagaimana Kai diperlakukan seperti itu oleh Hanny, Ia ingin menjadi tempat bersandar dan bercerita olehnya.
Tak berselang lama ia membalas. Ponsel Nania berdering. Panggilan dari Kai di layar ponsel nya.
Dadanya berdebar cepat, ia bimbang haruskah ia mengangkatnya.
Namun dorongan hatinya lebih kuat. Dengan tatapan berbinar ia menggeser layar
" Halo..."
Tidak ada suara di seberang.
" Kai..." ulangnya lagi.
" Nania, jangan tinggalin aku" suara Kai melambat diujung telepon.
Nania menggigit bibirnya. Ia tak bergeming. Suara Kai yang pelan begitu jelas terdengar di telinganya.
Nania cepat beranjak membuka pintu balkonnya.
Ia dapati Kai sedang berdiri menghadap ke arahnya dengan posisi telpon di telinga. Menatap Nania syahdu tidak ingin ditinggalkan.
"Nania, i love u" Suara nya kali ini tegas dan terdengar kuat.
Nania memandangi nya kebingungan dari jarak 3 meter. Masih memegang ponsel ditelinga kanannya. Mulut nya bergetar ingin membalas tapi lidah nya terlalu kelu . Apa yang harus gue katakan? pekiknya dalam pikiran
Seorang Kai Hanson dengan seribu problemnya mengatakan cinta padanya. Bagaimana dengan Hanny? Keluarga? dan reputasinya?
"Kai... Ta tapi..?" Suara Nania terbata.
" Kamu ga perlu jawab Na, cukup kamu tetap disisi aku" setidaknya kalimat Kai sedikit melegakan hati Nania.
Ia menutup telfon yang masih menyala. Menatap Kai yang tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.
Malam itu terasa cukup lama. Pandangan Nania tak lepas dari Kai yang juga menatapnya dari balkon kamarnya.
Kenapa harus aku Kai? tanyanya dalam hati.
Ia kemudian berbalik kembali menutup pintu kamarnya meninggalkan Kai sendiri yang menikmati pemandangan perkotaan malam itu.
***
Esoknya dikantor...
"Nania!" Tampak Artha melambaikan tangan memanggil Nania dari kejauhan.
Nania yang saat itu ingin makan siang di kantin, menghampiri Artha yang sedang duduk dengan seorang perempuan paruh baya.
"Kenalin ini ibu Amira Kusuma, beliau salah satu investor terbesar di perusahaan kita" Ibu menatap Nania tajam namun hangat. Sebuah senyum kecil tersungging dibibirnya.
" Buk Amira kenalkan Nania, Web Design perusahaan kita"
Nania mengulurkan tangan ramah dibalas senyuman oleh wanita yang di panggil Ibu Amira itu.
"Kebetulan minggu besok kita akan ada proyek baru untuk e-commerce fahion ternama keluarga Wijaya" tambah Artha lagi.
Nania tercekat. Kenapa dua keluarga yang sedang ada masalah dibalik layar ini justru kini hadir di kehidupan Nania?
Apa ibu Amira tahu hubungan suaminya dengan Hanny Wijaya? gumamnya dalam hati.
"Ada apa Na?" pertanyaan Artha membuyarkan lamunannya.
" Eng.. Tidak... saya cuma agak kaget karena bisa bergabung dalam proyek sebesar ini" jawabnya sambil tersenyum.
" Mbak Nania tenang saja, saya yakin ini akan menjadi proyek yang sukses" ujar Buk Amira menampakkan senyumnya yang tetap manis walau ada sedikit guratan di ujung matanya.
Sepertinya Ibu Amira orang yang ramah, berbeda dengan Hanny yang berjiwa iblis. Apa mungkin suaminya tega berpaling darinya demi perempuan itu? pikirnya lagi.
Meski sudah berumur namun rona kecantikan masih terpancar di wajah wanita itu.
"Dua hari lagi kita akan meeting dengan Harvan Wijaya, CEO dari Gaia Fashion, tolong persiapkan presentaasinya ya Na" Artha menimpali.
Setelah pertemuan yang cukup singkat Nania pamit melanjutkan makan siangnya, namun tiba-tiba ponsel nya berbunyi. Sebuah notif pesan dari Kai:
" Na, pulang dari kantor aku jemput kamu ya"
Dada Nania berdegup kencang, kejutan apa lagi yang akan diberikan berondong itu.
"Memangnya kita mau kemana?" satu balasan dikirim Nania ke nomor Kai Hanson di ponselnya.
tak berselang lama jawaban nya kembali masuk.
"Lihat saja nanti ;)" Astaga Pria ini menggemaskan sekali pikirnya