Di tengah hiruk pikuk kota modern Silverhaven, Jay Valerius menjalani hidupnya sebagai seorang menantu yang dipandang sebelah mata. Bagi keluarga Tremaine, ia adalah suami tak berguna bagi putri mereka Elara. Seorang pria tanpa pekerjaan dan ambisi yang nasibnya hanya menumpang hidup.
Namun, di balik penampilannya yang biasa, Jay menyimpan rahasia warisan keluarganya yang telah berusia ribuan tahun: Cincin Valerius. Artefak misterius ini bukanlah benda sihir, melainkan sebuah arsip kuno yang memberinya akses instan ke seluruh pengetahuan dan keahlian para leluhurnya mulai dari tabib jenius, ahli strategi perang, hingga pakar keuangan ulung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Jejak Roda di Jantung Gunung
Pagi setelah badai menyajikan pemandangan yang kontras. Di siaran radio lokal, berita utama adalah tentang lumpuhnya jalur utama di kaki Gunung Hantu akibat longsor. Sementara itu, di base camp Tremaine Logistik, udara terasa segar dan penuh harapan. Jalur rahasia mereka terbukti tangguh, dan kini, 'Raksasa Tidur' pertama telah sepenuhnya dimodifikasi dan siap beraksi. Deru mesinnya yang dalam terdengar seperti detak jantung baru bagi perusahaan mereka.
Sesuai perintah Bastian kemarin, semua mata kini tertuju pada Jay. Para mandor dan mekanik yang usianya dua kali lipat darinya, kini menunggunya untuk arahan, bukan lagi pada Bastian.
Jay berdiri di depan para kru dengan sebuah peta di tangan. Ia menatap sopir utama, seorang pria veteran bernama Pak Agus yang sudah puluhan tahun bekerja untuk Tremaine.
"Pak Agus," kata Jay dengan nada tenang dan jelas. "Hari ini kita lakukan uji coba pertama dengan muatan penuh. Saya akan ikut di belakang Anda dengan mobil komando. Jaga komunikasi radio tetap terbuka."
Ia menunjuk sebuah titik di peta. "Di kilometer dua, setelah tanjakan landai, akan ada tikungan tajam ke kiri yang tidak terlihat. Jangan terlambat menurunkan gigi ke putaran rendah sebelum tanjakan. Jaga kecepatan konstan di lima belas kilometer per jam di tikungan itu."
Pak Agus mengangguk, namun di matanya tersirat sedikit keraguan. Ia adalah sopir paling berpengalaman di sini, dan kini ia harus menerima perintah detail dari seorang pemuda yang bahkan mungkin tidak punya SIM untuk truk.
Konvoi pun dimulai. Truk Foden-MAN raksasa itu, membawa kontainer seberat dua puluh ton, mulai bergerak perlahan. Ia meninggalkan base camp dan, seperti sebuah ilusi, menghilang ditelan dinding pepohonan di jalur rahasia. Bastian, Elara, dan Jay mengikuti di belakangnya menggunakan sebuah mobil jip 4x4.
Perjalanan itu menegangkan. Dari dalam jip, mereka bisa melihat bagaimana ban raksasa truk di depan mereka mencengkeram permukaan jalur tanah yang kokoh. Deru mesin V8-nya menggema di antara pepohonan, sebuah suara kekuatan yang menaklukkan alam.
Melalui radio, suara Jay terdengar tenang dan presisi. "Sebentar lagi akan ada jembatan kayu tua. Lalui dengan perlahan. Tepat setelahnya, ada turunan berlumpur sekitar lima puluh meter. Jaga momentum Anda, jangan berhenti atau menginjak rem mendadak."
Di dalam kabin truk, Pak Agus mencengkeram kemudi dengan erat, keringat membasahi pelipisnya. Setiap instruksi yang diberikan Jay melalui radio terbukti seratus persen akurat. Tikungan tajam itu ada persis di tempat yang ia katakan. Jembatan kayu itu tampak rapuh namun ternyata sangat kokoh. Dan benar saja, setelah jembatan, sebuah turunan berlumpur sudah menanti. Berkat peringatan Jay, ia berhasil melewatinya dengan mulus.
Skeptisisme di hati Pak Agus perlahan-lahan berubah menjadi kekaguman yang luar biasa. "Anak itu..." bisiknya pada kernet di sampingnya. "Dia seperti sudah melewati jalan ini seribu kali dalam mimpinya."
Setelah satu setengah jam perjalanan yang terasa seperti selamanya, pemandangan berubah. Pepohonan yang rapat mulai menipis, dan mereka keluar ke sebuah dataran tinggi yang luas di dekat puncak gunung—lokasi proyek geotermal. Mereka berhasil.
Radio di base camp meledak dengan sorak-sorai ketika Pak Agus berteriak dengan penuh semangat, "Pos Puncak berhasil dicapai! Jalur bersih dan aman! Ini luar biasa!"
Jay, Elara, dan Bastian turun dari jip mereka. Dari puncak itu, mereka bisa melihat pemandangan seluruh Provinsi Silverhaven yang terhampar di bawah. Mereka juga bisa melihat sebagian dari jalur rahasia mereka yang berkelok-kelok menuruni gunung seperti seekor naga yang tertidur.
Bastian menatap pemandangan itu, lalu menatap menantunya. Di matanya, ada ekspresi terima kasih yang begitu dalam. "Kau tidak hanya menyelamatkan perusahaan kami, Jay," katanya dengan suara serak. "Kau memberi kami masa depan yang tidak pernah kami berani impikan."
Ia kemudian berjalan ke tepi tebing, menatap jejak roda raksasa yang membekas jelas di tanah basah di pintu masuk dataran tinggi itu. Wajahnya berubah menjadi serius.
"Jejak ini..." katanya pelan. "Keberhasilan kita hari ini adalah sebuah keajaiban. Tapi jejak ini juga adalah bukti. Bukti yang bisa dilihat oleh siapa saja yang mencarinya."
Ia berbalik menatap Jay, sebuah kekhawatiran baru muncul di matanya. "Sekarang," katanya. "Kita harus memastikan tidak ada orang lain yang pernah menemukan jalan ini. Karena jika mereka tahu rahasia kita..."