menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.
pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.
penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27
Duar..
Suara ledakan menggema keras di tengah hutan, diikuti kobaran api yang menjilat jilat membakar beberpa pohon hingga berubah menjadi lautan merah menyala.
Bayu Wirata dan Ki Laksmana yang sedang berlatih terpaku, dada mereka berdebar saat mendengar suara itu. Tanpa berkata sepatah kata, mereka bergegas melangkah menuju sumber api, langkah kaki mereka menapak tanah yang mulai hangat terbakar.
Sesampainya di depan lokasi, keduanya langsung mengendurkan napas, mata waspada berkeliling mencari tanda tanda keberadaan pelaku.
Bayu Wiratamengerutkan dahi, tangan terangkat pelan seolah meraba raba aliran energi dari pelaku dengan kemampuan mendeteksinya.
hal yang sama juga di lakukan oleh Ki Sundala. Ia juga menggunakan kemampuan mendeteksinya untuk mencari pelakunya yang meledakkan hutan itu hingga terbakar.
Akan tetapi, cukup lama mereka mencoba mendeksinya, mereka sama sekali tidak menemukan apa pun.
“Aneh sekali… tidak ada siapa-siapa di sini,” gumam Ki Sundala dengan nada bingung, suaranya nyaris tenggelam di antara desiran api yang menderu.
“Bagaimana ledakan bisa terjadi tanpa jejak manusia?” Wajahnya menampakkan campuran rasa penasaran dan kekhawatiran. Mereka saling pandang karena kebingungan dengan apa yang sudah terjadi
Merasa tidak menemukan pelakunya sama sekali, akhirnya Ki Laksmana dan Bayu Wirata bekerja sama untuk memadamkan api kebaran tersebut.
Hingga beberapa saat kemudian, api itu sudah padam dan hanya menyisakan kepulan asap yang mengepul dari sisa sisa kebakaran.
"Kejadian yang sangat aneh, ada api namun tidak ada orang yang terlihat melakukannya" kata Ki Sundala yang penuh dengan keheranan.
Tanpa mereka sadari, jika memang tidak ada pelaku atau pun orang lain yang membuat Ledakan api tersebut. Melainkan ledakan itu terjadi akibat jurus tinju naga api dari Bayu Wirata yang sempat menghilang tadi.
Setelah memadamkan api yang berkobar, Ki Laksmana dan Bayu Wirata kembali ke tempat tinggal mereka yang ada di dalam goa untuk melanjutkan latihan mereka.
"Kita akan melanjutkan latihan kita. Untuk jurus tinju naga api mungkin kau akan bisa menyempurnakannya seiring waktu berjalan" kata Ki Sundala.
Hari itu juga, Ki Sundala memberikan semua jurus jurus element api yang ia kuasai kepada Bayu Wirata.
Ada pun jurus jurus yang di ajarkan oleh Ki Sundala adalah jurus semburan api, yang membuat penggunanya menyemburkan api dari mulutnya. Caranya cukup sederhana memusatkan element api pada teknik pernapasan lalu di tambah dengan tenaga dalam.
Jurus meteor api adalah jurus yang adalah jurus yang dapat membuat penggunanya menembakan banyak episode padat dalam waktu bersamaan. Caranya melakukannya adalah dengan cara mengumpulkan element api dan tenaga dalam menjadi satu gumpalan padat. Hingga gumpalan itu sudah cukup sudah cukup banyak maka penggunanya tinggal melempakannya saja Kepada target. Hasil dari jurus meteor api dalam banyaknya api api padat yang berjumlah sangat banyak.
Pusaran api adalah jurus yang membuat penggunanya di keliling oleh api yang berputar putar. Selain itu, jurus ini juga sangat bagus untuk pertahanan jika ada lawan yang mendekat.
Bukan hanya itu, saja. Bahkan banyak jurus jurus lain menggunakan element api yang di jelaskan oleh Ki Sundala di hari itu. Akan tetapi, Bayu Wirata hanya mendengarkan saja di hari itu, serta mengingat semua penjelasan dari Ki Sundala.
Hingga ke esokan harinya, barulah pemuda tersebut mempelajari jurus jurus yang sudah di ajarkan oleh Ki Sundala.
Satu demi satu jurus jurus tersebut di lakukannya secara perlahan. Walaupun hasilnya belum seberapa. akan tetapi, itu semua sudah cukup membuat Ki Sundala tersenyum.
"Dia memang pemuda yang sangat hebat. Hanya satu kali penjelasan saja, pemuda itu sudah berhasil melakukannya dengan sangat baik. Aku yakin seiring berjalannya waktu, jurus jurus yang aku berikan padanya bisa melampaui diriku" gumam Ki Sundala menggangukkan kepalanya penuh kebanggaan..
Hari hari terus berlalu, Bayu Wirata dengan giat berlatih semua jurusnya. Sudah pasti jika ada peningkatan dari jurus yang ia pelajari itu.
Dari jurus yang awalnya berukuran kecil, kini sudah terlihat ukurannya yang sudah jauh lebih besar, bahkan hampir menyamai jurus yang di keluarkan oleh Ki Sundala, guru Bayu Wirata.
Hingga tepat satu bulan sejak ia menjadi murid Ki Sundala, Bayu wirata sudah selesai menerima semua latihan tersebut.
Kini Ki Sundala dan Bayu Wirata duduk saling berhadapan di dalam goa tempat tinggal mereka.
"Bayu muridku, sudah tidak ada lagi yang bisa aku ajarkan padamu, kau sudah dapat menguasainya semua jurus yang aku ajarkan hanya dalam waktu singkat. Kau memang pemuda yang luar biasa. Kau sangat pantas menjadi pemuda dalam ramalan itu" kata Ki Sundala dengan rasa kagum terhadap Bayu Wirata. Bahkan ia merasa sangat bangga karena dirinya bisa andil dalam perkembangan kekuatan dari sosok ramalan itu.
Bayu Wirata menghela napas pelan. Lalu matanya menatap hangat sosok sang guru yang berada di depannya.
Huhh..
"Tapi jurusku masih belum sekuat dirimu" kata Bayu Wirata dengan perasaan sedikit lesu. Karena ia merasa jika ia masih belum bisa menyamai kemampuan gurunya itu.
Hahahaha..
Ki Sundala tiba tiba tertawa.
"Seiring berjalannya waktu. Jurusmu itu akan jauh lebih kuat dan bahkan bisa mengalahkanku. Apalagi usiamu saat ini masih sangat muda" kata Ki Sundala menemukan bahu Bayu Wirata memberi semangat.
Bayu Wirata menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Ada kelegaan yang datang ketika sang guru memberikan kata kata penyemangat dalam hidupnya. Akan tetapi, tiba tiba sang guru kembali berbicara memberikan sebuah pertanyaan.
"Saat ini kau sudah berada di kependekaran tingkat bumi tahap menengah, apakah kau sudah memiliki kemampuan mengeluarkan aura membunuh?" Tanya Ki Sundala.
Bayu Wirata menoleh ke arah Ki Sundala. Setelah mendengar pertanyaan tersebut. Seketika ia teringat dengan dirinya yang pernah merasakan tekanan aura membunuh dari sang kakek. Bahkan ia juga ingat bagaimana cara mendapatkan kekuatan tersebut.
"Aku masih belum bisa menggunakannya. Orang yang aku bunuh bisa di hitung jari, mungkin hanya lima atau enam orang saja" jawab Bayu Wirata apa adanya.
"Apakah kau ingin bisa menggunakan aura membunuh itu?" Tanya Ki Sundala memastikan.
"Aku ingin, namun aku tidak banyak melakukan pembunuhan hanya untuk mendapatkan sebuah kekuatan" jawab Bayu Wirata.
Ki Sundala menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia tidak menyangka jika pemuda di depannya tidak ingin membunuh banyak orang. Akan tetapi, itu sudah cukup membuktikan jika pemuda yang menjadi muridnya itu memiliki hati yang bersih.
"Aku tidak kau membunuh orang untuk mendapatkan kekuatan tersebut" kata Ki Sundala yang membuat Bayu Wirata penasaran.
Bayu Wirata menatap gurunya sembari mengeryitkan dahinya. Dan ia tidak mengerti apa yang di maksudkan oleh gurunya.
"Jika tidak dengan membunuh orang, lalu dengan apa aku bisa mendapatkannya?" Tanya Bayu Wirata.
"Dengan membunuh bangsa siluman, bangsa yang suka mengganggu bangsa manusia" jawab Ki Sundala cepat.
“Bangsa siluman.” Bayu Wirata mendesis pelan, suaranya hampir seperti bisikan tapi masih cukup nyaring untuk didengar oleh Ki Sundala. Matanya menatap kosong, mencoba membayangkan sosok bangsa yang tak biasa itu.
Ki Sundala menyipitkan mata, berusaha menembus keraguan dalam diri muridnya.
“Benar, bangsa siluman. Apakah Kau siap?” tanyanya dengan nada berat, penuh harap sekaligus waspada.
Bayu Wirata terdiam, dadanya naik turun seiring pikirannya berputar. Rasa penasaran mencuat perlahan, menggantikan keraguannya. Akhirnya, dengan suara serak tapi mantap, dia menjawab, “Baiklah, aku akan mencoba. Tapi... bagaimana sebenarnya rupa bangsa siluman itu?”
Ki Sundala tersenyum tipis, seolah punya rahasia yang ingin ia bagi.
“Mereka beragam wujudnya. Ada yang mirip manusia, meski tiruannya tak sempurna. Ada siluman kera dengan bulu lebat dan taring tajam, siluman harimau yang berburlu belang mengancam, siluman kalajengking bersisik keras, dan masih banyak lagi yang lain.” Ujarnya pelan, seakan membuka tabir dunia yang penuh misteri.
Bayu Wirata sedikit ngeri ketika mendengar ciri ciri dari siluman siluman itu,
"Apakah mereka kuat?" Tanya Bayu Wirata ingin memastikan.
"Ada yang kuat, dan ada yang lemah, semakin kuat lawan yang kau bunuh maka tekanan aura membunuhmu semakin kuat" jawab Ki Sundala.
Bayu Wirata menganggukkan kepalanya, hingga pada akhirnya ia membuatkan tekat untuk mencobanya.
"Di mana aku bisa menemukan mereka?" Tanya Bayu Wirata.
"Di hutan larangan yang ada di sebelah barat, di sana terdapat sebuah kerajaan dari bangsa siluman. Orang orang tidak ada yang berani datang ke sana. Mereka takut di bawa ke dimensi mereka lalu menjadi makanan bangsa tersebut" jawab Ki Sundala, serta menjelaskan bagaimana bahayanya bangsa siluman itu.
"Aku hanya ingin memastikan, apakah kau benar benar yakin?" Tanya Ki sundala memastikan.
Bayu Wirata menatap lurus ke depan, suara mantapnya menggema, "Aku siap. Kalau itu artinya membunuh bangsa siluman yang selama ini suka mengusili manusia, aku takkan mundur."
Ki Sundala mengangguk pelan setelah mendengar kesanggupan dari pemuda itu, lalu ia menyerahkan sebuah botol kecil berisi minyak berwarna gelap dengan hati hati. Tangan tuanya gemetar tipis saat memberi botol itu ke Bayu Wirata.
“Bawalah ini,” ucap Ki Sundala dengan suara berwibawa,
“Gunakan minyak ini untuk memancing bangsa siluman mendekatimu.” Ia menyadarkan botol itu di hadapan Bayu Wirata, membuat aroma misterius tercium samar.
Bayu Wirata mengambil botol itu, menatap isinya dengan penuh perhatian sebelum menyelipkannya di balik bajunya. Matanya berbinar, siap melangkah ke jalan berbahaya.
“Berapa banyak bangsa silumab yang harus aku bunuh?” tanya Bayu Wirata dengan nada tegas tanpa ada sedikit pun keraguan yang bersembunyi di balik sikapnya.
“Semakin banyak, maka akan semakin baik,” jawab Ki Sundala cepat, menatap tajam seolah menekankan betapa pentingnya cara ini dalam menambah kemampuan pemuda tersebut.
Bayu Wirata membungkukkan kepala sebentar, memberi hormat pada gurunya.
“Baiklah, aku akan pergi sekarang. Setelah aku bisa menggunakan aura membunuh itu, aku akan kembali ke sini.” Detik itu, tekadnya terasa semakin membara.
"Ya pergilah, buat dirimu jauh lebih kuat lagi. Maka dengan begitu ramalan di masa depan akan benar benar terjadi" kata Ki Sundala memberi restu.
Bayu Wirata langsung berjalan menuju keluar. hingga pada saat ini, pemuda tersebut sudah benar benar meninggalkan goa yang menjadi tempat tinggalnya selama satu bulan terakhir.
Ki Sundala tetap duduk di dalam goa, matanya membuntuti sosok Bayu Wirata yang perlahan menghilang di ujung mulut goa. Napasnya tertahan, sesekali angin membelai wajahnya yang berkerut oleh pergulatan pikiran.
"Aku tidak tahu, jika masa depan membawa kita bertemu lagi atau tidak," suaranya pelan, penuh harap namun juga ada getir.
"yang terpenting bagiku adalah aku sudah menjadi bagian dari perjalananmu, membantumu dalam melatih kekampuan agar kau jadi lebih kuat." Kata Ki Sundala lagi.
Di depan goa, Bayu Wirata menghentikan langkahnya sesaat. Lalu dengan satu hentakan keras di atas tanah, Bayu Wirata meninggal kn goa yang menjadi tempat tinggalnya dalam satu bulan terakhir.
Wushhh…
Pemuda itu melesat cepat ke arah barat, sesudai dengan arah yang di sebutkan oleh sang guru, meninggalkan jejak debu di tempat pijakan sebelumnya yang segera tertiup angin.
Lompatan demi lompatan, ia melayang gesit dan lincah dari satu dahan pohon ke datang pohon lain, tubuhnya menari ringan di antara pepohonan. Tak terlihat beban di langkahnya, seolah hutan itu telah mengenal dan menyambutnya sebagai sahabat lama.
Jarak menuju kerajaan siluman di barat memang tak main main, lebih dari tujuh hari perjalanan penuh agar bisa sampai di tempat tujuan Namun tekad Bayu Wirata tetap menyala, membawanya terus menembus hutan lebat tanpa ragu.
"Tidak aku sangka jika tempat yang aku cari sangat jauh dari pada yang aku bayangkan. jika seperti ini, maka guru sama saja dengan mengusirku" gumam Bayu Wirata dalam lesatannya.
Lebih dari satu minggu telah berlalu. Akhirnya pemuda itu semakin dekat dengan lokasi yang ia tuju. Yaitu di hutan larangan yang menjadi tempat kerajaan siluman
Huppp.
Bayu Wirata mendaratkan kakinya di atas sebuah dahan pohon yang ada di dalam hutan tersebut. Matanya memandang ke segala arah menyapu dan melihat kesekelilingnya untuk memastikan tempat tersebut.
"Aku merasakan kehadiran mereka" gumam Bayu Wirata dalam hatinya sembari memasang sikap waspada.
Pada saat ini, Bayu Wirata sedang merasakan kehadiran sosok dari bangsa siluman yang menjadi penunggu hutan larangan tersebut.
"Apakah ini benar benar hutan larangan, dan di hutan ini adalah hutan yang menjadi tempat kerajaan bangsa siluman itu" gumam pemuda itu lagi.
Sesaat kemudian, Bayu Wirata mengambil sebuah botol yang susah di berikan oleh Ki Sundala di saat keberangkataannya
Perlahan ia membuka botol tersebut, lalu menampakkan sedikit pada telapak tangannya. Kemudian ia menggosoknya hingga merata.
Aroma dari minyak misterius itu mulai keluar memenuhi udara di dalam hutan tersebut dalam jarak yang cukup jauh.
Setelah bau aroma itu sudah menyebar. Bayu Wirata melakukan jurus pemanggil miliknya untuk mendatangkan beberapa senjata shuriken miliknya.
"Shuriken bintang lima" kata Bayu Wirata.
Wushhh..
Beberapa senjata khas ninja sudah berada di celah celah jari tangannya. Dalam beberapa saat kemudian ia melemparkan shuriken itu ke beberapa arah yang berbeda.
Sudah pasti jika senjata itu, ia gunakan dalam melakukan jurus perpindahan yang sudah ia pajari dari sang kakek, Ki Laksmaan sosok yang pernah menjadi Pendekar Ninja Bayangan di masanya.
Setelah melemparkan beberapa senjata tersebut, Bayu Wirata langsung memasang sikap yang waspada ketika merasakan beberapa pergerakan yang sedang mendekat ke arahnya.
"Mereka sudah datang" gumam Bayu Wirata sembari mempokuskan pandangan matanya dalam menghadapi serangan yang sebentar lagi akan datang.