"Seharusnya dia adalah adik iparku! tapi kini malah menjadi istriku!" ABIAN NUGRAHA.
"Pria itu seharusnya menjadi kakak Iparku, tapi sekarang dia adalah suamiku!" MAHARAYA FADILLA.
bagaimana jadinya dua orang yang sebelumnya tidak saling mengenal namun tiba-tiba dinikahkan. semua itu bermula karena Andira Fadillah atau yang akrab di sapa Dira selaku kakak Maharaya atau Raya, kabur tepat di hari pernikahannya dengan seorang pria yang telah di jodohkan oleh orangtuanya bernama Abian Nugraha. Dira yang tiba-tiba saja menghilang saat akad akan di mulai membuat Ayah Faizal panik. karena insiden itu Ayah Faizal meminta Raya putri bungsunya yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu untuk menjadi pengantin pengganti Kakaknya. Demi menjaga nama baik keluarga.
Bagaimana kah kelanjutan kisah keduanya. apakah mereka bisa saling menerima satu sama lain? dengan rentang usia yang lumayan jauh.
Yuk! ikuti kisah mereka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenShafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Abian duduk tegang saat sang Ibu baru saja membisikkan sesuatu di telinganya. Serta menyodorkan kertas yang bertuliskan nama calon pengantinnya.
"Mama yakin ini adalah takdir dari Allah. Sebelum kamu dan dia jauh melangkah dan berakhir fatal. Allah telah menunjukkan siapa dia. Yakinlah nak, semua ini pasti ada hikmahnya . Terimalah pengantin penggantimu ini nak, mereka kakak beradik. Semoga dia baik untukmu dan untuk keluarga kita semua.". Hesti menepuk bahu Putranya yang masih termenung memandang goresan pena yang bertuliskan nama wanita yang akan di nikahinya sebentar lagi itu.
Hesti pun awalnya sangat terkejut ketika Faizal dan Mirna mengajaknya berbicara serius di ruangan tertutup. Faizal yang sesekali meringis menahan nyeri di dadanya meminta maaf kepadanya. Atas kabur nya Dira sang calon pengantin wanita.
Namun sedemikian, pernikahan akan tetap berjalan dengan Pengantin wanita yang akan di gantikan oleh adiknya Dira yang masih duduk di bangku SMA yang baru saja naik ke kelas 12.
Faizal meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Hesti dan Abian. Beruntung semua keluarga Hesti belum ada yang tahu nama calon menantunya sebelumnya. Keluarga Hesti juga belum ada yang pernah bertemu dengan Dira. Jadi ini tidak akan menjadi pertanyaan ini itu.
Abian menatap nama indah yang ada di kertas itu.
"Maharaya Fadillah, Nama yang indah, semoga hati dan sifatmu juga seindah namamu ini." Batin Abian seraya menarik dalam nafasnya. Entahlah, menikahi seseorang yang bahkan belum pernah ia jumpai rasanya sangat lucu. Tapi Abian berusaha menerima takdirnya demi menjaga perasaan Ibunya.
Entah karena keadaan yang tidak tepat, sehingga membuat Abian tidak menyadari jika nama itu pernah ia sebut beberapa minggu lalu.
"Entah seperti apa rupamu. Bertemu saja belum pernah." Ucap Abian lagi pelan seperti berbisik.
"Sabar bro! Aku ikut prihatin dengan semua ini. Yakinlah, mungkin ini yang terbaik bagimu dan keluarga." Ifan menepuk bahu sahabat nya itu menyemangati.
Tepat jam 9:15 MC mempersilahkan pengantin wanita untuk hadir ke depan.
Serentak semua mata para tamu undangan yang hadir di ruangan itu tertuju pada kedatangan pengantin wanita yang diapit oleh dua wanita cantik lainnya.
"Raya, udah jangan menangis lagi. Makeup mu sudah berapa kali rusak karena air mata. Bedaknya sampai setebal ini loh!" Bisik Fikha di telinga Raya yang sekuat tenaga menahan sesak di dadanya. Namun cairan bening itu tetap tak kuasa ia tahan.
Sedari kemarin Raya sudah antusias menyambut hari pernikahan kakaknya. Namun siapa sangka dalam hitungan jam dirinya malah berubah menjadi pengantin wanita yang akan dinikahi oleh pria yang tidak ia kenal sama sekali.
Raya terpaksa menerima permintaan sang Ayah demi menyelamatkan nama baik keluarga seperti permintaan sang Ayah. Demi menjalankan amanah yang telah Ayah dan almarhum temannya sepakati dahulu.
Mua beberapa kali memperbaiki riasan wajahnya yang luntur saat dirinya tak kuasa menahan derai air matanya. Usianya baru akan menginjak 18 tahun. Dimana masa-masa itu adalah masa-masa senangnya bersama teman-teman sebayanya. Mencoba berbagai kegiatan tanpa harus memikirkan urusan rumah tangga dan sebagainya. Tentunya dalam hal-hal yang positif.
Semua mata tertuju pada calon mempelai wanita yang begitu cantik. Bahkan kecantikan Raya mengalahkan kecantikan Dira sang kakak. Raya yang kesehariannya tidak pernah menggunakan makeup begitu membuatnya pangling saat di makeup oleh Mua.
Berbeda dengan Dira yang kesehariannya selalu memakai makeup full. Walaupun cantik tetapi orang-orang sudah terbiasa. Berbeda dengan Raya yang baru perdana memakai makeup setebal ini.
Hesti menatap calon menantunya dengan senyum prihatin. Kasihan terhadap gadis yang harus menggantikan kakaknya menikah. Hesti berharap semoga calon menantunya itu ikhlas menerima takdir yang telah di tentukan sang Pencipta.
Abian tidak melepaskan tatapannya pada calon istrinya yang perlahan mendekat ke arahnya.
"Apakah dia calon istriku? Dia cantik sekali" Abian tanpa sadar memuji kecantikan calon istrinya. Abian adalah anak yang berbakti pada Ibunya. Tentunya tidak akan pernah menolak apapun permintaan sang Ibu selagi itu untuk kebaikan nya.
"Bro! Kata Tante, dia masih SMA. Masih kinyis-kinyis! Tahan bro! Ijab dulu baru boleh pandang sepuasnya." Bisik Ifan yang terkikik di belakang Abian.
"Sialan!" Kesal Abian yang di respon dengan kekehan oleh Ifan. Karena telah berhasil menggoda sahabatnya itu.
Seketika Abian menundukan pandangannya sembari menyikut perut Ifan yang bisa-bisanya menggodanya di saat seperti ini.
Ifan semakin terkikik-kikik sembari menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar tawanya tidak meledak.
"Apapun yang telah Tuhan takdirkan untukku, untuk kita berdua. Semoga ini adalah yang terbaik dari segala yang lebih baik." Harap Abian dalam hati. sebelum Raya duduk di sampingnya.
Raya memejamkan matanya saat suara lantang seorang pria yang duduk di sampingnya mengucapkan janji suci di hadapan sang Ayah dan penghulu serta para saksi dan tamu undangan yang hadir pagi menjelang siang itu.
Setelah kata sah menggema di ruangan itu. Disitulah seorang Maharaya Fadillah telah sah menjadi seorang istri seorang laki-laki yang bernama Fabian Nugraha. Pria yang tidak ia kenal itu telah mengambil alih tanggung jawab atas dirinya pada sang Ayah.
Kini kiblatnya telah berpindah pada laki-laki yang telah sah menjadi suaminya. Kini dirinya bukan lagi anak remaja yang bebas kesana kemari bersama teman-temannya.
Kini dirinya telah menjadi seorang istri yang mempunyai kewajiban dan tugas. Yaitu berbakti kepada sang suami. Menuruti dan tidak membantah setiap perkataan suaminya. Selagi itu baik untuknya dan agamanya.
Raya menyodorkan tangannya untuk menyalim tangan suaminya tanpa berani menatap wajah pria yang telah sah menjadi suaminya itu.
"Seharusnya dia adalah kakak iparku tapi kini telah menjadi suamiku." Batin Raya dengan perasaan campur aduk.
Begitupun dengan Abian yang menyambut uluran tangan Raya dan balas mengecup puncak kepala Raya istrinya.
"Seharusnya kamu adalah adik iparku, tetapi Tuhan mentakdirkan kita untuk bersama sebagai pasangan suami istri. Aku berharap kamulah takdirku hingga menua nanti" Batin Abian.
Moment sakral itu di abadikan dalam jepretan roll kamera fotografer. Moment bersejarah Raya dan Abian. Dalam jepretan kamera semua keluarga berbahagia. Keadaan Faizal juga sudah lebih baik.
Acara berlangsung hingga siang hari. Para tetangga dekat juga turut hadir menyaksikan moment sakral itu. Pukul 14:00 rumah Bapak Faizal telah sepi, beberapa tamu sudah pulang. Hanya tersisa keluarga inti dan teman-teman Raya. Geng Ceriwis.
"Ketua, walaupun ini bukan yang kita inginkan, tapi tetap kami ingin mengucapkan selamat menempuh hidup baru ya! Semoga pernikahan kalian langgeng hingga kakek nenek. Dan mempunyai anak yang lucu-lucu." Ucap Fikha, Sherly, Maudy, Syifa. Para sahabat Raya mengucapkan selamat pada sahabat mereka itu.
"Iya Ra, kamu jangan sedih ya, kamu harus semangat! Kita akan selalu ada kok buat kamu. Kapanpun kamu butuhkan." Ucap Fikha ikut sedih melihat sahabat baiknya seperti ini. Ucapan Fikha itu mendapat anggukan teman-teman lainnya.
Raya mengangguk sembari mengusap air matanya yang kembali mengalir. Kelimanya saling berpelukan. Mereka turut prihatin dengan apa yang di alami sahabat mereka. Namun di balik itu juga mereka bahagia dengan memberikan Doa tulus untuk sahabat mereka yang baik itu.
Takdir seseorang tidak ada yang tahu. Semua itu rahasia sang Pencipta.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan di pintu mengalihkan keharuan yang ada di ruangan itu. Maudy segera membukakan pintu, dan sejenak terpaku saat melihat siapa yang mengetuk pintu kamar Raya tersebut.
Bukan hanya Maudy. Tetapi Sherly, Fikha, Syifa dan Raya sendiri. Juga ikut terpaku. Melihat seseorang tersebut.
"Eh! Silahkan masuk Om!" Maudy mempersilahkan Abian untuk memasuki kamar Raya.
"Ah, sepertinya kita juga harus pamit pulang guys, ini sudah sore." Sherly bersuara dan di angguki oleh yang lainnya.
"Ra, kita pulang dulu ya. Nanti kalau ada apa-apa call kita-kita oke!" Ucap Sherly yang mewakili teman-temannya untuk berpamitan.
"Terimakasih ya semuanya. Sahut Raya sembari melambaikan tangannya kepada ke empat temanya yang berlalu dari kamarnya.
"Bye Bu ketu! Permisi Om, kami pulang dulu." Ucap semuanya. Saat melewati Abian. Abian hanya mengangguk dan mempersilahkan teman-teman istrinya itu.
Setelah teman-temannya sudah pergi Raya pun menyuruh suaminya untuk masuk. Sebab sejak tadi Abian masih berdiri di samping pintu. Mungkin masih segan mau masuk karena ada teman-temannya.
"Masuk Om, ehh! maksudnya...Pak eh, am,,,,,,," Raya bingung mau memanggil suaminya dengan sebutan apa.
"Panggil senyamanmu saja." Tukasnya
Seraya memasuki kamar Raya dan menutup pintunya. Setelah menarik nafas dalam, Abian segera mendekati Raya yang duduk di tepi tempat tidurnya. Masih mengenakan gaun dan riasan pengantinnya belum di hapus.
*
*
😂😂😂 minyak nggak salah kok dikatain jahat.. dasar Raya..
Thank you author.. 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘