Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 9
Mau dikuburkan di desa itu tidak diperbolehkan, tapi kalau tidak dikuburkan jenazah Sulastri pasti akan bau dan membusuk. Sumirah bingung harus bagaimana.
Meminta bantuan ke lain tetangga desa juga tidak bisa, karena apa yang menimpa Sulastri tentunya langsung tersebar bukan hanya ke seluruh desa, tapi juga ke desa lain.
Entah seperti apa yang digosipkan orang-orang, tetapi kini semua orang memandang Sulastri seperti orang yang begitu hina. Sumirah merasa sedih sekali, sudah pasti sudah menderita dari kecil karena kehilangan kedua orang tua.
Kini di saat meninggal harus mengalami hal yang begitu mengenaskan, jangankan untuk mengizinkan dia menguburkan cucunya di desa itu, untuk membantu Sumirah memindahkan jenazah Sulastri ke tempat lain saja tidak ada yang mau sama sekali.
Sumirah bahkan diusir oleh warga, dia tidak boleh lagi tinggal di sana. Rumah kecil miliknya saja bahkan dihancurkan, Sumirah tak menyangka ternyata dirinya tinggal di kampung dengan orang-orang yang tidak berperasaan.
"Kenapa semua manusia yang ada di sini seperti setan? Kenapa mereka tidak memiliki perasaan? Mereka menyebut Lastri pendosa dan tidak pantas hidup di kampung ini, nyatanya mereka lebih durjana karena membunuh cucu kesayanganku."
Sumirah menatap jenazah Sulastri yang mulai membiru, hari sudah malam tapi dia bingung harus menguburkan jenazah cucunya itu di mana. Saat melihat gerobak tukang rongsokan yang belum dia kembalikan, Sumirah akhirnya menggunakan grobak itu untuk membawa Sulastri pergi dari sana.
Setengah mati dia mengangkat tubuh Sulastri yang begitu berat ke atas gerobak, kemudian dia memasukan bajunya yang sedikit itu ke atas gerobak. Dia juga membawa pacul milik almarhum suaminya dan mendorong gerobak itu dengan susah payah.
Tubuh tua itu begitu kesulitan mendorong jenazah Sulastri sendiri, sepanjang perjalanan dia hanya menangis sambil menatap wajah cucunya yang sangat mengenaskan.
"Maafkan Nenek, Nak. Nenek tak tau harus berbuat apa," ujar Sumirah sambil terisak.
Cukup lama dia menangis sambil mendorong gerobak berisikan jenazah Sulastri, hingga saat dia melintas di depan gudang terbengkalai, muncul ide Sumirah untuk mengubur jenazah wanita itu di sana.
"Tempat ini sudah tidak pernah dikunjungi oleh orang, sepertinya akan aman kalau dikuburkan di sini. Lagi pula kalau aku mendorong jenazah Sulastri dalam waktu yang lama, takutnya nantinya jenazahnya akan bau."
Tanpa sepengetahuan warga Sumirah menguburkan cucunya di belakang gudang terbengkalai itu, dia menggali tanah di belakang gudang itu.
"Maafkan Nenek karena tidak bisa menguburkan kamu dengan layak," ujar Sumirah.
Dia memeluk gundukan tanah yang menimbun jenazah Sulastri, iya kembali menangis sampai matanya begitu sembab. Tak lama kemudian wanita tua itu menatap gundukan tanah itu dan berkata.
"Nenek tahu kamu itu meninggal dengan rasa penasaran yang tinggi, jika kamu ingin membalas dendam kepada siapa pun yang sudah menyakiti kamu, Nenek ikhlas. Bangkit dan balaslah semua perbuatan orang-orang yang sudah menyakiti kamu, Nenek merestui."
Sumirah yang merasa sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh warga sampai mengatakan hal itu, setelah itu dia memutuskan untuk pergi dari sana. Dia akan mencari tempat yang baru, tempat yang jauh agar dia bisa tinggal dengan aman dan nyaman, walaupun itu tak mungkin karena dia pergi dengan membawa uang yang sedikit.
**
"Dea, kenapa kamu menangis?"
Juragan Saleh baru saja pulang ke rumah, dia baru selesai dengan pekerjaannya yang baru. Setelah menjual perkebunan sayuran miliknya kepada Salman, kini dia bekerja di pabrik frozen food miliknya sendiri.
Pabrik warisan dari kedua orang tuanya, setelah menikah dengan Karmila, anak dari orang paling kaya di kampung itu, Juragan Saleh selama ini dipercaya untuk mengelola perkebunan milik mertuanya.
Pabrik peninggalan kedua orang tuanya dikelola oleh orang kepercayaan dari mendiang kedua orang tuanya itu, tetapi setelah terjualnya perkebunan itu, dia memutuskan untuk kembali mengelola pabrik frozen food itu.
Namun, dia merasa heran karena melihat putrinya sedang menangis tersedu-sedu. Wanita itu menangis sambil menatap foto masa kecilnya bersama dengan Sulastri.
"Jawab dong, Sayang. Kenapa kamu menangis seperti itu? Apa ada yang menyakiti kamu?"
"Mana ada orang yang berani menyakiti aku, aku menangis karena sedih. Lastri meninggal dunia, Ayah. Dia dirajam sampai meninggal, katanya Lastri hamil. Dia disangka menjadi wanita nakal, padahal aku yakin dia tak seperti itu."
Dea menghabiskan masa kecilnya dengan Sulastri, mereka satu kelas sampai kelas 6 SD. Setelah lulus SD Sulastri melanjutkan sekolah di SMP yang ada di kampung sebrang, sedangkan Dea melanjutkan SMP sampai SMA di kota.
Walaupun mereka terpisah, tetapi setiap kali liburan caturwulan, Dea selalu liburan ke kampung halamannya dan bertemu dengan Sulastri. Kali ini dia juga baru lulus SMA, hari ini dia berencana untuk bertemu dengan Sulastri, tetapi dia begitu sedih ketika datang ke rumah Sumirah.
Rumah reot wanita tua itu sudah ambruk, saat dia menanyakan keberadaan Sumirah dan juga Sulastri, ternyata kedua orang itu sudah tidak ada di sana. Lalu, dia menanyakan tentang kabar Sulastri lebih lanjut. Dea begitu syok mengetahui kebenarannya.
"Apa? Lastri dirajam sampai meninggal?"
Juragan Saleh ikut kaget mendengar apa yang terjadi terhadap Sulastri, karena beberapa saat lalu dia masih bertemu dengan wanita itu.
"Iya, para warga benar-benar keterlaluan. Tidak mau mendengarkan penjelasan Lastri, bahkan ada yang menendang dan juga memukul, serta menampar Lastri, Yah."
"Astagfirullah! Kenapa mereka kejam sekali?"
"Nggak tau, udah gitu sekarang Dea tak tahu nenek Sumirah ke mana. Dea juga tak tahu Lastri dikuburkan di mana," ujar Dea yang langsung memeluk juragan Saleh dan menangis di dalam pelukan ayahnya itu.
"Sudahlah, Jangan menangis lagi. Semoga saja Lastri dikuburkan dengan layak, mending sekarang kamu mandi. Udah sore banget," ujar Juragan Saleh.
"Iya," jawab Dea.
Dea mengurai pelukannya dengan sang ayah, kemudian dia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. Juragan Saleh juga ingin masuk ke dalam kamarnya, karena dia ingin berbicara dengan istrinya.
Dia ingin membicarakan uang hasil penjualan perkebunan, tetapi niatnya dia urungkan karena kedatangan dari adik istrinya, Sadam.
"Ada apa kamu datang ke sini?"
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..