Terbit setiap senin & jumaat.
Bima seorang detektif swasta yang macho dan keren. Yang dulunya adalah seorang polisi hebat. Dapat job untuk mencari dimana kepala mafia berada. Namun disatu sisi, dia pun harus melindungi seorang wanita. Yang merupakan tokoh kunci dalam sebuah kasus. Namun juga, dicurigai terlibat dalam kasus tersebut. Seharusnya dia profesional dalam menjalani pekerjaannya. Bukankah sudah hal biasa dia menghadapi wanita dengan segala macam bentuknya. Namun entah mengapa, kali ini beda. Diam-diam ternyata dia jatuh hati. Sekarang yang jadi bahan pertanyaan, beranikah dia mengakui perasaannya sedangkan dia lagi menjalani tugas penyamaran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonelondo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan Diberi Tantangan
"Jadi ada 2 kubu yang mengikutimu?' tanya Komandan.
"Iya."
Saat ini Bima sedang menghadiri rapat dengan timnya. Mereka bertemu di tempat kemarin alias di kamar hotel. Bima sudah menceritakan kejadian sektor 5, dan tentang Saras, juga hal lain. Alias dari terakhir mereka bertemu, dan sebelum dia sampai di situ.
"Pantas! Kamu lama datang... Tadinya kalau 1 jam kamu gak datang. Kita bubar," respon Komandan lagi.
"Tapi mata-mata geng itu, kenapa mengikuti Pak Bima ya?" heran Galang.
"Orang-orang yang mengejar Pak Bima dan Saras juga, mereka itu siapa ya?" imbuh Dina.
"Masih mengejar Pak Bima lagi. Padahal Pak Bima sudah nggak sama Saras," tambah Bayu.
Ke tiga orang itu memanggil 'Pak'. Karena dulu sewaktu Bima masih bekerja di kepolisian. Bima adalah atasan mereka. Jadi faktor kebiasaan. Selain itu, ya karena pada masih menaruh hormat ke Bima.
"Penyamaranmu sepertinya akan makin berat," ucap Komandan ke Bima.
"Atau kamu ada melakukan suatu hal yang membuat mata-mata geng itu jadi mengikutimu? Karena kalau yang lain gak mungkin," lanjutnya.
Yang lain disini maksudnya. Karena sebelum masuk geng, Bima sudah dibersihkan dulu data pribadinya. Seperti tidak pernah bekerja di kepolisian, yatim piatu, termasuk nama samarannya, dan hal lain. Ini merujuk yang geng itu selalu mencari tahu dulu calon anggota mereka di data kependudukan. Jadi untuk itu gak mungkin ada kesalahan.
"Saya jamin. Gak ada, Dan."
Wajar, jika Bima penuh percaya diri. Karena dia itu aslinya polisi terbaik. Ketika dia melepaskan jabatannya demi mau berkarier mandiri saja. Pihak kepolisian dulu banyak menyayangkannya.
"Ya! Pasti kamu pintar, dan punya inisiatif tinggi dalam kondisi apapun."
Komandan mengangguk-angguk tersadar. Kalau mantan anak buahnya itu dulu saat di kasih tugas. Kalau ada masalah, pasti bisa keluar dari tekanan musuh, dan selalu tidak ketahuan.
"Tapi biar begitu, kamu harus tetap waspada. Terutama ke mata-mata geng itu. Biar kita tidak tahu apa yang diawasi mereka. Tapi kalau kamu salah pergerakan saja. Selesai sudah penyamaranmu, dan berakhir juga misi kita," ujar Komandan lagi.
"Baik, Dan."
"Dan mengenai kasus kakak beradik itu. Saya mau dengar, apa pendapatmu?"
"Kalau menurut hemat saya, itu bukan kasus 'demi kekuasaan' tapi korupsi. Terus terang, saya gak begitu memperhatikan pergerakan Iwan semasa masih hidup. Ya, karena saya lebih fokus ke tugas penyamaran saya. Cuman tidak menutup kemungkinan dia melakukan itu. Karena semua pendapatan bisnis kepala mafia itu, sebelum masuk ke divisi keuangan. Akan di setor dulu ke kepala area tiap-tiap wilayah mereka. Jadi bisa jadi Iwan membawa setoran kasino ke Kepala Area Jakarta Pusat itu tidak utuh. Atau ada persengkokolan di antara mereka, dan terjadi trust issues. Terus terjadilah penembakan ke Kepala Area Jakarta Pusat."
Kalau ditelisik, memang selain kekuasaan apa lagi masalah geng itu kalau bukan korupsi. Komandan mendelik atas pendapat brillian Bima.
"Ya, ya, ya. Dan dugaanmu yang terakhir, kalau saya rangkum dari semua pendapatmu rasanya lebih tepat. Jadi sebenarnya kasus ini berkembang besar, dan ada keterlibatan orang lain lagi. Dan Saras itu dijadikan wadah dengan Iwan sebagai tempat untuk menaruh uang korupsinya. Dan bisa jadi juga dia terlibat."
"Iya, ya... Makanya dia di buru oleh kubu yang pertama," respon yang lain.
"Nah, itu! Karena kubu yang pertama tidak menangkap saya kalau ada mata-mata geng. Itu sangat mencurigakan," ucap Bima.
Rupanya diam-diam pria itu sudah menganalisa semuanya dengan cermat. Itu lah inteligensi-nya sebagai seorang detektif.
"Benar, benar, benar." Mereka sependapat.
"Kalau begitu, kasus kakak beradik itu kamu selidiki saja. Ya, walau sebenarnya tugasmu hanya mencari tahu keberadaan kepala mafia itu di mana berada. Tapi pasalnya, setelah kepala mafia itu kita tangkap. Pihak kepolisian akan lanjut menyita uang-uang dari hasil kejahatannya. Jadi sebenarnya ini ada hubungannya dengan misi ke depannya dari pihak kita. Ya, kamu tenang saja... Pastinya, kita akan membayar jasa dari tugas tambahanmu. Gimana, apa kamu bersedia?" ujar Komandan ke Bima.
"Siap, Dan."
"Dan mengenai lokasi Saras. Sebaiknya di bawa lagi saja ke Jakarta. Biar kamu nanti gampang berinteraksi dengannya. Ini, sudah seminggu belum? Jangan-jangan dia sudah bunuh diri lagi."
"Lusa, seminggu."
"Saya ada lokasi terbaik untuk kamu menyembunyikan Saras. Dan karena tugasmu jadi semakin berat. Saya akan utus Bayu untuk membantumu mengawasi Saras. Termasuk mengurus kebutuhan Saras agar kamu gak direpotkan oleh hal itu. Bayu, nanti kamu bersiap-siap." Komandan diakhir melempar pandangan ke Bayu.
"Siap, Dan!" balas Bayu.
"Dan ini, kamu catat lokasinya. Besok tempat itu sudah bisa kamu pakai." Komandan kembali berbicara ke Bima.
Bima segera mengambil bolpoin dan kertas, dan mencatat apa yang ditampilkan Komandan di layar. Lalu sesudah itu, tiba-tiba selulernya berdering. Setelah dia melihat nama yang tertera di layar, rupanya dari kantor Wandi. Kemudian sebelum mengangkatnya, dia memajukan dulu jari telunjuknya ke depan bibir. Agar orang-orang di sekelilingnya jangan bersuara.
"Ya?"
"Mister James, mau bicara."
Mister James?
Tentu Bima sedikit terpana atas ucapan orang itu. Ya, karena hal itu sangat tidak terduga. Untuk bawahan sepertinya, kepala mafia itu mau bicara dengannya secara pribadi. Walau dia terkejut, dan agak bingung kenapa orang itu mau berbicara dengannya lewat sambungan telepon dari orang Wandi. Namun biar begitu, dia memberi kode ke Dina agar menancapkan pelacak di Hp-nya. Sekaligus dia me-loudspeaker Hp-nya.
Dina langsung paham dan segera mengerjai. Dia pun membuka laptop untuk bersiap melacak. Dina itu ahli dibidang IT.
"Baiklah," balas Bima.
"Hello... You there. So you Putra, huh?" sapa Mister James di sana.
Artinya. Hallo... Kamu yang di sana. Jadi kamu yang bernama Putra ya.
"Yess, Sir," balas Bima.
Artinya. Ya, Pak.
"I'm impressed! What are you doing."
Artinya. Saya terkesan! Apa yang kamu lakukan.
"I'm just following orders."
Artinya. Saya hanya menjalani perintah.
"Good! And i think i've found the head of the central Jakarta area. But, you have to prove yourself to me. I give you 1 month to show your ability. Can you?"
Artinya. Bagus! Dan saya pikir, saya telah menemukan Kepala Area Jakarta Pusat. Tapi kamu harus buktikan diri ke saya. Saya kasih waktu 1 bulan untuk unjuk kemampuanmu. Apa kamu bisa?
"I'll do my best."
Artinya. Saya akan melakukan yang terbaik.
"Good! Don't dissapoint me."
Artinya. Bagus! Jangan kecewakan saya.
Klik!
Setelah telepon dimatikan dari sana. Bima dan yang lain langsung buka suara.
"Gak bisa ke lacak. Itu kantor Wandi," ucap Dina.
"Iya. Saya juga baru sadar," tukas Bima.
"Benar-benar licin orang itu. Dia benar-benar memainkan bisnisnya dibelakang layar," geram Komandan.
"Tapi mungkin nanti Pak Bima bisa tahu di mana kepala mafia itu berada. Setelah dapat jabatan itu." Galang mengingatkan.
"Saya rasa, tadi itu dia bicara seperti mau mengasih tantangan ke kamu." Komandan berbicara ke Bima.
"Iya, pasti begitu."
"Nanti kalau dia memberi tantangan yang sulit. Kalau kamu butuh bantuan kita. Kamu bicara saja ke Bayu. Kan sekarang Bayu bisa berinteraksi denganmu."
"Oke, Dan."
"Bayu, nanti kamu kalau dapat kabar dari Pak Bima. Kamu langsung kasih tahu saya." Komandan kemudian berbicara dengan Bayu.
"Siap, Dan!"