NovelToon NovelToon
Getot Darjo

Getot Darjo

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Dikelilingi wanita cantik / Epik Petualangan / Dendam Kesumat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:14.6k
Nilai: 5
Nama Author: ihsan halomoan

Dalam menimba ilmu kanuragan Getot darjo memang sangat lamban. Ini dikarenakan ia mempunyai struktur tulang yang amburadul. hingga tak ada satupun ahli silat yang mau menjadi gurunya.

Belum lagi sifatnya yang suka bikin rusuh. maka hampir semua pesilat aliran putih menjauh dikala ia ingin menimba ilmu kanuragan.

Padahal ia adalah seorang anak pendekar yang harum namanya. tapi sepertinya pepatah yang berlaku baginya adalah buah jatuh sangat jauh dari pohonnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ihsan halomoan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Udara Segar

Setibanya di kolam mata air, tanpa ragu Getot langsung menceburkan diri.

"Ahhh...segar...hahaha...segar betul air ini..."

Api yang melalap tubuhnya seketika padam, menyisakan kepulan asap yang membubung tinggi dari tubuh Getot. Anehnya, kolam air yang tadinya dingin berubah menjadi mendidih akibat panas tubuh Getot yang luar biasa.

"Gila betul. Air ini mendidih. Tapi aneh, aku tak merasakan panas...hmmm."

Setelah puas berendam, Getot yang masih telanjang keluar dari kolam menuju kamarnya, dengan lato-latonya yang bergoyang-goyang.

Namun, belum sampai kamar, tiba-tiba kepalanya terasa berat dan pusing. Pandangannya berputar tak karuan. Tak lama kemudian, ia limbung dan jatuh pingsan.

Udhet yang baru saja datang terkejut melihat Getot tergeletak tak sadarkan diri di tanah.

Dengan sigap, ia melilit Getot dengan lidahnya dan membawanya ke tempat tidur. Setelah memeriksa sebentar keadaan Getot yang hanya pingsan, Udhet pun pergi. Dalam benaknya, Udhet berpikir bahwa latihan untuk membangkitkan tenaga dalam memang sangat berat, hingga Getot benar-benar kehabisan tenaga.

Namun, lagi-lagi Udhet merasa kebingungan. Sudah tiga hari Getot belum juga bangun. Dan ada hal lain yang membuatnya semakin heran. Ia melihat rambut Getot berubah menjadi kemerahan. Entah apa yang terjadi dengan pemuda itu, Udhet pun tak mengerti. Ia hanya bisa memantau keadaan Getot yang masih pingsan. Sesekali, ia terpaksa memasukkan lendir hijaunya ke mulut Getot agar pemuda itu tidak kekurangan cairan dan nutrisi.

Di hari keempat, akhirnya Getot pun membuka matanya.

"Huaaaaahhhh....nyenyak sekali tidurku..."

Udhet yang mendengar suara Getot dari kejauhan langsung bergegas menuju kamar.

"Grokkk...??"

"Ohh, hai Udhet...tubuhku segar sekali hari ini...serasa seperti dilahirkan kembali...hehe."

"Grookk .grokkk."

"Hah??"

"Grokk grokk."

"Ah, yang benar? Jadi, sudah empat hari aku pingsan?"

"Grokk..."

"Hmmm...pantas saja tubuhku terasa segar setelah empat hari tertidur."

"Grokk grokkk."

"Oh, begitu. Jadi, selama aku pingsan, kau telah memberiku nutrisi...wah, terima kasih, Udhet."

"????"

"???"

"Apa??"

"Hoeeekkkk....."

Getot pun bangkit dan meneguk air dari kendi yang ada di sampingnya. Tak tanggung-tanggung, satu kendi langsung tandas.

"Apa tak ada cara lain selain memasukkan lendirmu ke mulutku? Gila betul...!!"

"Grokk grokk grokk."

"Ya ya ya...walau bagaimanapun, aku harus berterima kasih padamu, Udhet. Dan baiklah, mari kita mulai saja latihan selanjutnya."

Getot membuka lemari untuk mencari pakaian yang pas. Setelah berpakaian, ia menuju dinding yang terdapat ukiran. Kemudian, ia mulai membaca baris ketiga dari ukiran tersebut.

"Langkah selanjutnya...pem...buk...ti...an."

"Han...cur...kan...ba...tu."

"

Pa...la...mu...pe...ank. Hehe."

"Grokk grokk grokk??"

"Iya iya. Aku hanya bercanda, Udhet. Palamu peank memang tak ada di ukiran itu. Ya sudah, mari kita pembuktian..."

Lalu, Udhet mengarahkan jalan ke lorong di mana terdapat sebuah batu yang sangaaat besaaar.

"Haha. Ini kan saudaramu, Udhet."

"Grokkk !!"

"Aku tak meledek. Tapi pikirlah yang normal. Apa kau kira aku bisa menghancurkan batu sebesar dirimu ini?"

"Grokkk...!!"

"Palamu peang...mana mungkin aku bisa menghancurkannya. Sudahlah, kita lewati saja pembuktian. Kan aku sudah berhasil di lorong lahar itu. Jadi, buat apa pembuktian lagi??"

"Grokkk...!!"

"Ahhh...aku butuh menyegarkan diriku dulu. Aku perlu keluar dari goa ini untuk mencari udara segar."

Getot pun melangkah pergi. Namun, sedetik kemudian...

Slepett....

Kembali Udhet melilit dan menarik Getot. Dan seperti biasa, Udhet akan memaksa pemuda itu untuk menyelesaikan tahap demi tahap.

"Ya ya, terima kasih atas libatanmu ini, Udhet. Baiklah. Toh, aku memang tak tahu jalan keluar dari goa ini...hehe."

Getot tahu bahwa ia tak berdaya di hadapan Udhet. Walaupun setiap tahap terasa tidak menyenangkan, itulah yang harus ia hadapi.

Sewaktu di lorong lahar pun begitu. Getot berpikir, mungkin ia sudah membangkitkan tenaga dalamnya, bahkan sampai tubuhnya terbakar. Maka, ia yakin bisa menghancurkan batu itu dengan mudah.

"Baiklah, Udhet...aku akan menghancurkan batu ini dengan tinjuku semudah aku menghancurkan kerupuk."

"Hiyaaaaaaattt...!!"

Buggg...

Krakkk...

"Ya Tuhan. Sungguh luar biasa menyakitkan. Kau dengar suara krak itu, Udhet? Sepertinya tulangku patah lagi. Argghh....tanganku...archh, sangat menyenangkan sekali...achhhh," Getot mengaduh kesakitan.

Udhet pun mendengar suara tulang yang patah itu. Dan Udhet merasa sangat kecewa. Tiga minggu berada di lorong lahar tak membuat Getot bertambah sakti, tapi malah bertambah sakit. Seharusnya, dalam sekali pukulan, Getot mampu membuat batu sebesar itu hancur berkeping-keping.

"Grokkk...grokk."

"Apa katamu? Kau kecewa? Kau tak melihat tanganku bengkak, hah?!?"

"Grokk grokkk."

"Kau bilang aku lemah? Kau yang bodoh, ulet badak. Mana mungkin aku bisa menghancurkan batu sebesar badanmu ini. Gila kau...!!!"

Namun, selagi mereka berdebat, lorong itu tiba-tiba bergetar seperti dilanda gempa. Dan yang mengejutkan adalah batu yang dipukul oleh Getot tadi tiba-tiba meledak...

Blarrr....

Udhet bertindak cepat menyelamatkan Getot dengan melilit tubuhnya agar tak terkena dampak ledakan. Gempa pun mereda. Lalu, kini mereka melihat bahwa batu itu bukan hanya hancur berkeping-keping, tapi lumat menjadi seperti pasir.

Udhet yang melihat takjub dengan kemampuan Getot yang telah membuat batu itu lumat seperti pasir.

"Grokk grokkk."

"Apa yang terjadi, Udhet?"

"Grokk...!!"

"Hah, benarkah?? Itu hasil perbuatanku? Jadi, aku telah berhasil menghancurkan batu itu?"

Udhet pun memperhatikan gundukan pasir yang tadinya adalah sebuah batu besar. Bahkan, pasir itu terlihat membara.

"Ah, tak mungkin aku melakukan ini, Udhet. Kurasa gempa tadi yang membuat batu ini lumat."

"Grokkk grokk."

"Hah? Ya, juga sih. Kalau gempa itu yang menyebabkannya, lalu kenapa hanya batu ini saja yang lumat?"

"Ah, mana mungkin aku bisa melakukannya."

"Grokk grokk."

"Apa? Kau mau membawaku ke batu besar lainnya? Apa kau sudah gila, Udhet? Kau tak melihat tanganku yang patah dan bengkak......."

Getot menghentikan ucapannya ketika melihat tangannya sudah tidak bengkak lagi. Dan ia pun merasakan tulangnya baik-baik saja, padahal tadi terasa sangat sakit.

"Hah?? Tanganku tak bengkak lagi? Aneh...cepat sekali sembuhnya."

"Grokkk..."

"Baiklah...mari kita coba lagi. Tunjukkan di mana batu itu."

Namun, di dalam gua tak ada lagi batu sebesar itu. Akhirnya, Udhet membawa Getot keluar dari gua. Dan tentu saja, Getot senang bukan main.

Sudah sebulan lebih ia berada di dalam gua yang sumpek udaranya. Dan ketika sampai di mulut gua, ia pun disambut oleh semburat cahaya matahari yang masuk lewat mulut goa. Tentu saja, udara segar pun menyambutnya dengan hangat.

"Waaaahhhh, akhirnya legaaaa hahaha...rasanya seperti di surgaaa...!!!"

"Grokk..."

"Ya, Udhet, aku senang sekali. Walaupun gua ini sepertinya di dasar jurang, tapi udaranya cukup sejuk..."

"Grokk...grokk."

"Baiklah. Di mana batu itu?"

Lalu, mereka menyusuri dasar jurang sampai mereka menemukan sebuah batu yang sebesar batu di dalam gua tadi. Sebenarnya, Getot penasaran dengan apa yang terjadi di dalam gua tadi, hingga ia pun ingin mencobanya sekali lagi untuk meyakinkan dirinya.

"Jadi, ini batunya? Baiklah...aku akan mencobanya lagi..."

"Ciyaaaaaaatttt!"

Bugggg...

Namun, seperti tadi di dalam gua, batu itu tak hancur sedikit pun. Tapi tak lama kemudian, benarlah apa yang dikatakan Udhet. Batu tersebut langsung lumat menjadi pasir. Sekarang giliran Getot sendiri yang takjub dengan pukulannya. Ia tak menyangka memiliki tenaga dalam sebesar itu. Bahkan Udhet juga tak menyangka.

1
asta guna
sekedae saran. klo mau menyisipkan sejarah mungkin asisi chanel bisa jd rujukan.
agak ganjil disaat keturunan demak bertamu di mataram. krn setelah demak runtuh masih ada pajang Arya Penangsang kemudian Jipang joko tingkir.
IHS🇲🇨🇲🇨: sultan agung kan mataram islam kang?
asta guna: apalagi maksud author mataram kuno . jelas beda jaman. mataram kuno selesai abad 12 ditandai Majapahit berdiri. dan mataram islam muncul setelah pajang runtuh
total 2 replies
asta guna
getot bukan pahlawan dan membunuh penjahat itu harus.. jangan jd pecundang yg akan mendapatkan masalah dihari kemudian dr org yg sama.
Andi Suliono
tambah Thor up nya
asta guna
Marta guna gak guna hahaah
asta guna
getot kan belum belajar ilmu pedang ya
IHS🇲🇨🇲🇨: belum bang. dia hanya menggunakan kecepatan dan adaptasi jurus tapal bantam
total 1 replies
asta guna
hahaha saya suka saya suka
asta guna
saatnya pasukan tengkorak menebar teror. biar para penjahat itu tau rasanya terjebak di sarang sendiri..
asta guna
saatnya panen nyawa plus harta
asta guna
ini menarik. disaat musuh menganggap getot akan memukul, dan siap menagkis eh ternyata malah menyedot. 2ilmu yg di mix akan membuat musuh kelimpungan
asta guna
pertunjukan seni membunuh
asta guna
sebat dulu
asta guna
klo, menyelamatkan seseorang yg teraniaya. wajib hukumnya.. pecahkan biji kembarnya, biar kapok
asta guna
setuju. jangan jd pahlawan gak penting
asta guna
nah gitu., tanpa ampun
asta guna
kerahkan pasukan tengkorak mu tpt, cabut nyawa anak buah musuhmu dan itu akan memecah konsentrasi sekaligus emosinya terpancing. dg amarah musuh akan menyerang dg membabi buta. dan saat itu kamu bisa bermain seni membunuh. hahaha
asta guna
patahkan batang leher para begundal
asta guna
awas jangan jadikan tokoh beban jd pasangan MC
asta guna
bukna pak kades tp ki Demang. kan ini setingan zaman dahulu
asta guna
benar... itulah sifat dasar manusia. hanya keuntungan yg merubah sikat seseorang. asu og.
asta guna
mengampuni musuh hanya akan menimbulkan masalah dikemudian hari. catat itu jo darjo. jangan jd pendekar naif yg berujung kerepotan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!