Pesona Cinta Kakak Sahabatku

Tania mendapat perawatan di rumah sakit karena luka di kepalanya cukup parah. Raina disana seorang diri, menatap ruang perawatan sambil menangis.

Dia menyesal tidak mendorong Bobby agar menjauh dari sahabatnya saat itu, dan memilih untuk mengoceh saja di tempatnya.

“Hiks hiks, Tania ….” Lirih Raina sambil menangis.

“Raina!!”

Panggilan itu berasal dari ujung lorong. Raina langsung bangkit dari duduknya begitu melihat keluarganya dan keluarga Tania datang kesana usai ia mengabari kondisi Tania.

“Abang!!!” Raina menangis histeris, kemudian memeluk Kahfi.

Kahfi membalas pelukan adiknya, mengusap punggungnya dengan tujuan agar adiknya itu bisa tenang.

“Mereka jahat banget sama Tania, Bang. Mereka bikin Tania gue kayak gini, hiks … Tania berdarah-darah, Bang.” Ucap Raina, tangisannya semakin tidak terbendung.

Ibu Rahayu tampak menangis, dia kemudian memegang lengan Raina lembut.

“Na, Tania baik-baik aja kan?” Ibu Rahayu bertanya dengan pelan.

“Ceritanya gimana sampe Tania bisa kayak gini, Adek?” tanya mama Laila, menepuk bahu putrinya.

Raina berusaha menahan air matanya, dia pun menceritakan semuanya. Mulai dari keanehan saat mereka sampai di kantor tadi pagi, dan kemudian langkah mereka di jegat Bobby sampai Tania kecelakaan.

“Tania ketabrak mobil gara-gara di dorong Bobby, Bu. Hiks … aku minta maaf nggak bisa bantu Tania waktu itu.” Kata Raina, makin histeris.

Ibu Rahayu memeluk Raina, dia tau gadis itu pun tidak berdaya, dan semua kejadian tadi begitu cepat.

“Tania …” Ayah Arda bergumam sambil menatap ruangan yang diyakini jika putrinya ada disana.

Melihat ayah Arda lemas karena menahan sedih, Kahfi langsung mendekat bahkan memapahnya untuk duduk.

“Ayah jangan takut, saya yakin Tania akan baik-baik aja. Kita disini untuk Tania, kita doakan dia baik-baik aja.” Kata Kahfi dengan hangat.

“Tania anak baik, kenapa dia harus ngerasain sakit kayak gini Fi.” Lirih Ayah Arda.

Tatapan ketidakrelaan, kesedihan dan ketakutan tergambar jelas di wajah ayah. Dia takut kehilangan putri yang paling dia sayang itu.

“Ayah takut Tania kenapa-napa, Fi. Kenapa dia harus ketemu cowok kayak Bobby, dan kenapa ayah setuju sama hubungan mereka dulu.” Ucap ayah Arda lagi.

Kahfi menghela nafas. “Yang lalu lupain aja, Ayah. Sekarang kita fokus sama kesembuhan Tania, ayah jangan khawatir ya.” Balas Kahfi lembut.

Semua orang hanya bisa menunggu di depan ruangan saja karena Tania memang belum bisa ditemui oleh siapapun.

Tangisan ibu Rahayu tidak bisa berhenti sebelum dia melihat putrinya. Sementara ayah dan Kahfi pergi, menemui pelaku yang menyebabkan kecelakaan Tania.

Ketika Kahfi dan ayah Arda sampai di kantor polisi, ada sopir yang menabrak Tania juga disana bersama pasangan yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan, namun malah membuat masalah.

“Bajingann kamu, Bobby!!!!” Ayah Arda langsung melayangkan tinju ke wajah Bobby.

Ayah Tania itu tidak peduli dimana mereka saat ini, dia terus memukuli Bobby dengan membabi buta. Orang yang ada disana, bahkan polisi hanya menatap mereka awalnya, sebelum akhirnya memisahkan.

“Bapak kenapa pukul calon suami saya, dia nggak salah!” Adel berteriak, sambil menolong Bobby.

“Oh jadi kamu selingkuhan dia! kalian memang pantas, sama-sama nggak bermoral dan murahan.” Kata Ayah Arda dengan penuh amarah.

Bobby yang dipukuli tidak menyahut apapun, dia hanya menundukkan kepalanya dengan penuh rasa bersalah.

“Ini akan menjadi penyesalan seumur hidup saya, yaitu membiarkan anak saya punya hubungan sama cowok kayak kamu. Demi Allah saya nyesel sampai mati, Bobby.” Kata ayah Arda yang sudah sangat sakit hati.

Kahfi mengusap tangan ayah Arda lembut. “Ayah sudah, sekarang kita bicara sama polisi.” Ajak Kahfi pelan.

“Pak …” tiba-tiba saja seseorang memanggil, membuat Kahfi dan ayah Arda menoleh.

“Saya sopir yang menabrak mbak tadi, sekarang bagaimana keadaannya?” tanya pria itu, berpakaian hitam seperti sopir pribadi pada umumnya.

“Masih belum tahu, Pak.” Kahfi menjawab dengan tenang.

Sopir itu bersimpuh di depan ayah Arda dan Kahfi, membuat mereka kaget.

“Saya sungguh minta maaf, Pak. Saya janji akan bertanggung jawab biaya pengobatannya, tapi tolong jangan laporkan saya. Saya nggak nyangka jika saya akan menabrak orang, saya menyesal tidak hati-hati.” Kata pria itu sambil menangis.

“Bapak nggak salah, saya tahu karena posisinya pun bapak nggak akan tahu kalo anak saya akan berdiri di tengah jalan saat itu. Dan saya nggak minta ganti rugi apapun, bapak boleh pergi.” Ayah Arda membalas, memberikan pengertian.

“Benar, Pak. Bapak bukan pihak yang patut disalahkan,” tambah Kahfi.

Sopir itu benar-benar berterima kasih dan mendoakan Tania, dia pun langsung pergi dan tidak akan pernah lupa dengan mereka yang telah mau memaafkan.

Selanjutnya ayah Arda dan Kahfi menemui polisi untuk membuat laporan terhadap Adel dan Bobby, mereka tidak akan membuat keduanya lolos dari jeruji besi.

***

Malam harinya mereka semua mendapat kabar jika Tania sudah sadar, namun saat itu di rumah sakit hanya ada Raina dan Kahfi, orang tua mereka pulang untuk mengambil barang-barang Tania.

Hal yang pertama dilihat Tania adalah Kahfi, pria itu duduk di sebelahnya, sambil menggenggam tangannya. Mulut pria itu bergerak, mendoakan Tania.

“Saya pikir saya nggak akan bisa lihat dunia lagi, Mas.” Kata Tania lirih.

Kahfi mengusap kepala Tania yang bagian dahinya terdapat perban.

“Sekarang semua udah baik-baik aja, kamu jangan mikir macam-macam.” Balas Kahfi lembut.

“Semua orang sedih lihat kondisi kamu, Kintan. Termasuk saya, saya nggak tega lihat kamu kayak tadi.” Ujar Kahfi dengan sedikit berbisik.

Tania menatap Kahfi serius. “Kenapa mas Kahfi perhatian banget sama saya?” tanya Tania.

“Karena saya suka sama kamu, Kintan. Jauh sebelum kamu mengenal Raina, saya sudah jatuh cinta sama kamu.” Jawab Kahfi serius.

Kahfi menggenggam tangan Tania. “Menikah lah dengan saya, Kintan. Saya janji akan memuliakan kamu sebagai istri saya.” Pinta Kahfi.

Tania kaget, syok juga. “M-mas Kahfi serius?” tanya Tania gugup.

Kahfi tersenyum. “Sekarang kita fokus pada kesembuhan kamu dulu ya, setelah ini saya akan bicara dengan ayah dan ibu soal permintaan saya tadi.” Tutur Kahfi.

Tania meneteskan air mata. “Kita baru aja ketemu, Mas. Saya juga baru aja dapet musibah, mas Kahfi nggak takut saya nanti kenapa-napa karena kecelakaan ini?” tanya Tania pelan.

“Saya terima kamu. Tapi … apa kamu mau terima lamaran saya, Kintan?” tanya Kahfi lagi.

Tania tidak langsung menjawab, pikirannya berkelana saat dirinya mendapati sang tunangan selingkuh, sampai hari ini dia berada di rumah sakit karena mereka.

“Saya trauma, saya takut, Mas.” Bisik Tania.

Kahfi mengangguk, dia semakin menggenggam tangan Tania dan tangan lain mengusap lembut kepalanya.

PELAN-PELAN YANG PENTING PASTI, MAS KAHFI

Bersambung .........................................