NovelToon NovelToon
Dendam Untuk Aurora

Dendam Untuk Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Mecca

Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERTEMUAN KEDUA

Aurora memperlihatkan isi pesan tersebut kepada William, lalu William mengambil ponsel tersebut dan memandang Aurora.

Mereka saling pandang dan terlihat sekali ada raut wajah kecemasan dan kesedihan.

"Nek Aurora pamit sekarang ya,,, Aurora terpaksa harus pergi sekarang karena hari ini harus interview, kalau misalnya Aurora gak hadir kesempatan itu bisa hilang nek," Ucap Aurora dengan pelan, tanpa terasa air matanya menetes padahal Aurora sudah berusaha agar tidak menangis.

"Nenek faham Ra,,, kamu jaga diri baik baik ya jaga kesehatan harus makan teratur dan nenek bakalan kangen banget sama kamu," ucap Hamida sambil memeluk erat cucunya.

Setelah memeluk dan pamit pada Hamida Aurora pergi tanpa diantar oleh William , karena sekarang William harus menjaga nenek Hamida.

Aurora melangkah dengan penuh keyakinan bahwa apa yang dilakukannya saat ini adalah benar.

Dia mencengkeram bajunya seperti ada perasaan takut dan ragu.

Dia berhenti di bawah pohon kemudian duduk, memuaskan melihat pemandangan alam, hiruk pikuk jalan yang kemungkinan pemandangan tersebut tidak akan dia dapatkan di penjara nanti.

Aurora menangis dan memukul mukul dadanya, rasanya sesak. Tapi semua itu percuma, Aurora segera bangkit dan berjalan lagi untuk menuju ke kantor polisi kemudian menyerahkan diri.

Sebelum Aurora pergi, dia mencoba mengisi tenaga dengan makan mie ayam yang berada di pinggir jalan.

Dia berfikir mungkin ini makanan terakhirnya dan tidak akan dia temui beberapa tahun kedepan.

Memikirkan hal tersebut tak terasa air mata Aurora menetes namun Aurora buru buru mengusapnya dan melanjutkan untuk makan mie ayam tersebut.

Pintu kantor terketuk dan Devandra tau yang datang adalah John.

"Pak Devan,,, dia datang untuk menyerahkan diri," ucap John dengan sedikit tersenyum.

Mendengar hal tersebut Devandra tertawa terbahak bahak lalu berucap

"Buat wanita itu merasakan hidup di neraka ,,, buat dia ingin mengakhiri hidupnya di penjara," ucap Devandra sambil senyum puas dan menakutkan.

John mengangguk dan melangkah keluar dari ruangan tersebut.

Aurora telah sampai di kantor polisi.

Dia masuk dan Aurora melihat ada beberapa polisi yang telah menunggunya.

Melihat Aurora datang salah satu polisi tersebut menunjuk Aurora dan menyenggol lengan salah satu temannya.

"Akhirnya kamu kesini juga, baru aja mau kita jemput," ucap salah satu polisi dengan senyum mengerucut.

Mendengar hal tersebut , Aurora tersenyum getir, ada perasaan sedih yang tidak bisa di ungkap.

Aurora dimasukkan ke sel isolasi yang berukuran

3 x 4 meter. Berasa dingin dan mencekam.

Sama sekali tidak ada teman atau pun bertukar sapa.

Ponsel yang tadi di genggam pun iku di rampas.

Aurora sadar, dia tidak boleh sedih, karena ini adalah kemauannya sendiri.

Tiga hari berlalu kini saatnya Hamida pulang kerumah, namun dalam tiga hari tersebut Hamida sama sekali tidak mendengar kabar dari Aurora.

Saat dia bertanya soal Aurora ke William, William selalu bilang Aurora sibuk karena sudah diterima kerja.

Sepeninggalan Aurora, Hamida merasa rumahnya sepi dan hening. Begitu juga William, dia merasa hidupnya tercekik penuh penyesalan.

Apalagi kabar bahwa Aurora telah dipenjara sudah sampai ke telinga orang tuanya.

Rani membanting pintu dengan keras dan hal itu membuat William dan Hamdan kaget dan tercengang.

"Will, ibu gak mau tau,, sekarang juga kamu putuskan Aurora, najis banget punya mantu seorang napi mau di taruh mana muka ibu Wil...apalagi kamu seorang manager sekarang,"

ucap Rani sambil melihat William dengan tatapan tajam.

"Buk,,, selama ini Aurora sudah baik terhadap William dan keluarga kita mana mungkin aku mengabaikannya dan aku punya tanggung jawab besar buat jagain neneknya," ucap William bergantian memandang Rani kemudian Hamdan.

Hamdan merasa kurang setuju atas perkataan William.

"Ibu kamu benar will... kamu gak akan sanggup menunggu Aurora yang kita pun tau mungkin hukumannya lama mungkin saja lebih dari lima tahun , kamu juga harus memikirkan perasaan ibumu Will, selama ini ibumu sangat membanggakan kamu terhadap para tetangga apa kata mereka Will," ucap Hamdan sambil mengusap pundak istrinya.

Sementara Rani menangis membayangkan punya menantu mantan napi.

"Makanya kamu putusin dia Will,,, dia tu gak layak buat kamu," imbuh Rani kemudian.

Mendengar hal tersebut, William merasa murka. Andai kedua orang tuanya tau, bahwa dia yang harusnya di penjara mungkin mereka akan syok.

William pergi ke kamar dan mengunci pintu, dia merasa lelah dan stres memikirkan semuanya.

Sementara Devandra, dia selalu memantau keadaan Aurora, dia selalu melihat laporan foto foto yang diterima dari John mengenai keadaan Aurora.

Bahkan melihat foto Aurora setiap hari adalah aktivitasnya sekarang yang tidak akan pernah terlewati.

Tiga minggu telah terlewati, bagi Aurora semuanya terasa semakin sedih mengingat dia selalu memikirkan nenek Hamida.

Kini dia juga sudah di pindah keruang sel yang terdiri dari sepuluh orang.

Setiap pagi para napi melakukan aktivitas diantaranya bangun pagi, mandi dan melakukan peregangan tangan.

Pernah waktu itu, Aurora dikeroyok oleh sesama napi di kamar mandi, bahkan Aurora sama sekali tidak tau kesalahan apa yang telah dia perbuat.

Dia sampai di bawa ke klinik untuk diperiksa karena wajahnya memar dan sedikit mengeluarkan darah.

Devandra melihat foto Aurora yang memperlihatkan Aurora sedang memegang keningnya yang lagi berdarah, bahkan saat memegangnya pun, Aurora masih tersenyum kuat dan tegar.

Melihat hal tersebut membuat Devandra semakin murka dan akan menyiksa Aurora.

"Dasar wanita gila, sudah mengambil nyawa orang yang aku cintai,, mengambil nyawa calon anakku masih bisa tersenyum tanpa merasa bersalah, lihat saja akan aku siksa kamu," ucap Devandra sambil melempar ponsel keluar.

"John aku mau melihat dia secara langsung, apa kamu bisa mengaturnya," ucap Devandra dengan mengepalkan tangan.

"Besok ada acara pengajian terbuka di penjara, Bapak bisa ikut menghadiri," ucap John sambil melihat wajah Devandra yang penuh dengan kebencian.

Aurora merasa kangen dan ingin menelpon nenek Hamida namun dia bingung harus menghubungi siapa.

Saat Aurora mencoba menelpon William dengan ponsel penjaga sel untuk menanyakan keadaan Hamida, namun sama sekali tidak ada jawaban dari ponsel William.

Hal itu semakin membuat Aurora semakin gelisah dan takut namun dia mencoba berfikiran positif mungkin William sedang sibuk bekerja.

Aurora merebahkan diri dan melihat langit langit kamar sel. Dia berharap Nenek Hamida dan William baik baik saja.

Saat semua napi mempersiapkan diri untuk mengikuti pengajian, Aurora diberi tugas oleh penjaga sel untuk datang keruangan kepala sipir dan membersihkan ruangan tersebut, namun saat dia memasuki ruangan tersebut, ruangan itu gelap dan sedikit membuat Aurora takut.

Aurora berusaha untuk mencari saklar lampu tersebut, setelah mencari akhirnya Aurora menemukan saklar tersebut dan menekannya.

Betapa kagetnya Aurora melihat sesosok laki laki berjas duduk di kursi membelakanginya.

Saat Aurora mendekat dan mencoba memanggil nya, laki laki tersebut berdiri dan memutar tubuhnya dan melihat Aurora dengan senyuman liciknya.

Aurora tercengang dan heran

"Kamu,,,,,,," ucap Aurora mengernyitkan dahi pertanda heran.

1
Yuki Nagato
Makin ketagihan.
Hebe
Ceritanya keren banget, semangat terus thorr!
Bea Rdz
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!