Arunika seorang novelis khusus romansa terpaksa meninggalkan lelaki yang sudah 7 tahun menjalin cinta dengannya. Robin telah tega berselingkuh dengan temannya semasa kuliah, hal tersebut diketahuinya saat datang ke acara reuni kampus.
Merasa dikhianati, Arunikapun meninggalkan tempat reuni dalam keadaan sakit hati. Sepanjang jalan dia tak henti meratapi nasibnya, dia adalah novelis spesialis percintaan, sudah puluhan novel romantis yang ia tulis, dan semuanya best seller. Sementara itu, kehidupan percintaannya sendiri hancur, berbanding terbalik dengan karya yang ia tulis.
Malam kelabu yang ia jalani menuntunnya ke sebuah taman kota, tak sengaja dia berjumpa dengan remaja tampan yang masih mengenakan seragam sekolah di sana. Perjumpaannya yang tak sengaja, menimbulkan percikan cinta bagi Sandykala, remaja tampan berusia 18 tahun yang sedang mencari kesembuhan atas trauma percintaan masa lalunya. Akankah romansa akan terjalin antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asih Nurfitriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENGAKUAN
Jihan masih saja penasaran, dia khawatir dengan kisah percintaanku yang akhirnya kandas. Tapi dia juga heran, aku tak nampak seperti orang yang habis putus cinta. Wajahku terlihat bahagia, jauh lebih bahagia dibanding saat bersama Robin.
"Kalian pacaran?" selidik Jihan.
"Ji..jangan keras-keras nanti aja aku ceritanya ya!" ucapku perlahan.
Sandykala dan Jimmy masih mengobrol, aku dan Jihan berada tak jauh dari mereka. Jadi aku masih bisa mendengar apa saja yang mereka obrolkan.
"So? Gimana urusan kamu sama Robin?"
"Sebelum ke sini aku udah putusin dia Ji. Lega banget aku pas lihat ekspresi Robin ketika tahu aku punya rekamannya dengan Rania.." jelasku antusias.
"Bentar-bentar, dan kamu gak merasa sedih? Padahal kemarin malam, dunia kamu seolah runtuh.waktu tahu Robin selingkuh.." ucapnya keherahan.
Aku cuman senyum-senyum sendiri, dan membuat Jihan makin bingung. Harusnya dia senang,karena aku lepas dari Robin, lelaki benalu itu. Sejak awal hubunganku Jihan yang paling keras menentang, tadinya aku juga heran kenapa dia tidak suka dengan Robin, ternyata feelingnya benar.
"Jangan bilang, baru sehari kenal anak itu, kamu jadi kayak gini?" selidiknya. Jihan menyadari kalo sedari tadi mataku tak lepas dari Sandykala.
"Kan udah aku bilang, panjang ceritanya Ji. Aku juga malu mau cerita ke kamu..!" terangku. Aku beneran kayak kena hipnotis si Sandykala, apapun yang dia ucapkan seperti magnet, rasanya aku pengen terus di dekatnya.
"Ya Tuhan, apa lagi ini. Feelingku pasti sudah terjadi sesuatu antara kamu sama si Sandy..!" ucap Jihan.
"Kamu tahu dari mana Ji? Kayak dukun aja kamu deh!" selorohku. Bagaimana respon Jihan saat aku cerita kalau aku begini karena sudah melakukan hal yang selama ini aku prinsipkan, aku dulu penganut seks after married. Tapi malah hal tersebut sudah aku lakukan bahkan dengan anak sekolahan.
"Aku gak pernah lihat ekspresi ini waktu awal jadian kamu sama si Robin. Suasana apa ini?" geramnya.
"Ji, please aku bakalan ceritain kok cuman gak sekarang yah. Waktu dan tempatnya gak tepat.." ujarku, aku pun memeluk dia, aku paham dia juga khawatir dengan kondisiku kemarin.
"Okelah, apapun yang bikin kamu senang, akupun ikut senang. Tapi gak harus anak sekolahan juga kan? Mana seumuran ama Jimmy..!" Jihan menepuk dahinya.
"Entahlah Ji. Aku juga heran dengan diriku sendiri..!" kataku. Menatap Sandykala sekarang menjadi hobi baruku. Sampai-sampai dia pun sadar kalau sedari tadi aku mengamati terus.
Karena mata kami tak sengaja bertemu, dia tersenyum dan menghampiriku.
"Kenapa? sudah selesai jenguknya?" tanya Sandy, dia lalu duduk di sofa tempat aku dan Jihan duduk.
"Oohh..kamu masih asyik ngobrol sama Jimmy, dilanjut aja kalau masih ada yang mau dibicarakan.." kataku sedikit.terkejut.
"Dia udah capek ngomong kayaknya. Gimana Jim? Masih mau ngobrol?" tanyanya ke Jimmy.
"Dasar setan gila. Kamu jangan bilang ke temen-temen yang lain kalo aku dirawat di sini ya!" kata Jimmy.
"Kenapa? Pasti mereka juga khawatir. Mereka pasti jenguk kamu kalo tahu kamu masuk rumah sakit.." jawab Sandykala.
"Aah..bisa rame ntar, bikin bentrok aja ama anak sekolah lain. Lagian juga gara-gara kamu, apa susahnya sih jalan bentar ama si Sinta.." sungut Jimmy.
"Buat apa bohongin orang lain Jim. Kan tadi aku udah cerita semua, sekarang udah ada orang yang aku suka.."imbuh Sandykala, setelah berkata seperti itu dia justru malah menatap ke arahku.
"Dasar sialan kamu, bisa-bisanya kamu suka sama gebetan aku..!" ucap Jimmy tak terduga.
"Apa? Siapa gebetan kamu?" tanya Jihan sewot.
"Kakak pura-pura gak tahu lagi, kan aku udah naksir lama sama kak Aruni, tapi karena kak Aruni pacarnya Kak Robin, aku cuman bisa diam doang. Eh setan itu malah bilang kalau dia suka sama Kak Aruni..!" kata Jimmy, mulutnya menggerutu tak karuan.
Akupun kaget mendengar pengakuannya, karena selama ini aku juga menganggap Jimmy seperti adikku sendiri.
"Situasi macam apa ini? Jadi kamu diperebutkan dua anak ingusan?" tanya Jihan keheranan.
"Aku gak tahu kalau Jimmy suka sama aku Ji,seriusan!"jawabku.
"Lagian kamu ya, masih sakit kek gini malah ngomongin cinta, sekolah yang bener dulu!" omel Jihan.
"Kakak,adikmu ini patah hati, bertambah sakitnya tauk!" kata Jimmy.
"Santai Jim, bukannya Erina kayaknya naksir sama kamu? Dia juga cantik..!" kata Sandykala.
Aku yang mendengar dia berkata cantik kepada wanita lain, langsung menoleh ke arahnya, dan seketika ekspresi wajahnya berubah.
"Hhmmm..tapi tetap lebih cantik kamu kok!" ucapnya kepadaku, aku pun tersenyum begitu mendengarnya berkata seperti itu.
"Kalian kejam, Kak Aruni, aku juga tampan, apa kakak gak lihat?"
"JIMMY SAPUTRA!!! Diam dan istirahatlah!" perintah Jihan.
"Ahh..iya iya aku tidur. Maaf ya Kak Aruni, kalau si Setan itu macam-macam, laporkan ke aku aja!" pinta Jimmy, akupun cuma geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.
"Kayaknya aku gak butuh penjelasan lagi. Dari gelagat kalian berdua yang seperti dimabuk cinta, fix kalian pasti saling tertarik satu sama lain. Walau pikiranku masih belum bisa menerima. Ke depannya semoga kalian bahagia.." kata Jihan, diapun akhirnya menyerah dengan situasi ini.
"Jangan khawatir Kak, aku akan jaga dia baik-baik.." ucap Sandykala.
"Iya..iya, aku pusing mikirin jalan cinta kalian,ditambah pengakuan bajingan kecil itu barusan!" keluh Jihan.
"Ji, ada yang kamu butuhkan? Biar aku carikan.." tanyaku memecah keheningan.
"So far nggak ada sih, soalnya mama juga lagi otw ke sini. Kamu gak perlu repot-repot.Oh ya Ni, jangan lupa ya janji kita sama Sinta dan Soni, aku gak bisa bayangin gimana ekspresi mereka kalau tahu kejadian ini.
"Lebih terkejut sepertinya, hahaha" tawaku.
"Tapi aku senang melihatmu kali ini, it's ok, kamu pun berhak bahagia.." ucap Jihan. Dan kamipun berpelukan.
Aku dan Sandy memutuskan untuk pulang, karena kami ada cara malam mingguan. Rasanya aku sudah lama tidak menikmati Sabtu malam seperti ini. Mungkin karena aku dan Robin bukan lagi anak belasan tahun, kami hanya menghabiskan waktu lewat video call setiap weekend.Rupanya bajingan itu punya acara dengan selingkuhannya, pantas saja dua tahun terakhir dia bilang selalu ada acara dengan para member gym tiap weekend. Kenapa juga aku malah mikirin si brengsek itu. Sedangkan di sebelahku ada pemuda tampan yang mempesona.
"Kamu mikirin apa? Mukamu jutek begitu.." Sandy pun memasangkan sabuk pengaman.
"Aku lupa rasanya malam mingguan..!" jawabku asal.
"Hari ini akan jadi malam minggu yang tidak akan terlupakan"
"Kamu cocok pake kemeja ini, terlihat dewasa..!" pujiku, aku mencoba mengalihkan perhatiannya. Dia terlalu dekat denganku, aku bahkan tidak bisa menyembunyikan gelisahku.
"Aku kan memang tampan, kamu lupa ya?" godanya, jarinya yang panjang menyentil hidungku. Sontak detak jantungku berdegub makin kencang. Masa aku bisa salah tingkah di hadapan anak kecil ini.
"Ayo jalan, keburu macet jalannya..!" kilahku.
Diapun tertawa kecil, sepettinya dia memang suka menggodaku, dasar kurang ajar.
"Ayo kita habiskan malam ini bersama, gimana?" godanya lagi.
"Memangnya mau ke mana? Anak sekolahan gak boleh pulang malam-malam tau!" ledekku.
"