‼️Harap bijak dalam memilih bacaan‼️
CEO tampan dan dingin itu ternyata seorang psikopat kejam yang telah banyak menghabisi orang-orang, pria itu bernama Leo Maximillian
Leo menjadikan seorang wanita sebagai tawanannya, wanita itu dia jadikan sebagai pemuas nafsu liarnya.
Bagaimana nasib sang wanita di tangan pria psikopat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 : Ternyata Satu Kota
...•••Selamat Membaca•••...
“Apa pasien adalah korban penculikan?” tanya dokter pada Leo, pria itu mengangguk tanpa ragu karena kondisi Maureen cukup mengenaskan.
“Korban mengalami kekerasan fisik dan juga seksual, hal ini membuat kondisinya cukup memprihatinkan.”
“Apa dia bisa pulih seperti biasa?” tanya Leo dengan cemas.
“Kita akan terus melakukan pengobatan untuk pasien dan dia harus dirawat beberapa hari di rumah sakit.”
“Lakukan yang terbaik untuknya.”
Setelah memberitahu kondisi Maureen, dokter itu pergi dan Leo menemui Maureen yang saat ini terbaring lemah di atas brankar, wajah Maureen penuh dengan luka dan lebam. Leo mengusap lembut wajah itu, dia juga dapat melihat beberapa luka di kaki dan tangan Maureen akibat perbuatannya tadi.
“Maafkan aku, kau bebas dengan hidupmu, aku memang tidak tau kau ini siapa tapi yang pasti, kau orang pertama yang membuat hatiku begitu pilu setelah menyiksa orang.” Leo mencium kening Maureen sebagai bentuk penyesalannya, ada rasa aneh dalam hatinya saat ini ketika mencium Maureen.
Leo meninggalkannya sendiri di rumah sakit, sebelum pergi, Leo membayar seluruh biaya pengobatan. Leo juga berpesan pada anak buahnya untuk menjaga Maureen dan menitipkan sejumlah uang untuk Maureen.
...***...
Sudah enam bulan Leo berada di Las Vegas, dia kembali disibukkan dengan semua pekerjaannya, semua kejadian yang telah dia lalui di Indonesia telah Leo lupakan kecuali Maureen, wanita yang telah dia perkosa dan siksa hingga masuk rumah sakit.
Menurut informasi terakhir yang diberikan anak buah Leo, Maureen telah keluar dari rumah sakit lima bulan lalu dan kini tidak diketahui di mana keberadaannya. Maureen pergi setelah menerima sejumlah uang yang dititipkan oleh Leo pada anak buahnya.
Leo juga tidak ingin mencari tahu lebih dalam lagi mengenai Maureen, baginya, setelah gadis itu keluar dari rumah sakit berarti dia sudah sembuh, itu yang terpenting.
Leo kembali ke rumahnya setelah lelah bekerja seharian di kantor, malam ini Leo tidak ingin ke mana-mana, dia hanya ingin rebahan di rumah sambil menikmati tontonan sadis, karena Leo seorang psikopat, dia begitu menyukai film yang berbau kekerasan dan kekejaman.
Karena merasa bosan dan jenuh, Leo memutuskan untuk pergi keluar, dia ingin ke supermarket membeli beberapa minuman yang menyegarkan.
Leo pergi menggunakan mobilnya, dengan laju sedang, Leo berhenti di sebuah supermarket besar yang ada di pusat kota.
“Aku akan mencari Maureen, tolong bersabarlah bos, aku pasti akan menemukan anak itu dan nanti akan aku berikan padamu.” Leo terdiam sejenak mendengar nama Maureen disebut, entah kenapa, nama itu sangat mengganggu hidupnya selama enam bulan ini.
“Saya dengar Maureen memang ada di kota ini, aku pastikan dalam minggu ini akan membawa Maureen padamu, tolong beri aku waktu.”
“Baik bos.”
“Sial, dasar anak sial, jika aku menemukan dia, aku pasti akan menghukumnya terlebih dahulu,” geram Herry yang masih bisa didengar oleh Leo.
Leo sengaja berjalan ke lorong tempat di mana Herry berada, dia ingin memastikan kalau Maureen yang dibicarakan adalah gadis yang enam bulan lalu dia siksa.
“Kau sedang mencari Maureen?” tanya Leo secara langsung pada Herry, pria itu menatap Leo lalu segera tersenyum.
“Anda Tuan Leo Maximilian? Ah tuan Leo, saya Herry, saya begitu mengagumi anda.” Leo hanya menatap Herry dengan tatapan datar dan tajam.
“Kau belum menjawab pertanyaanku.”
“Iya tuan, aku sedang mencari anak tiriku yang ada di kota ini, dia sudah kabur enam bulan yang lalu dari rumah.”
“Aku kenal dengan Maureen, mungkin saja orang yang aku kenal sama persis dengan yang kau cari.”
“Benarkan, sebentar.” Herry mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto Maureen pada Leo.
Leo yakin kalau memang Maureen itu yang dia cari juga.
“Aku tidak kenal, Maureenku bukan itu,” sanggah Leo.
“Oh jelas orang berkelas seperti mu tidak mengenalnya, dia hanya seorang jalang kecil yang mencoba kabur.” Leo begitu marah mendengar Herry menghina gadisnya begitu.
Leo pergi begitu saja, dia menghubungi Mark yang merupakan orang kepercayaannya dalam mengurus hal penting untuk mencari informasi mengenai Maureen.
“Pantas saja anak buahku tidak tau keberadaanmu, ternyata kau ada di sini, Maureen. Aku pasti akan menemukan dirimu,” tekad Leo dalam hatinya.
Dia membayar belanjaan lalu keluar dari supermarket itu, dia kembali mendengar percakapan Herry dengan seorang pria yang dia yakini kalau itu anak buah Herry.
“Kau harus segera menemukan jalang kecil itu, aku tidak mau tau, dia harus aku berikan pada Lotus karena pria tua itu sudah membeli Maureen padaku, aku bisa mati jika Maureen tidak bertemu, kau mengerti,” titah Herry pada anak buahnya.
“Baik bos, saya akan mencari Maureen dengan baik, saya berjanji dalam minggu ini Maureen akan saya serahkan pada anda.”
“Bagus.”
Leo mengerti sekarang, waktu dia bertemu Maureen di club, berarti Maureen telah dijual oleh ayah tirinya. Leo segera melangkahkan kaki menuju mobil dan segera meluncur ke rumahnya.
Dua hari berlalu, Leo mendapatkan alamat Maureen dari anak buahnya, dia bergegas menuju ke alamat tersebut untuk menemui gadis yang sudah mengganggu ketenangannya selama ini.
“Oh Maureen sedang keluar, anda bisa menunggunya di dalam,” kata seorang nenek pada Leo, nenek itu merupakan tetangga Maureen, dia tinggal di rumah sederhana yang lumayan nyaman untuk ditempati oleh wanita seorang diri.
“Apa dia masih lama?” tanya Leo tak sabar.
“Aku juga tidak tau, kau tunggu saja di dalam rumahnya.” Nenek itu memberikan kunci rumah Maureen pada Leo, kunci yang memang selalu Maureen titipkan pada nenek itu jika keluar rumah.
Dia percaya pada Leo karena pria itu mengatakan bahwa dia adalah suami Maureen.
“Oke terima kasih.”
Leo membuka pintu rumah itu, aroma yang menyegarkan dari dalam rumah yang ditempati oleh Maureen sangat menenangkan. Dia mengedarkan pandangan di ruangan yang mungkin bisa dibilang ruang tamu, terdapat berbagai foto Maureen dari dia kecil hingga dewasa, juga ada beberapa foto usg yang tergeletak di meja dekat beberapa foto.
“Apa dia hamil?” gumam Leo sembari melihat foto usg itu, di sana terlihat jelas nama Maureen Chulpan.
Klek!
Leo melihat Maureen baru saja pulang, wanita itu membulatkan mata saat melihat Leo di dalam rumahnya, Leo melihat perut Maureen yang buncit, sudah bisa dipastikan kalau wanita itu tengah hamil.
Maureen ingin keluar dari rumahnya namun telat. Leo sudah lebih dulu mencekal lengannya dan mengunci pintu lalu menekan tubuh Maureen ke dinding, Maureen sangat ketakutan melihat pria yang ada di hadapannya saat ini.
“Jangan berusaha kabur lagi dariku, Maureen.” Jelas terlihat oleh Leo kalau wanita itu tengah mengatur nafasnya karena takut.
“Mm..mau a-a...apa anda tuan? Saya tidak memiliki urusan apapun lagi dengan anda dan saya juga tidak melakukan kesalahan apapun lagi,” kata Maureen terbata, dia sangat takut jika Leo akan menyiksanya lagi, air mata muncur membasahi pipinya dan cepat dihapus oleh Leo.
“Kau masih berhutang padaku Maureen, kerugian yang aku alami belum bisa terbayar dengan tubuhmu saja, aku ingin kau membayar semuanya sekarang.”
“Aku akan mengusahakan uangnya, tolong jangan siksa aku.”
“Baiklah, selama kau belum bisa membayarnya, kau harus tinggal bersama denganku sampai kerugianku tertutupi.”
Maureen menangis, dia bingung harus bagaimana karena dia yakin kalau Leo pasti akan menyiksanya lagi.
“Apa ini anakku?” tanya Leo sambil menyentuh perut Maureen, ada sedikit kenyamanan dan ketenangan di hati Leo ketika meletakkan tangannya di perut buncit Maureen.
Maureen tidak menjawabnya, dia takut jika nanti Leo akan membunuh anak itu.
“JAWAB!!” Maureen memejamkan matanya ketika mendengar teriakan Leo yang tepat di depan wajahnya.
“Apa jawaban dariku akan kau percayai?” tanya Maureen masih dengan nada takut, Leo mencengkram kuat rahang Maureen.
“Tinggal jawab iya atau tidak apa susahnya?”
“Ii...iya, ini anakmu, tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menuntut apapun darimu, tolong biarkan aku melahirkan anak ini, jangan bunuh dia.” Leo termangu mendengar permohonan Maureen.
“Kau belum menikah, kenapa kau malah mau melahirkan anak itu?”
“Dia tidak bersalah, kenapa aku harus membunuhnya? Dia kan anakku, darah dagingku.” Hati Leo menghangat saat Maureen menjawab begitu.
“Aku juga tidak setega itu untuk membunuh darah dagingku sendiri, Maureen, aku malah begitu bahagia mendengarnya.” Perkataan itu hanya bisa dikatakan dalam hati oleh Leo.
“Sekarang ikut aku.” Leo menarik tangan Maureen tapi kali ini dengan lembut.
“Mau ke mana? Tolong tuan jangan siksa aku lagi.”
“Jika kau terus berontak, aku akan membunuhmu di sini.” Maureen terdiam, dia terpaksa ikut dengan Leo karena takut akan disiksa lagi.
“Aku akan menjagamu dari ayah tirimu itu Maureen, aku tidak akan membiarkan kamu disakiti oleh mereka lagi, mereka berniat untuk membawa dan menjualmu,” batin Leo sambil terus fokus menatap jalanan.
Maureen terlihat begitu tegang duduk di samping Leo, sesekali dia menghapus air matanya dan terus memalingkan wajah ke jendela mobil.
...•••BERSAMBUNG•••...
...Hai pembaca yang budiman, hehe 😂...
...Boleh lah ya habis baca tinggalkan jejak kalian, vote dan komentar gratis kok, nggak bayar, seenggaknya masih ada yang menghargai karya saya 😊...
...Terima kasih untuk teman-teman yang sudah memberikan dukungan ya. ...
...~LEO MAXIMILLIAN~...
...~MAUREEN CHULPAN~...
...
...
kasian maula masih kecill.
rayden yg sabar yaaa
tim nya rayden ni thor ❤😘😅🤣