Nyari ide itu susah lho, so please jangan plagiat!
Aliyah memutuskan untuk lari dari rumah karena perjodohan yang ayahnya buat tanpa persetujuannya.
Sialnya, saat berada di bank untuk menguras tabungannya, ia terjebak dalam sebuah perampokan bersenjata.
Salah satu perampok yang bernama Alex tak sengaja menampakkan wajahnya di hadapan Aliyah dan membuat gadis itu langsung merasa jatuh cinta pada pandangan pertama.
Saat para perampok itu butuh beberapa sandera untuk terbebas dari kejaran polisi, ide gila di pikiran Aliyah pun muncul. Gadis itu ingin diculik oleh kawanan Alex, sekaligus akan membuatnya terhindar dari perjodohan.
Apa jadinya jika gadis cantik tapi sangat ceroboh seperti Aliyah menyerahkan diri pada si perampok untuk diculik, dan mampukah Aliyah mendapatkan cinta dari seorang perampok yang baru saja ia kenal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Junaeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9 - Selena
"Hai, Alex!"
Seorang wanita dengan rambut bergelombang warna cokelat itu menyapa Alex. Balutan mini dress hitam yang menegaskan lekuk tubuhnya itu mampu membangkitkan gairah para lawan jenisnya.
"Selena..., mau apa kau ke sini?" tanya Alex dengan raut wajah gugup.
Perempuan bertubuh sintal itu langsung mendorong dan membenturkan punggung Alex ke daun pintu. Selena meletakkan kedua lengannya di atas kedua bahu Alex. Ia berusaha memaksa untuk memberi kecupan pada bibir lelaki tampan itu.
"Selena, hentikan!" seru Alex mencoba melepas tangan perempuan itu dari bahunya.
"Ayolah, Alex. Aku tau kau menyukaiku. Atau jangan-jangan, benar yang dibicarakan Brian kalau kau itu penyuka sesama jenis, ya?" tuduh Selena.
Alex mengernyitkan dahinya menatap Selena.
"Ummm... halo, hai, ada aku di sini," ucap Aliya berusaha menganggu pembicaraan Selena dan Alex.
"Lho, siapa dia?" tanya Selena.
"Istriku," sahut Alex.
Mulut Aliya langsung terbuka dengan lebarnya, mungkin ratusan lalat juga bisa masuk ke dalamnya.
Apa-apaan ini, kenapa dia bilang aku ini istrinya di hadapan perempuan sexy ini.
Aliya langsung tersentak kala tangan kanan pria itu sudah merangkul bahunya.
"Kau pasti bercanda, perempuan tipis ini, istrimu?" cibir Selena menghampiri Aliya dan berkeliling mengamatinya.
"Heh! apa maksudmu dengan perkataan perempuan tipis?" hardik Aliya dengan kesalnya sambil berkacak pinggang. Aliya tepis tangan Alex yang merangkul bahunya.
"Lihat saja dirimu," ucap Selena memandang Aliya dari atas sampai bawah terutama di bagian dada dan bokong, "benar-benar tipis hahahaha."
"Wah, kau benar-benar menatangku, ya?" Aliya bersiap menggulung kaus lengan panjang itu ke atas menuju siku menantang Selena.
"Sudahlah, sayang biarpun kau kecil, aku tetap sayang, aku mencintaimu," ucap Alex lalu mencium kepala Aliya sambil merangkul bahunya.
Aliya langsung menoleh pada Alex dengan pandangan takjub.
"Sejak kapan kalian menikah?" tanya Selena penasaran.
"Sejak seminggu yang lalu, kenapa?" sahut Alex.
Aliya menoleh kembali ke arah Alex, ia makin tak mengerti maksud tujuannya mengatakan hal tersebut pada perempuan ini.
"Aku tetap masih tak percaya," ucap Selena menatap Alex dan Aliya.
Pria itu langsung menghampiri Aliya dan menarik wajahnya ke arahnya. Kedua tangannya sudah berada di tengkuk Aliya, lalu pria itu membawa bibir mungil nan tipis itu ke arah bibirnya.
Astaga, apa-apaan ini, dia menc*umku...
Kedua mata Aliya terbelalak, sesekali ia mengerjapkan matanya karena masih tak percaya menerima kecupan dan ******* yang basah di bibirnya, untuk pertama kali.
"Baiklah, sudah hentikan! itu sangat menjijikan."
Selena langsung pergi keluar sambil menutup pintu apartemen milik Alex dengan kencangnya.
Brak!
Kedua bahu Alex dan Aliya sama-sama terangkat karena terkejut.
Alex langsung melepas bibirnya dengan buru-buru lalu pergi ke kamar mandi.
"Ffuuaahh... akhirnya bisa nafas juga," gumam Aliya.
"Iyaks! itu menjijikkan," gumam Alex seraya membasahi bibirnya dengan air keran berkali-kali.
"Astaga, kau mencucinya?" tanya Aliya menunjuk ke arah Alex.
Pria itu langsung menepis tangan gadis yang menunjuknya itu.
"Iya, aku mencucinya, lalu kenapa?" hardiknya.
"Tapi, tapi, tapi tadi kan kau yang memulainya, kenapa harus jijik padaku, kau pikir aku sampah apa?" tanya Aliya dengan nada kesal.
"Kau, buruk sekali, dan kau benar, baunya seperti sampah," Alex melanjutkan merebahkan tubuhnya sambil bermain ponsel di atas ranjang.
Aliya langsung menghadapkan telapak tangannya ke arah mulutnya, lalu ia hembuskan nafasnya berkali-kali dari dalam mulutnya.
"Hah, hah, hah...."
Ia menghirup udara dari hembusan nafasnya tadi dalam-dalam.
"Aku tidak bau, kok...," ucap Aliya masih tak terima dibilang sampah.
Alex hanya menyunggingkan wajah smirk-nya melirik Aliya sekilas sambil memperhatikan ponselnya.
"Ketemu."
Alex tersenyum memandang layar ponselnya.
Beberapa detik kemudian ponselnya berbunyi membuatnya terkejut dan hampir melempar ponselnya sendiri.
"Ada apa ini? kenapa dia sampai meneleponku, gumam Alex, lalu mengangkat sambungan teleponnya itu.
Tak berapa lama kemudian ia matikan sambungannya.
"Kau sudah baikkan, kan?" tanya Alex pada Aliya.
Aliya menjawab dengan anggukan lalu bertanya, "Kenapa memangnya?"
"Ayo, kita pergi!"
"Kita mau kemana?" tanya Aliya yang berusaha bertahan tetap di posisinya sambil menarik tangan Alex.
"Kau ini kenapa, sih? ayo cepat ikut aku!" Alexander perintah lalu menarik paksa tangan Aliya.
"Kalau kau memaksaku untuk di kembalikan kepada ayahku, aku tak mau ya," ucap Aliya.
"Sudahlah! berisik sekali kau ini," gumam Alex.
"Aku tak mau pergi! aku tak mau pergi!" pinta Aliya masih merengek.
Alex berhasil membawa Aliya keluar dan mengunci pintunya lalu keduanya menuju lift.
"Aku tak ingin dijodohkan, aku tak ingin ayahku menikahkanku dengan rekan bisnisnya yang pasti sudah tua, ataupun anak tekan bisnisnya yang terkenal suka gonta-ganti wanita aku tak mau...."
Aliya masih merengek. Saat pintu lift terbuka ia regangkan kedua kakinya. Ujung kakinya dia paksa bertahan agar mengunci posisinya sehingga tidak bisa bergerak dan menahan pintu lift untuk tertutup kembali.
Dengan sekuat tenaga Aliya bertahan agar tangannya gak dapat ditarik oleh Alex.
"Aku Tak mau pergi...." serunya berteriak dengan yakin.
Alex menghela nafas panjang lalu membuangnya dengan cepat.
"Huh... gadis idiot ini benar-benar membuatku kehilangan kesabaran."
Alex melepas tangan Aliya. Gadis itu terkejut ketika tangannya dilepas. Ia rapatkan lagi segera kedua kakinya lalu melangkah keluar lift karena pintu lift akan tertutup.
"Kau tak jadi membawaku pergi, kan?" tanya Aliya.
Alex langsung meraih tubuh Aliya dan mengangkatnya. Ia menggendong tubuh gadis itu seperti karung beras.
"Aaaaa... lepaskan aku!" jerit Aliya berusaha meronta-ronta.
Namun, keusilan Alex yang mendengar jeritan Aliya malah membuatnya menepuk bokong Aliya dengan keras seraya berkata, "Kau bisa diam, apa tidak?"
"Aww... sakit! pokoknya lepaskan aku...."
"Kalau kau tetap bersikeras minta dilepas aku akan membanting tubuh mu dengan keras," ancam Alex.
Ancaman pria itu langsung membuat Aliya terdiam.
"Kau mau apakan wanita mu itu?" tegur Nanny, wanita berdada besar yang suka menyusui anaknya di manapun, kapanpun, dan tak peduli siapapun yang melihatnya. Kebetulan ia sedang berbincang bersama Brian menertawakan Alex.
Alex melirik Brian yang menatapnya masih tak percaya sedang membawa perempuan cantik seperti Aliya.
"Aku akan bercinta dengannya di dalam mobil, di tepi sungai, kelihatannya akan sangat nikmat," sahut Alex menahan tawanya karena mencoba berbohong.
"Wow! ku tak sangka, liar juga caramu menikmati hidup," sahut Nanny dengan senyum genitnya.
*******
To be continue...
See you next chapter.
Jangan lupa like, komen dan rate bintang 5...
Bantu promote ke semua teman-teman kalian semua ya ajak mampir...
Thank you sayang-sayangnya Vie...
Love you all 😘😘😘