NovelToon NovelToon
ZAYRA

ZAYRA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Bad Boy
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: MayLiinda

Kehidupan Zayn berubah dalam semalam karena orang tuanya tega 'Membuangnya' ke Pondok Pesantren As-Syafir.
"Gila gila. Tega banget sih nyokap ama bokap buang gue ke tempat ginian". Gerutu Zayn.
---
Selain itu Zayn menemukan fakta kalau ia akan dijodohkan dengan anak pemilik pondok namanya "Amira".

"Gue yakin elo nggak mau kan kalau di jodohin sama gue?". Tanya Zayn
"Maaf. Aku tidak bisa membantah keputusan orang tuaku."
---
Bagaimana kalau badboy berbisik “Bismillah Hijrah”?
Akankah hati kerasnya luluh di Pondok As-Syafir?
Atau perjodohan ini justru menjerat mereka di antara dosa masa lalu dan mimpi menuju jannah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MayLiinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Zayn POV

Gue keluar dari ruang tamu pelan-pelan, menutup pintu kayu rapat. Nafas gue berat. Pundak rasanya pegal banget, kayak habis bawa karung dosa lagi.

Gue duduk di teras masjid, punggung gue nyender ke tiang kayu. Mata gue ngeliatin langit pondok yang gelap gulita bintang cuma satu dua.

‘Kalau gue kabur lagi, sama aja gue pengecut,’ batin gue.

Jari gue gemetar mainin tasbih kayu yang udah mulai kusam. Falah jalan ke arah gue, bawa dua gelas air putih.

“Bro, nih minum dulu. Lo abis ngomong sama Kyai ya?” Falah nyodorin gelas.

Gue ngangguk, tangan gue gemetar nangkep gelas. Suara airnya kedengeran banget di telinga gue.

“Gue udah ngomong sama Pak Kyai soal perjodohan,” bisik gue. Nafas keluar pelan lewat hidung.

Falah duduk di samping gue, merapikan sarungnya. Dia nyengir, tapi nadanya serius.

“Lo beneran mau nerima, Bro?”

“Bukan ‘mau’. Gue harus. Gue nggak mau Amira kebawa kotor. Tapi… gue mau dia tau dunia gue juga. Biar dia nggak ketipu sama ‘Zayn alim dadakan’ di pondok.” Gue mendengus pelan, lirih.

Falah menepuk pundak gue pelan.

“Kalau lo yakin, gue dukung. Tapi… lo beneran sanggup? Dunia lo keras, Bro.”

Gue nyengir miris. “Justru itu, Fal. Gue mau dia liat. Kalau dia nggak tahan, dia bisa pergi. Tapi kalau dia mau tetep di samping gue… berarti dia beneran tulus.”

Suara batin gue berdesis pelan, ‘Atau mungkin, gue yang takut ditinggal?’

Gelas di tangan gue udah kosong. Gue nyender makin dalam, mendongak ke langit.

Angin malam pondok nyusup ke sela-sela baju koko gue. Dingin, tapi kepala gue panas.

Zayn Pov end.

---

Hamdan POV

Dari balik tembok aula kecil, aku mendengar percakapan itu.

Telingaku kupasang lebar-lebar. Nafasku kutahan. Tanganku meremas gagang pintu kayu biar tak berderit.

‘Zayn… bawa Amira ke dunianya?’ dadaku berdegup kencang.

Aku memejamkan mata, menelan ludah.

‘Mas Robi harus tau ini… kalau benar Amira ikut Zayn, pondok bisa tercoreng. Putri Kyai jatuh ke tangan anak geng motor. Gila!’

Suara Falah terdengar samar di sela angin.

Aku mencatat dalam kepala setiap kata, nada, bahkan mimik mereka. Suara Zayn terdengar sesekali bergetar. Ada beban, ada dendam, tapi juga ada nyali.

Aku mundur pelan, sandal jepitku kutahan agar tak bersuara. Langkahku cepat ke arah asrama.

Ponsel di saku kuraih, kutekan pesan untuk Kak Robi. Jemariku dingin, detak jantungku berpacu.

“Mas, Zayn mau bawa putri Kyai ke dunianya. Katanya mau sekolah di luar. Ini bisa jadi celah Kakak buat jatuhin dia…”

Aku tekan tombol kirim. Ponselku bergetar. Balasan cepat datang.

Robi: “Bagus. Sekarang main sabar. Dekati orang-orang dekat Zayn. Pecahin lingkaran temannya. Kamu akan dapat imbalan, Dan.”

Aku meneguk ludah.

Dalam gelap, aku mengusap jidat, berbisik pelan, ‘Maafkan aku, Amira. Ini untuk kebaikanmu juga.’

Hamdan Pov end.

---

Amira POV

Di kamarku, aku duduk di ujung ranjang kecil. Jari-jari tangan meremas sudut bantal, mata menatap plafon kayu yang retak di beberapa sisi.

‘Zayn mau bawa aku pergi… ke dunianya?’ Suara batinku lirih.

Aku meraih mushaf kecil di nakas, kubuka halaman yang kusukai Surat Al-Anfal. Ayat tentang perlindungan dan keikhlasan.

Tanganku gemetar membalik lembarannya. Nafasku berat.

‘Aku takut… tapi kenapa di hati kecilku… aku juga penasaran?’

Gumamku makin lirih, “Apa ini bagian dari cara Allah nunjukin jalannya? Kalau iya… kenapa rasanya rumit sekali?”

Suara langkah kaki di lorong pondok terdengar sayup. Mungkin Hamdan, atau mungkin sahabat-sahabatku. Tapi aku tak mau bicara pada siapa pun malam ini.

Kupeluk mushaf erat-erat di dada.

“Ya Allah, jagalah aku… jagalah dia. Kalau memang dia jodohku, tuntun aku kuat. Kalau bukan, jauhkan dengan cara yang lembut…”

Air mataku menetes di lembaran mushaf. Sunyi pondok malam ini menusuk lebih dari biasanya.

Amira Pov end.

---

Author POV

Di satu sudut pondok, Hamdan berjalan cepat di koridor remang. Ponselnya bergetar lagi lampu notifikasi berkedip di balik sorban putih yang separuh menutupi wajah pucatnya.

Di lain sisi, Zayn masih duduk bersila di serambi masjid, menatap langit dengan kepala penuh rencana. Syaratnya ke Kyai hanyalah pintu pertama pintu menuju lubang hitam masa lalunya sendiri.

Dan Amira, di balik pintu kayu, hanya bisa memeluk mushaf seolah satu-satunya pelindung di tengah badai rahasia yang pelan-pelan mulai terbuka.

Malam pondok makin sunyi, tapi di luar pagar, kota itu belum tidur.

BRIGHTZONE menunggu mangsa barunya. STARDOM menanti kaptennya pulang.

Dan tiga hati di pondok ini Zayn, Amira, serta Hamdan sedang menapaki takdir di jalan masing-masing.

Ada yang tulus. Ada yang licik. Dan ada yang terlanjur tak bisa mundur.

Malam di Pondok As-Syafir terasa lebih dingin dari biasanya. Angin pelan merayap lewat sela jendela kayu. Suara jangkrik di kebun belakang terdengar samar, bersaing dengan detak jantung beberapa orang yang malam itu sedang menenun rahasia masing-masing.

Di aula kecil, beberapa santri putra masih duduk melingkar. Ada tawa pelan, bisik-bisik rencana, dan sesekali suara ceramah dari toa masjid yang diputar ulang sebagai pengingat mereka yang lelah.

Tapi tidak semua hati setenang lantunan ayat itu. Zayn si anak baru penuh dosa, duduk menyandar ke tiang aula. Matanya tajam, mengintip Falah dan Yusuf yang baru datang membawakan teh panas.

Author Pov end.

---

Zayn POV

Gue meneguk teh basi itu pelan-pelan. Asapnya bikin hidung gue gatel, tapi pikiran gue lagi terlalu ribet buat peduli rasa pahitnya.

Falah duduk di depan gue, Yusuf menepi di sebelah kiri. Kami bikin lingkaran kecil di pojokan aula kayak geng kecil yang lagi rapat gelap.

“Kamu udah yakin sama rencana kamu, Zayn?” tanya Falah pelan. Nadanya gemetar, walau bibirnya mencoba senyum sinis.

Gue buang nafas. “Rencana? Ini bukan rencana, Lah. Ini jalan kabur kalau pondok ini makin ngekang. Gue nggak mau selamanya dikurung di sini.”

Yusuf bersuara, suara seraknya pecah di ujung. “Kamu mau kabur sama Amira?”

Gue nyengir, mata gue sempit menatap teh sisa di gelas plastik. “Nggak kabur. Ngebebasin dia juga. Dia berhak tau di luar sini ada hidup nyata, nggak cuma tembok kayu sama ceramah.”

Falah membanting tangannya ke lantai. “Astaghfirulloh Zayn! Kamu mau nyeret dia ke lubang dosa kamu lagi?”

Gue nyulut puntung rokok sisa yang gue simpan di sela sandal. Gue nyalainnya di sudut aula, jendela kebuka bikin asapnya kabur. Gue isep pelan.

“Dosa gue, Lah. Biar gue tanggung. Gue janji nggak sentuh dia macam-macam. Gue cuma mau dia lihat siapa gue sebenernya.”

Yusuf mendengus kecil. Dia nggak berani menatap gue, tapi tangannya nepuk pundak Falah. “Udah, Lah. Kita ini siapa mau ngatur hidup orang? Dia butuh kita, ya kita bantu. Kalo nanti salah? Biar Allah yang nyeret kuping kita.”

Falah meremas sajadahnya. Mata dia merah, tapi gue tau dia bakal ikut. Geng ini aneh saling sumbang dosa, tapi juga saling jagain dosa masing-masing.

Gue lempar puntung rokok keluar jendela. Malam pondok ini terlalu suci buat najis-najis begini. Gue benci, tapi gue nggak bisa kabur sendirian.

Zayn Pov End.

---

Robi POV

Sementara itu, di kota, di sebuah gudang tua yang jadi markas kecil Brightzone Robi Kusumo duduk di kursi malas. Kakinya selonjor di atas meja, laptop terbuka, peta wilayah terpampang lebar.

Di tangannya, sebatang rokok murah mengepul. Robi menepuk pelan pipi sendiri, matanya sipit menatap titik merah di peta.

“Stardom lagi sekarat, tapi kalau si bocah Zayn ini kita biarin, dia bisa bikin Brightzone susah,” gumam Robi sambil menoleh ke anak buahnya, seorang cowok gondrong yang duduk di pinggir jendela.

“Hamdan masih aman kan?” tanya Robi.

Cowok gondrong itu mengangguk cepat. “Aman, Bang. Bocah itu takut sama lo. Dia udah kirim rekaman suara waktu si Zayn ribut sama santri pondok. Katanya ada tato bintang di lehernya. Udah fix.”

Robi menepuk rokoknya di asbak kaleng. Senyumnya miring. “Bagus. Terus pantau. Kita sabar. Anak Stardom kalau dipancing, pasti keluar juga. Dan kalau dia udah kebiasa kabur ke kota, tinggal kita jagal.”

Tangan Robi bergerak memutar cincin di jari telunjuknya. Matanya merah, licik, penuh dendam. “Zayn, Zayn… bocah sialan. Lo pikir pondok bisa nyelamatin lo? Hah.”

Dia tertawa pelan, suara tawanya tenggelam bersama dengung nyamuk di markas reyot itu.

Robi Pov end.

---

Hamdan POV

Hamdan berdiri di balik tiang kayu aula masjid, sembari memegang ponsel yang dia sembunyikan di balik gamis santrinya. Jantungnya deg-degan, padahal dia cuma kirim pesan suara.

"Mas Robi, Zayn habis ribut sama Falah. Kayaknya dia mau bawa cewek Kyai kabur. Aku terus pantau. Tenang ggak akan ada yang curiga sama aku."

Jari Hamdan gemetar, tapi dia menelan ludah, memaksa bibirnya tersenyum. ‘Aku ini paling alim di sini. Nggak ada yang nyangka kalau aku udah jualin info ke Brightzone.’

Dia ketik kalimat terakhir.

Aku: "Tenang Bang, semua berjalan mulus. Lo tinggal siapin anak-anak di kota."

Pesan terkirim. Hamdan merapikan pecinya, menutup wajah lugu yang jadi tamengnya. Sambil berjalan kembali ke saf, dia menatap Zayn dari jauh.

‘Nikmatin pondok kamu selagi bisa, Zayn. Kamu nggak akan tau aku yang nyembelih kamu pelan-pelan.’

Hamdan Pov end.

---

Amira POV

Di asrama putri, aku duduk di sudut ranjang sambil memeluk lutut. Alfiya dan Syakilla menatapku dengan wajah cemas. Di meja, mushaf terbuka, lampu belajar kuning temaram.

“Aku nggak ngerti, Fi, Kill… Aku nggak ngerti lagi harus percaya siapa…” suaraku serak. Pipiku basah, sisa air wudhu bercampur air mata.

Syakilla menghela napas panjang. “Mira, kamu ini anak Kyai. Kamu harusnya ngerti, orang kayak Zayn… dia mungkin bisa berubah, tapi bisa juga nyeret kamu ke tempat yang lebih gelap.”

Alfiya memotong, menepuk bahu Syakilla. “Kill, jangan gitu. Kita nggak tau isi hati orang. Mungkin Zayn beneran mau bertaubat.”

Aku menunduk. Jemariku gemetar meremas ujung mukena. “Dia bilang nggak mau kabur. Tapi aku lihat matanya… dia takut.”

Syakilla memelukku pelan. “Kalau dia ajak kamu keluar pondok, kamu mau?”

Aku nggak bisa jawab. Dalam hati, aku hanya bisa berbisik,‘Ya Allah… kalau memang dia jalanku, jangan biarkan aku jatuh lagi…’

Di luar asrama, suara angin malam menampar jendela. Di kepalaku, satu-satunya yang bergema cuma nama Zayn dan ketakutan yang tidak bisa aku redam.

Amira Pov end.

---

Author POV

Dan di sudut malam pondok yang sunyi, rahasia kecil bertumbuh liar.

Zayn merangkai jalan kabur. Falah dan Yusuf menyimpan ragu tapi tetap bertahan. Hamdan memasang perangkap licik untuk kepentingan Brightzone.

Di seberang kota, Robi membuka mulut buaya — menunggu mangsa keluar dari kandangnya sendiri.

Amira, di kamarnya, masih menatap tas kecil di sudut ranjang. Tas itu kosong. Tapi di matanya, tas itu bisa berarti pelarian atau penjara baru.

Langit pondok As-Syafir masih memeluk malamnya. Takbir subuh masih jauh. Tapi doa dan dosa sudah berbisik-bisik, memanggil siapa yang akan kalah lebih dulu.

Dan Zayn, di balik tembok kayu, menatap purnama.

“Lo nggak bisa kabur selamanya, Zayn… Tapi lo juga nggak mau terkunci. Pilihannya cuma satu: lo siap jatuh atau lo bikin orang lain jatuh duluan…”

Di ujung pesantren, suara pintu berderit pelan. Seseorang berjalan ke arah pagar belakang — jalan gelap yang mungkin jadi jalur kabur.

Dan malam pondok, sunyi lagi. Tapi sunyi itu sekarang berisi tawa setan dan doa yang tak henti berusaha melawan.

---

To Be Continued..✨️🫶

1
Tarwiyah Tarwiyah
critanya jngan bertele" kak jdi bosen .maaf ya bukan mksd apa" cuma saran
MayLiinda: Siap. Terima kasih kak atas masukkannya .., 🫶
total 1 replies
Rukawasfound
Baca cerita ini jadi penghilang suntukku setiap hari
MayLiinda: Terima kasih 🙏😊
total 1 replies
Donny Chandra
Bagus banget thor! Bisa jadi film nih!
MayLiinda: Terima kasih .., 🙏😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!