Terpaksa Menikahi Kakak Ipar (Cinta Pertama)

"Hai CEO baru. Apa kabar nih?" sapa Gerald, sahabat Liam, yang tengah berjalan masuk ke ruangan CEO Abraham Group.

"Hai juga, Ger. Tumben ke sini. Biasanya langsung ketemu di cafe atau di studio," ucap Liam.

Gerald pun melangkahkan kakinya lalu duduk di sofa yang ada di samping tempat meja kerja Liam.

"Mendadak Liam Conrad Putra Abraham menghilang ditelan bumi. Jadi, ya sudah aku datang saja ke kantornya. Dan wow aku terkejut, Bro. Hehe..."

"Kamu sih lama enggak kumpul lagi di cafe atau bikin pameran foto. Dicariin anak-anak deh. Dan mereka pada tanya ke aku. Eh, gak tahunya tersangka utama yang lagi dicariin justru tengah duduk manis di kursi CEO utama enggak kabar-kabar ke sahabatnya. Aku pikir tadi salah masuk gedung. Lama juga gak menginjakkan kakiku di Abraham Group. Tahu-tahu sekarang sahabatku ini sudah jadi CEO utama rupanya bukan CEO cadangan lagi. Haha..." kelakar Gerald seraya tertawa meledek Liam yang berubah jabatan dan penampilannya saat ini.

"Ah, tambah pusing tahu! Mending aku ngerjakan proyek foto segunung daripada urusan bisnis," gerutu Liam.

"Yang lalu kamu WA ke aku buat kabarin dipaksa Daddymu nikahin Nola. Tunggu-tunggu, bukannya Nola itu cinta pertamamu yang belum kau rajut keburu berubah status jadi kakak iparmu?" tanya Gerald.

"Iya. Kamu pikir yang punya nama Nola ada lebih dari satu di keluarga Abraham. Cuma dia Nola Claudia Abraham yang sekarang berubah status jadi istriku," jawab Liam dengan nada ketus.

"What ??"

"Apa aku enggak salah denger, Bro?" tanya Gerald yang terkejut mendengar kabar Liam telah menikah dengan Nola.

"Enggak, Ger. Suerrr..."

"Ini serius. Bukan bohongan apalagi bercanda Ger," jawab Liam seraya mengusap wajahnya secara kasar dengan kedua tangannya.

"Yang lalu katanya kamu curhat belum ikhlasin kepergian Julia. Kok sekarang malah nikahin kakak iparmu sih! Jadi bingung aku,"

"Ya, walaupun aku tahu dia cinta pertamamu yang susah banget dilupain. Tapi bukankah sejak serius dengan Julia, kamu sudah lupain si Nola. Kok ini malah kayak kamu masih gagal move on dari cinta pertama sih. CEO utama Abraham Group kok plin-plan," cecar Gerald seraya meledek Liam.

"Semua ini gara-gara wasiat sialan. Huft !!" maki Liam.

"Wasiat gimana maksudmu?" tanya Gerald yang semakin bingung.

Akhirnya Liam pun menceritakan bahwa Daddy dan Mommynya memaksa dirinya untuk menikahi Nola sesuai wasiat mendiang Lio demi si kembar triplet L yang masih kecil. Mau tak mau Liam menurutinya. Dan kini dirinya pun telah diangkat Daddynya menjadi CEO utama Abraham Group.

"Mantap jiwa. Enggak dapat pera*wannya tapi dapat jandanya nih, Bro. Haha..."

"Sialan !!" umpat Liam yang kesal pada Gerald karena akhirnya sang sahabat meledeknya terus tentang cinta pertamanya yang gagal move on dari hati dan kehidupannya.

Keduanya pun akhirnya memutuskan bergegas pergi meninggalkan Abraham Group untuk makan siang. Liam meninggalkan Aldi yang hanya bisa memandangnya dan menggerutu dalam hati. Sebab setumpuk pekerjaan sudah menanti otak dan fisik Aldi.

Terlebih Liam berpamitan padanya bahwa ia akan keluar bersama Gerald dan tak kembali ke kantor lagi.

"Jadi bos emang enak. Berangkat semaunya eh pulang juga semaunya sendiri. Lha soalnya nih kantor punya bapak moyangnya sendiri juga. Horang kaya mah bebas euii..."

"Apa lah kita yang hanya remahan kerupuk kalau kena siraman air sedikit sudah melempem lalu tenggelam dalam kuah berubah jadi seblak,"

Akhirnya Aldi pun segera bekerja dengan cepat dan teliti karena khawatir besok Liam sudah menanti hasil laporannya. Tentu dirinya tak mau mendapatkan hukuman selanjutnya dari bos barunya tersebut.

Mood Liam suka berubah sewaktu-waktu yang pastinya tidak banyak membuat dirinya tenang. Berbeda dengan Lio yang memang kehidupannya hanya urusan Abraham Group dan rumah. Lio tak memiliki hobi fotografi atau di bidang seni lainnya seperti Liam.

Terlebih Lio sebelum lulus kuliah sudah ditatar secara matang oleh Daddy Leo menjadi seorang CEO penerus Abraham Group. Dikarenakan Lio adalah putra sulung dalam keluarganya.

☘️☘️

Liam dan Gerald memutuskan pergi ke restoran langganan mereka untuk makan siang. Dan setelah menyantap makan siangnya, kini mereka tengah berbincang sambil menikmati kopi yang telah mereka pesan.

"Sebenarnya kamu sudah benar-benar lupakan Julia atau gimana?" tanya Gerald yang masih penasaran.

"Aku masih cinta lah sama Julia. Hanya saja aku enggak tahu dia di mana dan kondisinya bagaimana juga sekarang ini. Padahal aku sudah pergi ke Kanada ke rumah orang tuanya, kata ibunya dia enggak pulang sudah lama. Justru aku ditampar dan diusir ayahnya karena aku bilang kalau pernikahanku dengan Julia batal," ucap Liam.

"Ehm, aku sebenarnya gak mau bilang hal ini. Tapi gimana ya? Jadi bingung aku, Bro."

"Bingung kenapa?" tanya Liam.

"A_ku sempat lihat Julia beberapa hari yang lalu," jawab Gerald sedikit ragu-ragu.

"Hah, di mana?" tanya Liam dengan nada yang sudah naik beberapa oktaf. Ia tampak bersemangat. Seakan mendapatkan oase saat berada di gurun pasir tandus.

"Cepat katakan !" bentak Liam tanpa sadar.

Bersambung...

🍁🍁🍁