Sederhana saja. Tentang seorang gadis yang bernama Hazel yang sulit melupakan seseorang yang berperan penting dalam lembaran masa lalunya dan Calix si lelaki yang memiliki ribuan cadangan disana-sini.
Karena sebuah insiden yang mana Hazel nyaris dilecehkan oleh beberapa Brandalan, menggiring Hazel, pada jeratan seorang Calix Keiran Ragaswara, laki-laki yang narsisnya mencapai level maksimal, super posesif, super nyebelin, sumber bencana, penghancur terbaik mood Hazel.
"Sekarang, Lo hanya punya dua pilihan. Lo jadi pacar gue. Atau gue jadi pacar elo!" Calix Keiran Ragaswara.
Penasaran? simak ceritanya!
-Start publish 14 juli 2023.
-FOURTH NOVEL
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rsawty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPB•SEMBUNYI DIDALAM LEMARI
Dentuman musik yang mengalun tidak luput dari dunia gemerlap, terdengar menggema untuk dijadikan hiburan lautan manusia berjoget ria dalam satu ruangan dengan kesan big party tersebut, aroma alkohol yang menyengat menguar disana, kepulan asap nikotin, tiada habisnya beradu di udara.
Tidak peduli usia yang muda maupun tua sudah tercakup, ber'mabuk-mabukkan, yang berbeda jenis telah bercumbu mesra satu sama lain hanya untuk melarikan diri sejenak dari masalah dalam hidup. Kini Calix, Candra dan Farel berada dimeja paling pojokan.
"Benar-benar deh, kirain Calix bakal berubah kalo punya pacar resmi, ternyata masih sama.." Farel geleng-geleng tak habis pikir. Sudah punya Hazel, tapi masih berani bermain api dengan Wanita lain, patut Farel acungi jempol!
Sama halnya dengan Farel, Dengan tatapan mengarah pada adegan Calix yang sedang bercumbu mesra dengan seorang Wanita, Candra menggoyang-goyangkan pelan gelasnya yang berisi minuman keras dengan kadar cukup tinggi.
"Biarkan dia berkembang, belum terlalu tumbuh tuh bucinnya, lihat aja nanti ya,"
Seteguk lagi alkohol ditenggaknya, Candra meringis samar saat merasakan sensasi panas menyengat melalui kerongkongannya. "Kalo udah bucin akut tuh si Calix sama si Hazel, secuil aja kulitnya gak sengaja tersentuh sama cewek, langsung terlintas tuh wajahnya si Hazel, gue berani taruhan, potong deh jari gue kalo gak bener!!"
Decapan khas dari terputusnya tautan lidah, tenggelam di keriuhan suasana yang ada disana, Calix mengakhiri ciuman panasnya dengan seorang Wanita penghibur yang bernama Yolanda.
Yolanda sedang berada di pangkuannya, menatap Calix tidak terima karena Calix tiba-tiba menghentikan aksinya. "Why?! kenapa tiba-tiba berhenti?!"
Calix termasuk pelanggan setianya, lelaki ini sering memanggilnya jika sedang butuh, tapi tidak dengan skidipapap, dia melayaninya hanya menggunakan mulut. Calix tidak mau menghilangkan keperjakaannya dengan Wanita tidak baik-baik seperti Yolanda.
"You changed the lipstick?" tanyanya mengangkat dagu Yolanda dengan jari telunjuk, mengamati dengan cermat bibir berwarna pink membengkak dipadu basah akibat ulahnya, rasanya sudah beda, tidak manis lagi seperti biasanya.
Semenjak berpacaran dengan Hazel, baru kali ini lagi dia mengunjungi tempat yang tabuh untuk didatangi anak-anak muda seperti mereka. Jauh sebelum mengenal Hazel, menyambangi tempat ini bisa dibilang menjadi rutinitas harian bagi Calix.
"No, masih sama. Ada apa emang?"
Calix termenung sesaat, apakah benar masih sama? tetapi rasanya beda, lebih bikin candu lagi bibir Hazel, dia mengingat rasanya walau hanya kecupan dihari jadian mereka, "Sudahlah, bosan gue!"
Didorongnya Yolanda hingga turun dari pangkuannya, reaksi Yolanda tentu saja sudah dapat ditebak, dia terkejut mendapat tindakan demikian.
"Calix, apa yang terjadi dengan lo?" Tanya Yolanda bingung, berminggu-minggu tidak hadir, sekalinya datang ketempat ini dengan membawa perubahan yang drastis. Calix adalah ATM berjalannya, dia tidak boleh sampai kehilangan lelaki ini.
"Apa yang terjadi dengan gue?" Beo Calix menggeleng pelan. "Gak ada, gue cuma bosan aja dengan elo." Dia menyalakan rokok dengan pematik lalu menyulutnya santai.
Terkesan bajingan, tapi ini faktanya. Cara Calix menggosthing para Gadis seperti itu. Mengoleksi banyak perempuan, membuat baper anak orang dan berakhir meninggalkan.
Jika dia kehilangan minatnya, dia akan membuang mereka tanpa belas kasih. Kerap bergonta-ganti pasangan tanpa status, dan tidak jarang, banyak perempuan yang sudah menjadi korbannya.
Dia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dengan satu tangannya Calix memegangi benda pipi tersebut, dia memeriksa ruang obrolannya dengan Hazel. "Tuh cewek lagi ngapain ya sekarang?" Gumamnya bertanya pada diri sendiri.
...143🖤...
^^^😈^^^
^^^Eh sorry, tangan gue keseleo, jadi gak sengaja kepencet.^^^
Langsung saja centang dua berwarna abu-abu yang menyambut, butuh jeda sekitar tiga menit barulah ceklist tersebut berubah menjadi warna biru lalu terkirim padanya sebuah pesan balasan dari Hazel.
Mendadak Calix ingin membanting ponselnya kelantai saking kesalnya melihat balasan yang amat singkat dari Hazel. "Dmna! nih cewek bener-bener jual mahal!" Umpatnya.
O?
Tidak pantang menyerah, Calix kembali mengutak-atik layar, mengetikan pesan basa-basi kepada Hazel. Logikanya menyuruh untuk berhenti sampai disini saja, tapi jemarinya bergerak sendiri sesuai dorongan hatinya.
^^^Btw lagi dimana?^^^
Drmh, np?
^^^Bareng siapa?^^^
Lki-lki..
"Sh*it! Bareng siapa nih cewek?! awas aja gue tahu siapa cowok yang bereng lo, bakalan gue cabik-cabik orangnya!" Gerutunya berapi-api.
^^^Siapa an*jing?!^^^
^^^Sebutin namanya, langsung gue samperin malam ini juga!^^^
^^^Tanya ke dia, mau langsung ketemu dengan malaikat maut atau singgah dulu di RS?^^^
Sebelah kaki Calix yang dia pangku tidak bisa diam, terus bergerak-gerak menyalurkan sebuah rasa yang mengganggu, bergejolak hebat dalam menanti pesan balasan dari Hazel, batinnya sudah berkecamuk. Dia jadi tidak bisa menikmati suasana club yang biasanya akan asik baginya.
Ponselnya kembali berbunyi pertanda notifikasi masuk, dengan gerakan cepat Calix memeriksanya berharap jika notifikasi tersebut adalah pesan dari Hazel. Sebuah garisan bingung terlukis didahinya ketika membaca pesan dari nomor yang tidak dikenal.
...Unknown...
Darah dibalas darah! Berhati-hatilah Tuan Muda Ragaswara..
'Siapa sih?' Batinnya, kedua keningnya bertautan nyaris menyatu, dia memutar otaknya untuk sejenak lalu mengedikkan bahunya tak peduli saat tak mendapat jawaban didalam benaknya.
Menyangka jika orang itu hanyalah orang iseng-iseng yang menjahilinya dengan pesan-pesan tidak berbobot, Calix beralih ke room chat-nya dengan Hazel. Tak mendapat tanggapan dari seberang sana dengan ceklist yang tak kunjung berubah biru, dia lagi lagi mengirimkan pesan susulan.
^^^Buruan bilang, lo bareng siapa?!^^^
^^^Balas njirr!^^^
^^^Tiga detik lagi kesempatan lo, kalo enggak, kita putus!^^^
"Calix, lo yakin berhenti disini saja? nanggung banget loh, mending kita lanjut, atau gak, sekalian pesan kamar hot--" Calix menepis kasar tangan Yolanda dengan jari-jemari lentiknya yang mulai liar bermain-main di dadanya, dia sedang kehilangan selera malam ini.
"Shut up, bi*tch! lo gak ada hak buat ngatur-ngatur gue!" Hardiknya. Hingga akhirnya Yolanda berdiri dengan rasa kesal yang memuncak. Menghentak-hentakkan kakinya sebelum akhirnya menjauh dari hadapan Calix
Acuh tidak acuh pada Yolanda, lagi-lagi Calix memeriksa layar ponselnya. Nihil, tidak ada notifikasi pesan dari Hazel. "Damn! Tunggu aja lo Zel!"
"Calix, mau kemana lo?" Farel melihat Calix yang beranjak dari tempat duduknya, jika diperhatikan dari jabaran wajahnya yang tidak bersahabat, sepertinya ada yang membuatnya kesal.
"Cabut!" Sahut Calix berjalan kearah pintu keluar club.
...*****...
Perhatian Hazel yang barusan keluar dari dalam kamar mandi tersita, dia merasa was-was begitu indera pendengarannya menangkap ketokan dibalik kaca jendela kamarnya. "Malam-malam gini, kira-kira siapa ya?" Gumamnya diserang rasa takut.
Malam sudah cukup larut, jika orang dibalik jendela bukan maling, lantas siapa lagi? tidak mungkin hantu. Agar tidak ketahuan jika didalam sini ada orang, dengan kaki berjinjit dia berjalan hati-hati kearah sudut mengambil sapu yang bersandar di dinding.
Hazel berjalan kearah jendela, sesuai gerakannya yang menyingkap tirai jendela sekaligus membuka jendelanya, hanya dengan gerakan mulut tanpa suara, dia menghitung angka. 'Satu.. dua.. tiga!'
Bugh!
"Pergi lo maling, pergi! jangan merampok dirumah gue! kalo mau mencuri, dirumah pacar gue aja! Bokapnya tajir melintir!" Gagang sapu melayang, menghantam dimulai dari bahu, kepala, tidak ada yang selamat dari gagang yang diarahkan oleh Hazel.
Laki-laki itu mencoba berlindung dibalik dua lengan kokohnya agar senjata yang dipakai oleh Hazel tidak terlalu berdampak pada kepalanya. "Aduh, aduh!!"
Bugh!
Bugh!
"Lo apa-apaan bang*sat?!"
'Eh?! suara ini kayak kenal' Mendengar suara berat terkesan familiar tersebut sukses menghentikkan pergerakan Hazel dalam sekejap. "Loh, Calix, lo ngapain disini?"
"Gak etis banget ya lo, pacar dateng bukannya disambut baik-baik, ini malah di pukul pake penyapu?! mau jadi pacar durhaka lo?!" Sergahnya. "Minggir!!"
Tidak mematuhi penitahan Calix, Hazel yang sedang berdiri persis ditengah jendela, celingukan kebelakang, menuju pintu kamarnya, bisa berabe jika ada salah satu keluarganya mendengar suara Calix disini. "Dibilangin, minggir!!"
Tubuh Hazel tergeser paksa kesamping didorong oleh Calix, lelaki itu tanpa berpikir panjang langsung menyelonong masuk melalui akses dari jendela. "Lo ngapain sih?! emang gue ada ngizinin lo masuk ke kamar gue?!"
"Gue gak butuh izin lo!"
"Keluar, gak?!" Hazel berkacak pinggang, Calix mengitari penjuru bilik kamar Hazel yang bernuansa cream.
Dengan tatapan aneh Hazel memperhatikan segala gerak-geriknya dari memasang posisi merangkak mengintip ke kolom bawah ranjang, kolom meja, tong sampah dipojok, memeriksa setiap sudut ruangan hingga mengecek lemarinya juga tidak terkecuali.
"Lo nyari apaan?! dikamar gue gak ada harta karun. Gak ada uang segepok juga. Gue bukan dari keluarga sultan kayak lo." Selepas meletakkan penyapu di dinding, Hazel melangkah kearahnya lalu menahan lengan lelaki bertubuh jangkung itu agar dapat menghentikan aksinya.
"Jangan bilang seorang Calix Keiran Ragaswara yang terlahir dari keluarga konglomerat mau ngerampok dikeluarga remahan rengginang seperti keluarga gue?"
Saking beda jauh selisih postur tinggi badan antara mereka, Calix dengan ukuran 178 sentimeter dibandingkan dengan badan pendek milik Hazel yakni 150,4 sentimeter, ukuran tinggi tubuh keduanya dapat di ibaratkan jari manis dan jari kelingking.
Hazel harus menengadah jika ingin melihat wajah rupawan nya. Calix menghempaskan tangan Hazel dengan kasar kemudian kembali mengitari seolah sedang mencari sesuatu dikamar minimalis dengan desain klasik tersebut.
"Lo nyimpan cowok dimana?!"
"Cowok apaan dah?" Tingkah random Calix bikin orang harus menguji daya pikir.
Tok..Tok..Tok..
"Hazel, kamu lagi ngobrol sama siapa?" Netra Hazel melotot amat lebar, bisa dibilang nyaris keluar dari sarangnya kala mendengar suara Mamanya, belum lagi dengan handle pintu yang ditekan berulang-ulang kali, suatu keuntungan tadi Hazel tidak kelupaan mengunci pintu.
"Gawat!! Sembunyi, sembunyi!!" Hazel memukul-mukul lengan Calix panik.
"Buat apa?!"
"Ada Nyokap gue!!"
"Udahlah, biar gue samperin aja--" Calix mengambil inisiatif bersiap akan berhadapan langsung dengan Mama Hazel saat ini juga.
Namun, belum juga berayun kakinya, gadis berpakaian piyama dengan bandana biru ini mendorong sisi tubuhnya hingga dia otomatis termasuk kedalam lemari dilautan helaian pakaian Hazel yang tersampir di gantungan baju.
"Hazel?!"
Berpaling sejenak kearah pintu yang tertutup kemudian meletakkan tangannya dibibir memberinya kode pada Calix agar tak mengeluarkan suara. "Tutup mulut lo!" Jari telunjuknya mengacung, menunjukkan wajah menggertak yang sialnya tidak berpengaruh sama sekali terhadap Calix.
Calix tersembunyi disana saat Hazel menutup pintunya. Hazel memperbaiki surai dan menata penampilan ekspresi wajahnya sesantai mungkin agar bersikap tidak terlalu mencurigakan, dia melangkah kearah pintu kemudian.
Ceklek..
"Ada apa Mah?"
Di bingkai pintu Mama Hazel celingukan kanan-kiri menguliti penjuru kamar Hazel memastikan sesuatu didalam ini. Kalau tidak salah, sayup-sayup dia menangkap suara laki-laki didalam kamar Putrinya ini. Apakah aku salah dengar? pikirnya.
"Kamu lagi ngomong sama siapa?"
"Ngomong?" Memakai mimik pura-pura bingung Hazel menggaruk-nggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. "Oh, iya! tadi Hazel lagi teleponan sama teman Hazel Mah,"
Didalam lemari, Calix keringat dingin melihat ada lipas hinggap disalah satu pakaian Hazel, "Hus! hus!! jangan kesini!!" Tangannya melambai-lambai pelan, dia mengusir serangga itu dengan bisikan agar tidak ketahuan ada dia didalam sini.
"Teleponan?" Hazel menyambut beoan Ghea dengan anggukkan. Kening Ghea mengernyit dalam, "Memang teleponan, suara orangnya bisa kedengaran sampai luar?"
"Hah, hmphh!!" Didalam bekapan tangannya, dia meringis kecil karena tidak dapat mengontrol suaranya saat kecoak itu merayap dipermukaan celananya.
"Kan mode speaker Mah.." Dalam keadaan tegang luar biasa, Hazel melirik kearah lemarinya, 'Tuh cowok kenapa ngeluarin suara sih?!' Ghea mengikuti arah ekor mata Hazel kemana, dia jadi curiga dengan gelagatnya. Ada sebuah suara juga yang bersumber dari sana.
Ghea melangkah masuk lebih dalam, sekali lagi mata Hazel dibuat membelalak sempurna, dengan kelimpungan dia menyusul langkah Mamanya. "Mah, Mama ngapain?"
"Bentar, tadi jelas-jelas ada suara laki-laki dari sini. Apa jangan-jangan kamu menyembunyikan sesuatu dari Mama?"
"Enggak ada Mah!" Kilahnya. Dengan jantung yang berdegup tidak karuan, tak tahu harus melakukan apa dalam situasi genting saat ini, Hazel hanya bisa menggigit ujung kukunya kalut melihat tangan Ghea sudah terangkat, bersiap menyentuh handle lemari. 'Tamatlah riwayat gue!'
Sujud syukur, ada bunyi deritan pintu yang mengurungkan niatnya. Secara serentak, mereka mengalihkan atensi kearah pintu mendapati Ferdi berdiri diambang pintu kamar Hazel.
"Ghea? kamu ngapain dikamar Hazel?"
"Ini Mas, mau memastikan sesuatu."
"Emang mau memastikan apa?"
"Itu loh, tadi aku dengar ada suara orang didalam sini."
Seraya melangkah kearah Ghea, pandangan Ferdi berpencar, menyapu penjuru ruangan kamar Hazel, terlihat kosong dan sepi. Tidak ada siapapun selain mereka bertiga disini. "Gak ada tuh. Kamu salah dengar kali."
"Gak Mas, aku gak mungkin salah dengar."
"Tahu tuh Pah! Hazel tadi teleponan sama temen, tapi Mama ngira Hazel ngurung cowok dikamar." Ujar Hazel membela diri.
"Tuhkan. Kamu tenang aja, Hazelnya kan udah bilang baru habis teleponan sama temennya, mungkin suara temennya diseberang sana yang kamu denger."
"Enggak Mas! aku dengernya dari sini. Bukan dari balik telepon." Ghea membantah keras perkataan sang Suami, Ferdi beralih merangkul bahu Ghea lantas menuntunnya keluar dari kamar Hazel.
"Udah, jangan terlalu overprotektif sama Hazel. Nanti dia bisa terkekang, kamu juga jangan berpikir yang macam-macam tentang Hazel. Gak mungkin dia bohong sama kita."
"Hazel, periksa jendela kamar kamu, pastikan tertutup semua." Pesan Ferdi disambut anggukkan patuh oleh Hazel.
Selama perjalanan menuju ke pintu, Ferdi mencoba untuk menenangkan Mama Hazel. "Kamu gak boleh kayak gini terus. Sebagai seorang Ayah juga aku paling mengerti penyebab kamu seperti ini, tapi jangan terlalu berlebihan dalam memperlakukan Hazel. Dia juga Gadis remaja yang sudah beranjak dewasa, butuh kebebasan."
Gadis itu menurunkan bahu lega setelah sosok kedua orang tuanya menghilang di balik pintu kamarnya. Dia mengelus-elus dadanya yang telah meringan setelah situasi tegang yang melanda beberapa detik lalu.
"Huh, untung saja.."
Menutup kembali pintu kamar Hazel, Ghea kemudian membuang napas berat. Detik ini, mereka berdua berdiri didepan pintu cokelat yang telah tertutup rapat.
"Aku tahu sikapku yang protektif, terlalu berlebihan. Tapi aku melakukan itu semua untuk kebaikan dia.. aku hanya gak mau kenangan kelam itu kembali terulang Mas.."
TBC...
Calix-nya brengsek, beda dari Papinya🙂
jadi bisa jedotin itu kepala calix yang konslet nya udah kelewatan
sama sikap dia yang overprotektif itu
mantep kak
semangat!!
kok ciwi ciwi pengen banget jadi pacarnya calix
iya ga zel? wkwk