🥉 Juara 3 lomba menulis novel Pembalasan Istri.
EKSLUSIF HANYA DI NOVELTOON, JIKA ADA DI TEMPAT LAIN BERARTI PLAGIAT. LAPORKAN!!
Sahara adalah wanita cantik dan kaya yang menikah dengan seorang pria bernama Rendi yang sudah 1 tahun berpacaran dan memutuskan untuk menikah.
Di pernikahan mereka beranjak 4 tahun, akhirnya Rendi di angkat menjadi CEO perusahaan papa Sahara karena selama menjadi pegawai di perusahaan papa Sahara Rendi sangat bekerja keras dan membuahkan hasil membuat papa Sahara mempercayai Sahara.
Setelah di angkat menjadi CEO, Rendi malah bermain di belakang Sahara dengan selingkuh bersama sekretaris papa Sahara yang kini menjadi sekretaris Rendi.
Mereka pun merencanakan sesuatu dari mulai membunuh kedua orang tua Sahara dengan cara membuat kedua orang tua Sahara mengalami kecelakaan di jalan raya dan meninggal di tempat.
Akhirnya Sahara pun di bunuh oleh Rendi dan selingkuhannya. Akan tetapi siapa sangka jika Sahara mendapatkan system' dan ia hidup kembali
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Sahara pun melahap makanannya hingga habis.
Setelah kenyang, ia pun menghadap laptopnya dan memeriksa laporan keuangan yang baru ia mendapat email dari manajer keuangan.
***
Tak terasa Sudan sore, para karyawan pun bersiap-siap untuk pulang.
Terlihat Rendi masuk ke ruangan CEO dan saat itu Sahara baru saja selesai mengerjakan tugasnya.
"Ayo kita pulang bersama," ajak Rendi.
"Oh, mengajak ku pulang ya? Tidak punya niat lain kan?" tanya Sahara menyengir.
"Aku kan suami mu, memangnya salah mengajak istrinya pulang bersama? Lagian mama juga suruh aku menemani mu," ucap Rendi mengalah.
"Oh, iya kah? Aku justru takut pulang bersama mu, aku ingin pulang sendiri saja, kau bisa pulang dengannya, lagian kalian yang lebih cocok jadi suami istri," ucap Sahara berlalu meninggalkan Rendi begitu saja.
Ruang CEO di kunci oleh Sahara dan pergi meninggalkan tempat itu.
Sahara pun masuk ke dalam mobil dan meninggalkan perusahaan.
Anna berdiri di samping Rendi dengan menatap kepergian Sahara.
"Ya sudah, karena dia sudah memberi kita waktu jadi ayo aku juga ingin mengatakan rencana ku yang belum aku katakan pada mu," ajak Anna.
Mereka pun masuk ke dalam mobil yang sama dan meninggalkan perusahaan.
"Jadi apa rencana mu?" tanya Rendi sambil menyetir mobil.
"Aku akan dekati Tuan Albazero, dengan begitu aku tau apa saja yang dia lakukan bersama Sahara. Atau mungkin kita bisa mendapatkan informasi yang berguna," ucap Anna.
"Kau yakin melakukan itu?" tanya Rendi khawatir.
"Tentu saja aku yakin," jawab Anna tersenyum.
"Tapi bagaimana jika kamu malah menyukainya?" tanya Rendi.
"Tidak akan, aku hanya mencintai mu," ucap Anna membelai pipi Rendi, dan Rendi pun tersenyum.
'He-he-he, jika Albazero memang mencintai ku aku lebih baik pergi bersamanya saja, kau belum tentu menjadi CEO karena sekarang Sahara sudah mengambil alih, sedangkan Albazero sudah jelas menjadi CEO,' batin Anna tersenyum.
"Janji ya, aku nggak mau kamu mencintai orang lain selain aku, kita harus berjuang bersama untuk mendapatkan aset perusahaan Sahara, ayo kita buat rencana," ucap Rendi.
Sesampainya di rumah Sahara pun masuk ke dalam rumah.
"Kau pulang sendiri Sahara? Di mana Rendi?" tanya Nyonya Mila yang sedang duduk di sofa sambil memakai masker dan menonton TV.
"Ma, aku jangan tanyakan tentang dia, aku sungguh tidak ingin mendengar nama itu," ucap Sahara berjalan melingkarkan tangannya di leher sang mama dan mencium pipinya dengan cinta kasih seorang anak.
"Kenapa memangnya? Bukannya kau sangat mencintai Rendi?" tanya mama heran.
Sahara menarik nafasnya. "Aku tidak bisa jelaskan sekarang, tapi ada masanya kalian juga bakal tau kok. Ya udah Ma, aku mau mandi dulu," ucap Sahara berdiri lalu berjalan menuju anak tangga.
"Ya sudah, Mama akan suruh Bibi untuk mengantarkan mu makan malam di kamar mu ya," ucap mamanya.
"Iya Ma, terima kasih," ucap Sahara naik ke arah anak tangga menuju kamarnya.
Sahara masuk ke dalam kamarnya dan ia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket oleh keringat.
Setelah mandi, Sahara mengganti pakaiannya.
Ia duduk di sisi ranjangnya dan melihat kotak brangkasnya.
"Surat ini meskipun di simpan dalam brangkas, Rendi pasti punya cara untuk membukanya, aku harus simpan ke mana ya?" tanyanya sambil membuka brangkas tersebut.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi Nona, saya mau antar makanan." terdengar suara bibi dari balik pintu.
Sahara berdiri dan membuka pintunya. "Masuk Bi," ucap Sahara kepada pembantunya.
Bibi masuk ke dalam dan meletakkan makanan di atas meja.
"Bibi permisi dulu ya Non," ucap bibi sopan.
"Iya." angguk Sahara.
Sahara kembali menutup pintunya dan menguncinya. Ia memegang surat-surat penting tersebut.
"Coba aku lihat di system', ada apa aja ya?" tanya Sahara.
[Klik di sini untuk membuka]
[Klik]
Sahara melihat isi dalam systemnya dan ia melihat sebuah gambar ruangan. Ia pun mengkliknya.
[Ruang penyimpanan]
"Wah, ternyata ada yang begini juga rupanya, kalau begitu, aku akan simpan di sini saja," ucap Sahara.
Ia mengambil semua suara-suara itu dan memasukkan ke dalam system'.
"Apakah penyimpanan ini ada batasannya?" tanya Sahara.
[Tidak, penyimpanan ini tanpa batas]
"Apa penyimpanan ini ada batas suatu benda?" tanya Sahara lagi.
[Tidak, ruang penyimpanan ini bisa menyimpan benda apa pun, sekali pun Nona ingin menyimpan bus, ruang penyimpanan akan tetap menampungnya]
"Wah, ini sangat luar biasa sekali. Aku benar-benar beruntung mendapatkan mu," ucap Sahara mengangguk-angguk.
"Nilai pesona ku sudah meningkat, jangan bilang Albazero terpesona dengan ku?" tanya Sahara sambil tertawa kecil.
Tok! Tok! Tok!
Pintunya kembali di ketuk.
Sahara berdiri dan membuka pintunya, terlihat Rendi ada di depan kamarnya.
"Oh, kau masih ada niat buat ke sini?" tanya Sahara.
"Mau bagaimana pun kau masih istri sah ku, jika aku pergi meninggalkan mu, apa kata orang-orang," ucap Rendi.
"Ck! Siapa peduli tentang itu! Kau bahkan tidak menganggap ku sebagai istri, tapi Anna yang kau anggap sebagai istri," ucap Sahara tertawa mengejek.
untuk ketegasan aku setuju, tp tegas bukan berati kasar.