Sahara, si arwah penasaran yang sekarang sudah menjadi pendamping keluarga Darmawan masih harus terus berperang melawan para jin dan manusia yang masih ingin mengganggu keluarga itu.
Tapi sekarang dia tidak hanya di temani Rukmini atau Gandra saja, ada dua anaknya yang merupakan algojo yang mendampingi Dimas dan Kania yang terikat perjodohan darah. mereka adalah Argadana dan Anggadana.
Bintang dan Galuh juga masih terus membantu anak anak mereka agar bisa hidup dengan tenang dalam masa penyatuan perjodohan itu.
mampukah Sahara dan kedua anaknya melindungi keluarga Darmawan terutama Dimas dan Kania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sahara marah
"Am.. Ampuni aku, aku akan mencabut semua pelet milikku pada non Alisha, tapi aku mohon lepaskan aku" lirih Danang bersujud di depan Sahara
"Hihihihi.. Kamu kalau mau shalat itu di masjid, kamu tidak perlu repot repot menghilangkan pelet itu, pelet itu sudah di musnahkan anak anakku" jawab Sahara
Bruk.
"Akkhh.. Kakiku! Tolong! Tolong aku!" teriak Danang yang di tendang Sahara sampai terpental ke depan pintu kamarnya yang terkunci.
"Hihihi.. Ruangan ini kedap suara, kita aman Danang sayang, mau pakai gaya apa? Gaya helikopter atu gaya baling baling bambu?" tanya Sahara
"Tidak! Aku tidak tidak mau, aku tidak mau melakukan itu dengan kamu! Pergi sana, tolong lepaskan aku!"
"Hiks.. Kenapa memangnya? Sahara kan cantik, body Sahara juga bagus, tuh lihat, punggung Sahara juga cantik" ucap Sahara berbalik dan memperlihatkan punggungnya yang bolong sampai ke perut, semakin membuat Danang takut, padahal itu hanya ilusi yang di lihat Danang.
"Ampun, ampuni aku, aku akan pergi dari sini dan tidak akan kembali lagi, tapi aku mohon ampuni aku" lirih Danang
"Ish... Sahara itu tanya mau gaya apa malah teriak teriak nggak jelas" kesal Sahara mengangkat tubuh Danang sampai melayang ke atas plafon kamarnya.
"Aakhh tolong ampuni aku aku kapok!" teriak Danang bahkan sudah kencing di celananya
Bruk.
"Ihh jorok! Baju Sahara jadi kotor dan bau, ini itu kostum agustusan Sahara nanti, malah jadi kotor, kamu harus belikan Sahara baju baru! eh.."
Sahara yang tadinya marah malah jadi terkejut dan berjongkok karena Danang sudah terkapar dengan mata melotot dan juga kepala mengeluarkan banyak darah. Rupanya dia terbentur ujung meja yang ada di kamarnya saat Sahara menghempaskan tubuhnya ke belakang.
"Aduh Sahara nggak sengaja, bagaimana ini, kamu Sahara makan saja ya supaya tidak ketahuan, nanti Sahara di marahi Dimas karena bunuh orang" bisik Sahara di telinga Danang yang sudah tidak bernyawa
Sahara merubah dirinya ke wujud aslinya dengan pakaian merah dan juga mata yang hitam legam, bibirnya juga hitam dengan gigi taring panjang di setiap sisinya kukunya memanjang sampai ke lantai dn jangan lupakan rambutnya yang sekarang berubah menjadi putih.
"Bau darah... Ini akan menambah ilmuku..." gumam Sahara membuka mulutnya lebar lebar
Grep.
"Ibunda jangan, itu tidak baik untuk ibunda, jangan makan dia, ayo kita keluar" bujuk Argadana menepuk pundak Sahara
"Pergi! Siapa kalian!" bentak Sahara
"Ibunda ini kami" ucap Anggadana mendekati Sahara
"Ggrrrrr... Aku tidak mengenal kalian! Tapi kalian sepertinya kuat dan bisa aku makan untuk menambah kekuatanku, aku bisa bebas setelah ini" ucap Sahara yang suaranya sudah menggeram sekarang.
"Ibunda, kami anak anakmu" ucap Argadana
Bruk. Bruk.
Sahara mendorong Argadana dan Anggadana dengan kencang sampai mereka terjatuh ke lantai.
"Ibunda kenapa? Kenapa ibunda berubah begini?" tanya Argadana khawatir
"Panggil Ayahanda dan nenek" ucap Anggadana berdiri dan memegangi Sahara yang akan memakan jasad Danang, sementara Argadana keluar untuk memanggil Gandra dan Rukmini.
"Hiks.. Ibunda, Angga tidak mau melawan Ibunda, itu berdosa jadi tolong ibunda berhenti" bujuk Anggadana
"Lepaskan aku anak kecil! Jangan menggangguku! Aku sedang lapar!" bentak Sahara
Brak.
"Sahara!"
Gandra terkejut karena Sahara sudah berubah sama seperti saat dia melahirkan dua anaknya dulu dan saat Sahara kehilangan kendali melawan kuyang belasan tahun lalu.
"Gandra segera pagari Sahara, dan Angga bawa mayat itu keluar dari sini" perintah Rukmini mengeluarkan tasbih miliknya dan mengalungkan itu pada Sahara
"Hhhrrrr... Apa yang kamu pakaikan padaku nenek tua! Lepaskan benda ini!" bentak Sahara yang lehernya sudah berasap.
"Panass!"
"Sahara dengarkan aku, kembalilah dan aku mohon jangan berubah lagi, apa yang terjadi padamu" bisik Gandra di telinga Sahara
"Pergi! Aku lapar! Aku ingin makan!" teriak Sahara menendang Gandra tapi tidak membuat Gandra terjatuh ataupun mundur, dia tetap menahan Sahara dengan tubuhnya agar Sahara tidak berontak.
"Sepertinya terjadi sesuatu pada Sahara yang membuatnya kehilangan kendali lagi" ucap Hala juga ikut memagari Sahara
"Mungkin Ibunda merasa bersalah nek, karena membunuh orang itu, Ibunda kan sudah tidak pernah membunuh orang lagi, hanya menakuti mereka saja" ungkap Argadana
"Benarkah itu Sahara, dengarkan aku, itu bukan salahmu, itu tidak di sengaja, pasti kamu tidak sengaja melakukan itu" ucap Gandra di telinga Sahara
"Lepas aku harus memakannya!" teriak Sahara mendorong Gandra sampai terjatuh. Kekuatan Sahara memang dua kali lipat lebih besar saat dia hilang kendali, dan Gandra tidak akan mampu menahannya, begitupun Rukmini dan Hala.
"Sahara! Kamu mau apa?" tanya Dimas yang masuk ke sana bersama Galuh
Mata Sahara mulai menatap Dimas, dia menunduk karena Dimas menatapnya tajam, bahkan Sahara mundur ke arah darah Danang yang tercecer di lantai, menutupi itu agar Dimas tidak melihatnya.
"Aku sudah melihatnya Sahara, tatap mataku" ucap Dimas tapi Sahara tidak mengangkat wajahnya
"Sahara kamu sudah tidak menghormatiku!" ucap Dimas dan Sahara mendekatinya dengan ragu
"Apa ini, kamu berubah jahat lagi?" tanya Dimas dan Sahara menggelengkan kepalanya
"Lalu apa ini?"
"Kamu jelek kalau begini, mana Sahara yang manis dan cantik?"
"Hhrrrrr"
Sahara kembali menggeram karena merasa tidak suka di bilang jelek oleh Dimas, bahkan kembali mundur karena merasa marah.
"Kamu tidak mau kan kalau aku melihatmu dengan wujud aslimu ini, kenapa sekarang begini"
"Sini aku peluk, aku tidak mau kamu seperti ini Sahara" bujuk Dimas mendekat tapi Sahara mendorongnya
"Akhh, Sahara kamu tega sekali mendorong pacar kamu ini, kamu mau putus?" tanya Dimas meringis
Dia hampir terbentur tembok kalau Gandra tidak menangkapnya karena kuatnya Sahara mendorong Dimas.
"Sahara kamu harus tenang" bujuk Galuh
"Sahara kita jalan jalan ya ke pasar gaib" bujuk Gandra tapi Sahara tetap menggeram
"Aku akan cari pacar baru kalau kamu seperti ini Sahara, si Kunti yang di pohon pak RT Karman sepertinya Cantik" ucap Dimas
"Dia jelek, bibirnya Jontor" jawab Sahara
"Tapi kamu mendorongku tadi padahal kamu paling suka kalau aku peluk" ucap Dimas
"Gandra juga cari istri baru saja, anak anak kamu biar di rawat ibu tiri" ucap Dimas membuat mata Sahara berubah kembali ke semula dengan mata ungu miliknya.
"Memangnya kamu tega pada anak anak manis ini Sahara, mereka akan di rawat ibu tiri jahat, pelayan yang ada di kerajaan Gandradana" ucap Rukmini karena Sahara mulai kembali berubah dengan rambutnya yang kembali hitam
"Sstttt"
"Kamu bukan ular kenapa mendesis, mungkin desisan itu bisa di dengar di kamar kamu dan Gandra saat dia malam pertama dengan istri barunya nanti" ucap Dimas
"Hiks.. Ibunda, Arga dan Angga tidak mau punya ibu tiri, nanti kami di rebus di kuali dan jadi dodol genderuwo mini" rengek Argadana malah membuat Dimas menahan tawanya
"Gandra, sundel bolong yang di kebun pak Burhan kan cantik ya" bisik Dimas tidak pelan sama sekali
"Tidak boleh! Kalian tidak boleh cari istri dan pacar baru! Anak anak Sahara juga jangan cari ibu tiri, Sahara nanti goreng ibu tirinya dan pacar baru kalian!" pekik Sahara yang sekarang sudah kembali normal.
"Kalau begitu peluk dulu, jangan ulangi lagi apa yang terjadi ini ya" ucap Dimas mendekati Sahara tapi Sahara mundur lagi
"Kenapa?" tanya Gandra, Dimas, Rukmini dan Hala
"Hiks... Huaaaa baju baru Sahara kena pipis si Danang tadi, makanya Sahara banting dia dan dia mati, karena Sahara takut Dimas marah jadi Sahara mau menghilangkan barang bukti dengan cara di makan" jawab Sahara berguling guling di lantai sementara yang melihatnya hanya tepuk jidat.
"Kanibal memang Sahara ini" cibir Galuh
semangat othor/Determined/