Melinda dan Rauf sudah menikah selama tiga tahun, tetapi sampai saat ini belum juga di karuniai seorang anak. tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, hingga membuat Tini-- Ibu mertuanya meminta Rauf-- putranya untuk menikah lagi.
"nak, menikalah dengan Sintia tanpa sepengetahuan istrimu!"
bagai disambar petir disiang hari, membuat tubuh Rauf terdiam kaku dengan perasaan yang gelisa. permintaan itu benar benar membuat Rauf dilema. disisi lain dirinya tidak ingin menduakan istrinya, tetapi disisi lain Rauf juga sulit untuk menolak permintaan sang ibu.
lantas, bagaimana kelanjutannya? apakah Rauf akan mengikuti ucapan ibunya? jika iya, lalu bagaimana nasib Melinda? serta, bagaimana perasaan Melinda setelah tau jika suaminya akan menikah lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
karena bapanya melinda, sudah sangat marah ke pada rauf, yang sudah mengecewakan melinda, maka bapaknya melinda ingin menelpon rauf, untuk memarahinya lewat telpon.
"sudah lah, pa, to melinda juga tidak apa-apa, biarkanlah melinda yang akan menyelesaikan masalah rumah tangganya dengan rauf, ibu yakin, melinda kuat, dan bisa melewati semua ini." ucap ibu siti kepada suaminya pak mahmut.
"tapi bu, bapa tidak tega, melihat anak bapa di perlakukan seperti ini." ucap pak mahmut.
"sudah, sudah lah ayo, kita istirahat saja, kelihatannya bapa cape." ucap ibu siti.
"melinda, kamu juga istirahat ya, jaga kandungan kamu, kalau ada masalah lagi, kamu cerita sama ibu ya, jangan kamu simpan sendiri." ucap ibu siti kepada melinda
dan ibu siti, pak mahmut, dan melinda, mereka sudah pergi dari ruang tamu, dan langsung istirahat.
sementara di kantor, rauf masih mencari tahu, tentang bantuan dana ke perusahannya, karena rauf merasa berhutang budi kepada mereka.
hari sudah sore, dan rauf bergegas untuk pulang ke rumahnya, tidak lama kemudian, rauf sampai di rumahnya.
"assalamualaikum.. bu.." ucap salam rauf kepada ibunya,
"waalaikum salam.. masuk saja rauf, pintunya tidak di kunci." ucap ibu tini.
rauf langsung masuk, dan mencium tangan ibunya, yang berada di ruang tamu, sambil menonton tv. dan rauf juga ikut duduk, di ruang tamu bersama ibunya.
"bagai mana ke adaan perusahan kita rauf.?"
tanya ibu tini kepada rauf.
"sudah jauh lebih baik dari sebelumnya bu." ucap rauf.
"alhamdulillah, kalau begitu." ucap ibu tini.
" tapi, rauf masih penasaran bu, dengan perusahan yang membantu kita." ucap rauf.
"iya ya, ibu juga penasaran, siapa kira- kira yang berbaik hati membantu perusahan kita."
ucap ibu tini kepada rauf.
"ya, itu lah bu, rauf masih penasaran." ucap rauf.
"rauf, kenapa kamu tidak utus orang kamu, untuk mencari tahu semua ini.?" tanya ibu tini.
"sudah bu, rauf sudah mengutus anton, untuk menyelidikinya, tapi sampai sekarang, belum juga ada kabar." ucap rauf.
" ya, sudahlah, kamu makan sana dan istirahat.
rauf langsung pergi ke kamarnya, untuk mandi, Sehabis mandi, rauf langsung ke meja makan, dan makan, setelah makan, rauf istirahat di kamarnya.
hari sudah malam, tiba-tiba ponsel rauf berbunyi,
dan rauf langsung mengambil ponselnya, dan rauf melihat sintia yang telpon.
"halo.. " ucap rauf di telpon.
"halo mas. . kamu kapan ke rumah sintia.
sintia sudah kangen sama mas, anak kamu juga di perut sudah tanya-tanya bapaknya." tanya sintia di telpon kepada rauf.
"maafin mas, mas belum bisa ke rumah kamu, masih ada urusan di kantor." ucap rauf di telon.
"tapi, mas harus adil dong, sudah seminggu mas belum ke rumah sintia, mas hanya berduaan dengan melinda, sintia juga kan istri mas." ucap sintia.
"mas adil kok, selama ini melinda tidak tinggal sama mas, melinda tinggal di rumah ibunya," ucap rauf.
" bagus dong, kalau melinda tidak tinggal di rumah mas lagi, berarti sintia bebas dong, mau ke rumah mas." ucap sintia.
"tidak sintia, kamu kan sudah di belikan rumah sama ibu.
sedangkan melinda tidak, jadi kamu tidak berhak, tinggal di rumah aku." ucap rauf.
"tapi mas, aku ini kan istri kamu." ucap sintia.
"melinda juga istri aku, dan hanya melinda yang berhak tinggal di rumah aku." ucap rauf.
"mas keterlaluan sama aku, aku ini sedang mengandung anak kamu, jadi aku butuh kasih sayang, dan butuh mas di samping aku."
ucap sintia.
" melinda juga, mengandung anak aku, dan melinda juga butuh kasih sayang dari aku, tapi melinda tidak seperti kamu, inginnya aku di samping kamu." ucap rauf kepada sintia.
"mas keterlaluan, pokoknya sintia mau mas pulang ke rumah aku." ucap sintia.
rauf tidak lagi menjawab perkataan sintia, dan rauf langsung mematikan ponselnya.
"halo.. halo.. rauf.. ah. " ucap sintia sambil melempar ponselnya di tempat tidur.
sintia sangat marah, karena rauf langsung mematikan ponselnya.
sintia di rumahnya, tidak tinggal sendirian. semenjak ibu tini mengetahui kehamilan sintia, ibu tini mengutus pembantu untuk beres-beres di rumahnya sintia.
yang bernama bibi ros, dan untuk menjaga sintia, karena sintia sedang hamil.
" bibi... ambilkan sintia air minum." ucap sintia kepada bibi ros.
" iya non." jawab bibi ros dari dapur.
dan bibi ros langsung mengantar kan air minum, kepada sintia yang berada di kamarnya.
" ini non, air minumnya." ucap bibi ros sambil memberikan air minum kepada sintia, yang lagi emosi dan kesal kepada rauf.
dan tidak sengaja, di saat bibi ros memberikan minuman kepada sintia, gelasnya jatuh, dan airnya tumpa di bajunya sintia.
sintia langsung emosi, dan membentak bibi ros.
" bibi...kamu sengaja ya." ucap sintia dengan marah.
"maaf.. maaf.. non. bibi tidak sengaja non." ucap bibi ros, sambil meminta maaf ke pada sintia.
sintia langsung mendorong bibi ros, sampai terjatuh.
"keluar kamu dari kamar ku." ucap sintia kepada bibi ros.
"baik lah non, maafin bibi ya." ucap bibi ros sambil menangis, dan langsung keluar.
hati sintia, tidak selembut melinda, yang anggun, dan selalu sopan kepada orang yang lebih tua.
sementara rauf di kamarnya, lagi memainkan laptop, karna dia masih mencari data- data tentang perusahannya, rauf berharap, bisa menemukan informasi, dari data- data yang ada di laptop.
hari sudah makin larut, rauf belum juga menemukan informasi dari laptopnya, dan rauf sudah merasa ngantuk, dan cape,
rauf langsung menutup laptopnya, dan tidur.
hari sudah pagi, dan rauf sudah siap-siap untuk ke kantor, dan seperti biasa, ibunya rauf sudah menyediakan sarapan pagi.
rauf mendekati meja makan, dan ibu nya memanggil rauf.
"rauf, mari sarapan dulu, bersama ibu." ucap ibu tini.
" iya bu." ucap rauf sambil duduk.
tiba-tiba ponsel rauf berbunyi, rauf langsung mengambil ponselnya yang ada di saku celananya, dan rauf melihat anton yang telpon.
"halo.. pak. " ucap anton di telpon.
" halo. anton ada apa? apa kamu sudah mendapat informasinya.?" tanya rauf.
"iya pak. saya sudah mendapat informasinya, dan bapak cepat ke kantor, kita bahas ini di kantor." ucap anton.
" iya.. iya. sekarang juga saya ke kantor." ucap rauf di telpon. dan rauf merasa senang mendengar nya.
"ada apa rauf ? siapa yang barusan telpon.?" tanya ibu tini kepada rauf.
" tadi anton yang telpon bu, katanya dia sudah mendapat informasi, tentang perusahan yang menyalurkan dana ke perusahan kita." ucap rauf kepada ibunya.
" apa, anton sudah mendapatkan informasi.?"..