NovelToon NovelToon
Istri Tertukar Tuan Anres

Istri Tertukar Tuan Anres

Status: tamat
Genre:Pengganti / Percintaan Konglomerat / Tamat
Popularitas:175.2k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

Memiliki suami tampan, kaya dan mapan, serta hidupnya diratukan, adalah impian semua perempuan. Seperti Elena yang tiba-tiba berubah menjadi Elea, istri dari Anres Alvaro Tanujaya, serta ibu dari si cantik Arabella. Hidup Elena pun berubah bak seorang ratu dari negeri dongeng.


Tapi, bagaimana jika semua itu hanya pinjaman. Bagaimana jika satu saat pemilik sahnya datang, dan meminta kembali semua yang sudah dipinjamkan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 09

"Nyonya, hari ini mas Edward tidak bisa datang. Dia menyuruh saya mengantarkan sarapan dan sekaligus obatnya tuan Anres ke kamarnya," ucap Ranti. Ia memberitahukan hal itu saat Elena sedang menemani Arabella sarapan.

"Kerjakan saja tugas itu, Ranti," sahut Elena karena ia pikir Ranti mungkin sedang meminta izin darinya--selaku istri Anres--sebelum masuk ke kamar itu. Ralat, selaku pemeran istri Anres.

"Saya sudah mengetuk pintu kamar tuan Anres, dan tidak ada jawaban," kata Ranti lagi.

"Mungkin dia masih tidur." Elena membuat kemungkinan sendiri yang membuat Ranti saling pandang dengan Indah.

Melihat kedua asisten itu saling bertukar tatapan, Elena merasa mungkin sudah ada yang salah dengan ucapannya. Mungkin saat ini, Anres sudah bangun. Atau lebih tepatnya, pada jam segini, bukan waktunya lagi, pria Tanujaya itu masih tidur. Dan ia telah salah dengan membuat penilaian kalau Anres masih tidur. Elena diam-diam menghela napas.

Padahal yang sebenarnya, baik Ranti atau pun Indah tak ada yang tahu, kapan jam tidur Anres, dan dan pada jam berapa pula lelaki itu terbiasa bangun. Karena setelah mengalami kebutaan, Anres memang tak pernah keluar kamar. Ia berkeliaran di luar kamar seperti yang ditemui Elena semalam hanya di saat seluruh penghuni rumah sudah tidur. Atau hanya saat mendengar tangisan Arabella, bila pengasuhnya sudah kewalahan menghadapi anak itu. Dan atas semua hal tersebut, tentu saja Elena tidak tahu.

"Apa aku harus melihatnya ke sana?"

"Sebenarnya itu yang saya mau, Nyonya," jawab Ranti.

"Kenapa tidak langsung ngasih tau saja?"

"Takut, Nyonya kurang berkenan."

Jawaban dari Ranti itu membuat Elena sedikit mengerutkan keningnya yang licin, tanda sedang berpikir.

"Apa aku memang jarang pergi ke kamarnya, Anres?" tanyanya.

"Nyonya masih bertanya pada kami?" celetuk Indah, yang segera mendapat sentilan kecil di pundaknya dari Ranti. Satu isyarat diberikan oleh asisten Elea itu pada wanita tersebut, membuat Indah segera mengatupkan mulutnya rapat.

"Selama ini, hanya mas Edward saja yang diperkenankan tuan Anres ke sana, Nyonya. Sesekali juga dokter Hangga."

"Kalau aku?" tanya Elena cepat dengan raut wajah heran. Ia mengabaikan kemungkinan kalau dirinya akan ditertawakan oleh dua orang asisten tersebut dengan bertanya demikian.

Ranti menggeleng.

"Artinya, Anres juga tidak memperbolehkan aku ke sana?"

"Hal itu, kami tidak tahu pasti. Bisa jadi, tuan Anres memang melarang, atau justru, Nyonya sendiri yang tidak berkenan."

"Baiklah, aku paham." Elena mengangguk kecil. Ia memutuskan untuk mendapatkan sendiri jawabannya dengan pergi ke kamar Anres.

Wanita itu terlebih dahulu pamit pada Arabella sebelum meninggalkan batita cantik itu di sana, bahkan ia juga sempat mengajak Abel untuk turut serta ke kamar sang papa. Akan tetapi anak itu menolaknya.

"Ini sarapan dan obat yang harus dikonsumsi tuan Anres, Nyonya." Ranti menunjuk pada meja kecil yang terdapat tudung saji di atasnya. Ranti memang meninggalkan meja yang dilengkapi roda untuk bisa didorong tersebut di depan pintu kamar Anres.

Elena hanya mentap sekilas, setelah itu ia kembali mengamati pintu kamar Anres yang terletak di bagian paling ujung dari koridor di lantai bawah. Keraguan sangat besar menyelimuti jiwanya, tapi, diangkatnya tangan untuk mengetuk pintu itu. Tok. Tok. Tok.

Tiga ketukan, Elena diam untuk menunggu reaksi dari dalam.

Senyap, bahkan angin pun seakan enggan memperdengarkan suara. Aura dingin dan beku memang menguar kuat hanya dari depan pintu. Terasa jelas bahwa tak ada kehangatan dari balik pintu kamar di depannya.

Sekali lagi, Elena mengetuk pintu disertai pemberitahuan, "Anres, ini aku."

"Elea?" Suara Anres dari dalam kamar.

"Iya," sahut Elena seraya saling tatap dengan Ranti yang nampak menghela napas lega.

"Masuk!" Perintah singkat dari dalam sana.

Suasana kamar cukup gelap, tak ada satu pun lampu yang menyala. Gorden jendela yang juga berwarna abu gelap, masih tertutup rapat, sehingga sangat minim cahaya yang terlihat. Meski sang matahari sejak tadi sudah menapak.

Elena memerhatikan seluruh ruangan dengan memasang mata tajam. Sepi. Tak ada satu pun orang. Padahal sangat jelas ia mendengar suara Anres barusan.

"Anres." Wanita itu memanggil pelan.

Hening tak ada jawaban. Bahkan karena begitu heningnya, Elena hanya mendengar deru napas dan denyut jantungnya sendiri saja.

"Anres, kau di mana?" Sekali lagi ia memanggil sambil memindai seluruh ruangan.

Masih hening, belum ada perubahan.

Wanita itu mengayun langkah menuju pembaringan yang dalam keadaan tidak rapi. Matanya memindai dengan jeli, seraya bersikap waspada. Tapi, hanya ada bantal dan bed cover yang tergeletak tak rapi di sana. Tak ada sosok manusia tampan bernama Anres Tanujaya yang sedang dicarinya.

"Anres jangan bikin aku khawatir," ucap Elena lirih. Ia benar-benar merasa khawatir, entah karena hal apa, kala sudut matanya tak menemukan sosok Anres dalam kamar luas yang minim cahaya. Hingga,

"Tunggu sebentar, Elea. Aku di kamar mandi."

"Ohh." Barulah Elena bisa bernapas lega. Wanita itu segera merapikan tempat tidur Anres, kemudian duduk sebentar di sisinya dan sesaat masih mengamati penampakan kamar yang didominasi warna abu gelap. Anres seperti ingin menunjukkan kegelapan hatinya, dari peraduan yang biasa ditempatinya.

Beberapa saat kemudian Elena melangkah ke arah gorden dan membukanya. Kamar yang semula temaram, kini mulai benderang dengan cahaya dari luar.

Elena masih sejenak menatap ke luar jendela, tepatnya pada beberapa tanaman di atas pot-pot kecil yang berjejer rapi. Merasa mengenali salah satu jenis tanaman itu, Atalia kian merapat pada jendela untuk melihat dengan seksama.

Krukk

Terasa kakinya hampir menginjak sebuah benda yang menggelinding di atas keramik. Sebuah botol kecil, yang lagi-lagi kembali memantik perhatian Elena dengan seksama. Ia meraih botol kecil tersebut, yang merupakan botol bekas obat.

Benzodiazepin. Midazolam.

Keningnya mengerut dalam saat membaca tulisan yang terdapat pada label botol kecil. "Apa Anres memakai ini?" tanyanya dalam hati. Dan seiring itu, sekian tanda tanya pun memenuhi ruang otaknya.

Hingga.

"Kau membuka kelambu?" tanya Anres dengan tiba-tiba.

Elena kaget. Pasalnya ia tak menyadari kehadiran Anrres, yang tiba-tiba saja terlihat berdiri di samping peraduan. Lelaki itu terlihat mengenakan kemeja berlengan pendek, dan celana selutut dari bahan denim. Terlihat jauh lebih muda, dan jauh lebih tampan. Elena tiba-tiba saja membayangkan setampan apa Anres, segagah apa lelaki itu bila sedang memakai setelan jaz. Tapi, abaikan dulu tampilan Anres yang lagi-lagi membuat terpukau Elena. Karena ada satu hal lain yang lebih menjadi perhatian wanita itu.

"Anres, kau tahu kalau aku membuka gorden?" tanya Elena. Lelaki itu tidak bisa melihat, tapi nyatanya ia tahu kalau Elena sudah membuka gorden kamarnya, yang selama ini ia biarkan tertutup, ketika hanya berteman dengan kegelapan saja.

"Aku masih bisa melihat cahaya." Anres lalu mendudukkan diri di tepi peraduan king sizenya.

Elenaa mengangguk paham. Jawaban itu bisa diterima akal. Karena dari cerita Edward, lelaki itu memang tidak buta total. Ia pasti masih bisa melihat cahaya, walau kondisinya semakin memburuk belakangan. Karenanya, Anres masih punya harapan sembuh dengan mendapatkan donor mata.

"Apa kau bisa melihat cahaya dengan jelas?" tanya Elena penuh rasa penasaran.

Sayangnya, lelaki itu hanya menjawab dengan memberikan gelengan singkat.

"Emm. Apa kau juga bisa melihatku?" Elena kembali bertanya, kali ini dengan suara pelan. Ada kecemasan yang hinggap, kalau-kalau lelaki itu ternyata diam-diam bisa melihatnya.

"Bisa."

"Hah?!" Elena sampai mundur satu langkah saat mendengar jawaban dari Anres itu. "Kau bisa melihatku?"

"Iya. Aku bisa melihatmu. Tapi tidak dengan mata."

"La-lalu?"

"Rasa."

"Oh."

Elena menarik napas lega. Setelah sebelumnya sempat merasa sangat kawatir atas pengakuan Andres yang bisa melihatnya. Ternyata ... tapi tunggu. Dia mengatakan bisa melihat dengan rasa, tidakkah itu mengandung makna yang tak sederhana. Dan,

"Rasa, atau perasaan apa bisa dibohongi?" Anres mengatakan hal itu dengan tatapan lurus mengarah pada Elena.

Dugg Dugg Dugg

Suara detakan jantung Elena sudah mengalahi bunyi bedug

1
Elisabeth Ratna Susanti
waduh kejedot tembok pasti sakit banget yaaakkkk
Micke Rouli Tua Sitompul
alea datang
YuWie
benar, semakin banyak manusia yg mengedepankan akal tapi mengabaikan hukum Tuhan. Aku sampai bayangkan, besokkk kedepannya 20 atàu 30tahun kedepan ketika anak2ku menjadi ibu akan semakin seperti apaaaaa kehidupan ini. Yg salah jadi terlihat benar dan semakin merajalela
YuWie
ahhh..untunglah klo edward tidak terlibat.
YuWie
lahhh edward tau semua...
YuWie
hedewwww..kakehan misteri...genre detektif kali ya..gak ada romantis nya blas
YuWie
polisi wae bingung, apalagi aku...suspect baru
YuWie
motif nya apa Damita..harta lagi, kurang banyaknya bagiannya
YuWie
owww, begituuu alurnya
Zahwa Putri Bunda
tetep.semangat terus untuk berkarya kak Najwa..aku suka sama cerita novel² kak Najwa...,💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻💞
Isti Qomah
ini Edward Wiliam bkn si kak,,
kalau dilihat dari crita awal ny si ada bawa2 bama Pramudya corp..
Mommy elle
makasih Najwa akhirnya cerita ini diselesaikan juga. memang tulisannya Najwa selalu memuat konflik yg berat tp di situ juga sebenarnya menariknya. karena seberat apapun konfliknya, penyelesaiannya selalu sangat memikat. semangat terus berkarya 💪💪💪
Liza Arjanto: baguuuusss ceritanya. sarat kesan moral. Trims author
total 2 replies
Deuis Lina
tapi nunggu lanjutannya anaknya mas damares atau babang erald kok d lanjutin kak nazwa
Najwa Aini: Iya, Kak. Mau dilanjutin juga
total 1 replies
Deuis Lina
keren pokonya endingnya,,
Najwa Aini: Matur Nuwwun kak
total 1 replies
andriya
ku tunggu karya selanjutnya kak Naj...
semangat ya...
Najwa Aini: Makasih ya Kak.
Karya baru udah ada..Hadir ya..
aku tunggu lhoo
total 1 replies
Deeha
bagus mrnarik ceritanya
kurnia rahayu
Luar biasa
Zahwa Putri Bunda
itulah tokoh² kak Najwa yg selalu mengedepankan sifat² yg positif pada tokoh utamanya....
HANAMI DEWATI
Luar biasa
Lastri Naila
bawangnya....aq bapeer
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!