"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 09
Tatatan Roger sangat lekat ke arah Nazura yang sudah tertidur lelap. Wajah wanita itu terlihat begitu teduh hingga membuat jantung Roger makin berdegup kencang ketika menatapnya. Tanpa sadar, Roger mendaratkan ciuman di kening Nazura. Cukup lama. Seolah menyalurkan segala perasaan yang ia miliki meskipun belum disadarinya.
"Hah!" Lelaki itu mengembuskan napas kasar lalu tidur terlentang dan menatap langit-langit kamar. Pikirannya melayang jauh dan teringat ucapan Nazura.
Ternyata, Nazura tidak berbeda jauh dengan dirinya. Justru wanita itu lebih beruntung. Jika wanita itu sudah ditinggal selamanya oleh kedua orang tuanya, sedangkan Roger masih memiliki orang tua lengkap, tetapi tidak diperhatikan sama sekali. Ia merasa dirinya seperti anak yatim piatu.
Jujur, walaupun ia memiliki harta yang banyak, tetapi itu tidak akan bisa membeli sebuah kebahagiaan.
Tidak ingin terlalu larut pada pikirannya sendiri, Roger pun memaksa matanya untuk terpejam. Sekadar beristirahat dari semua rasa lelah yang ia tahan.
Keesokan paginya, Roger kebingungan ketika bangun tidur, ia tidak mendapati Nazura di sampingnya. Dengan bergegas ia keluar dari kamar dan tempat yang pertama dituju adalah dapur. Namun, Roger tidak menemukan keberadaan Nazura sama sekali.
Roger mendadak cemas dan khawatir Nazura akan pergi darinya. Namun, ketika sampai di ruang depan, langkah Roger memelan ketika melihat Nazura sedang duduk di sofa, membelakanginya. Roger pun berjalan dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara karena ia ingin mendengar pembicaraan Nazura.
"Aku usahakan nanti, Bi. Nanti setelah gajian aku tetap akan memberikan uangku sebagian untuk Bibi." Suara Nazura terdengar lirih, tetapi masih didengar baik oleh Roger.
"Iya, Bi." Nazura terdiam sesaat mendengarkan Nety yang sedang berbicara dari seberang telepon. "Tidak, Bi. Mana mungkin aku memakai uang Tuan Roger. Aku masih punya malu." Suara Nazura terdengar ketus.
"Ya. Kalau sudah ada aku kirim." Nazura pun menyudahi panggilan itu.
Roger hendak berjalan mendekati Nazura, tetapi ketika melihat Nazura kembali menempelkan ponsel di samping telinga, membuat langkah Roger lagi-lagi terhenti dan lelaki itu menguping pembicaraan yang membuatnya penasaran.
"Hallo, Dev. Aku butuh bantuanmu sekarang." Nazura terdiam sesaat lalu terkekeh setelahnya. "Ya Tuhan, kamu tahu saja. Satu juta saja, nanti aku akan mengembalikan setelah gajian."
Tangan Roger terkepal erat. Mendengar pembicaraan itu membuat Roger paham apa yang sedang dibicarakan oleh Nazura.
"Terima kasih banyak, Dev. Kamu memang selalu bisa diandalkan." Nazura pun mematikan panggilan tersebut. Lalu mendes*hkan napas ke udara secara kasar.
"Kamu di sini?" tanya Roger. Mengejutkan Nazura hingga tubuh gadis itu terjengkit.
Wanita itu pun berbalik dan menatap gugup ke arah suaminya. Bahkan, ketika Roger berjalan mendekat, Nazura hanya bisa menunduk dalam.
"Kamu tidak membangunkanku?" Roger berbicara setengah ketus.
"Maaf, Tuan. Saya pikir Anda akan bangun siang karena sekarang hari minggu," sahut Nazura tanpa berani menatap suaminya.
"Aku mau jalan-jalan dan berbelanja. Sekarang kamu bersiaplah dan tidak perlu membuat sarapan. Kita makan di luar saja." Roger berjalan meninggalkan Nazura begitu saja.
Tanpa berbicara apa pun, Nazura pun mengekor di belakang suaminya. Ia juga akan bersiap-siap setelah ini.
***
Dengan sangat telaten, Nazura memilah-milih beberapa sayuran juga daging untuk persediaan di rumah, sedangkan Roger dengan setia mengikut ke mana pun kaki Nazura melangkah.
"Tuan, kamu lebih suka daging ayam atau sapi?" tanya Nazura. Mengejutkan Roger yang saat itu sedang melamun. Bukan melamun, tetapi lebih tepatnya menikmati kecantikan Nazura yang begitu alami.
"Apa saja aku suka. Bahkan, daging kerbau, unta sekalipun aku akan memakannya jika kamu yang memasak," ujar Roger begitu saja. Nazura pun hanya bisa melongo mendengarnya. Lalu memalingkan wajahnya yang sudah memerah.
Kenapa wanita ini justru tersipu seperti itu. Apakah aku salah bicara. Roger bergumam dalam hati.
suka nih peran cewe begini