NovelToon NovelToon
Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:24.1k
Nilai: 5
Nama Author: kelana syair( BE)

perjuangan seorang pemuda untuk menjadi lebih kuat demi meneruskan wasiat seorang pendekar terdahulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 Bau harum semerbak bunga Kantil

Matahari pagi itu sudah mulai naik tinggi, menerbangkan embun-embun yang menempel di dedaunan dan rerumputan. Kicauan burung terdengar merayap di telinga.

Di jalan pinggir hutan yang sepi, kereta kuda meluncur cepat menyapu jalan berdebu dan menerbangkan daun-daun kering. Sementara di belakang kereta, ada enam orang berkuda yang tampak gagah mengawalnya. Keenam orang itu semuanya memakai pakaian merah dengan ikat kepala merah. Di pinggang mereka terselip sebilah pedang panjang.

Sedangkan di dalam kereta, seorang wanita berumur belasan tahun duduk bersandar sambil menikmati perjalanan. Wanita itu mengenakan pakaian berwarna kuning dengan rambut diikat jadi satu ke belakang. Wajahnya bersih, sorot matanya tajam, serta mempunyai badan yang padat dan berisi.

"Hiya... hiya...! Cttarr... cttaar!" Si kusir berkali-kali mencambuk kudanya, sehingga dua kuda yang menarik kereta itu pun berlari semakin cepat. Kereta itu meluncur deras memasuki jalan menikung, namun mendadak si kusir buru-buru menarik tali kekangnya, membuat kedua kaki kuda depan mengangkat ke atas. Goncangan pun tak terhindarkan hingga gadis yang ada di dalam kereta itu hampir jatuh.

"Apa yang terjadi, Ki?" tanya gadis itu saat kereta sudah berhenti .

"Ada pohon besar roboh melintang memotong jalan, Nona," jawab si kusir.

"Oh, begitu," jawab sang gadis pendek, seakan tanpa masalah.

Enam orang pengawal lalu maju ke depan untuk melihat keadaan. "Nona, sebaiknya tetap di dalam. Kami akan segera menyingkirkan pohon itu," ucap salah satu ketua pengawal itu.

"Baiklah, cepat kalian singkirkan pohon itu," kata gadis itu mengiyakan sekaligus memberikan perintah.

Keenam orang pengawal tersebut segera mengeluarkan senjata untuk memotong pohon itu. Sedangkan si gadis menunggu dengan sabar di dalam kereta.

"Sungguh aneh perasaan. Tadi malam cuaca begitu cerah, tidak hujan maupun angin besar. Kenapa pohon besar ini bisa roboh?" celetuk salah satu di antara mereka.

"Kamu ini, memangnya pohon tumbang itu harus menunggu hujan dan angin besar? Kalau saatnya roboh, mau bagaimana lagi?" sahut temannya.

"Sudah, kalian berdua jangan banyak bicara. Sebaiknya fokus kerja supaya kita bisa cepat melanjutkan perjalanan," ucap sang ketua pengawal.

"Maaf, Ketua. Cuma heran saja," jawab salah seorang dari mereka.

Kedua orang tadi pun tidak banyak cakap lagi, takut kena teguran dari sang ketua.

Di saat mereka sedang serius bekerja, mendadak tercium harum semerbak bunga kantil di sekitar tempat mereka.

"Hai, kalian semua, apakah mencium bau wangi?" tanya sang ketua, menghentikan pekerjaannya.

"Benar, bau ini sangat harum dan wangi, Ketua," sahut bawahannya.

"Ini aneh, perasaan di sini tidak ada tumbuhan bunga. Kenapa bisa ada bau wangi seperti ini?" sahut yang lain.

Sang gadis yang ada di dalam kereta yang mencium bau wangi itu mendadak raut wajahnya langsung berubah.

"Wangi bunga kantil," desisnya.

Ia kemudian mendongakkan kepalanya keluar jendela untuk melihat para pengawalnya yang sedang bekerja.

"Hai, kalian semua, percepat kerja kalian!" teriak gadis itu, langsung merasa tidak tenang hatinya.

"Ada bau wangi harum sekali, Nona," sahut sang ketua pengawal.

"Sudah, abaikan saja. Fokuslah pada pekerjaan kalian!"ucap Gadis itu.

"Maaf, Nona. Pohon ini terlalu besar, mungkin butuh waktu agak lama. Tapi kami akan berusaha secepat mungkin untuk menyingkirkannya," jawab ketua pengawal.

Gadis itu dibuat was-was mencium wangi bunga kantil yang tiba-tiba datang. Bukan tanpa alasan kekhawatirannya, sebab menurut cerita yang beredar, munculnya wangi bunga kantil biasa pertanda tidak baik. Hal ini dikaitkan dengan kemunculan seorang pendekar wanita sesat yang mencari mangsa, atau lebih yang dikenal dengan Dewi Maut Penyebar Kematian.

Gadis itu menghela napas panjang dan berharap keadaan baik-baik saja. Dia kemudian mencoba bersikap tenang, duduk kembali di dalam keretanya.

Siapakah sebenarnya gadis itu? Gadis muda berwajah cantik berpakaian kuning itu bernama Sari Ningrum, anak seorang saudagar kaya dari Desa Rejo Sari yang bernama Darsiman.

Sari Ningrum bersama enam orang pengawalnya dalam perjalanan pulang dari kota setelah mengantarkan barang pada seorang langganan ayahnya. Karena saat ini ayahnya sedang sakit, sebagai anak tunggal, Sari Ningrum-lah yang terpaksa menggantikan tugas ayahnya itu.

"Hii... hi.. hi.. hi..!" Terdengar suara tawa secara tiba-tiba. Suara tawa itu sangat keras memekik telinga, sampai membuat telinga enam pengawal yang sedang bekerja itu kesakitan.

"Suara dari mana ini? Kenapa kuat sekali? Cepat tutup telinga kalian!" teriak sang ketua pengawal.

Namun suara tawa itu tak kunjung melemah walaupun mereka berenam sudah menutup telinga mereka rapat-rapat. Bahkan bertambah kuat membuat telinga mereka seperti ditusuk-tusuk jarum, karena terlalu kuatnya suara tawa itu sampai membuat hidung dan telinga mereka mengeluarkan darah.

Sari Ningrum yang ada di dalam kereta segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk meredam suara tawa yang memekik itu. Tapi suara tawa itu masih saja terdengar keras. Sari Ningrum berusaha sekuat mungkin untuk bertahan dari pengaruh suara tawa yang menusuk telinganya. Kusir kereta ambruk dengan telinga dan mulutnya mengeluarkan darah. Wajar saja karena kusir itu tidak punya kemampuan apa-apa.

Di luar, keenam pengawal pun mulai tergeletak meregang nyawa setelah gendang telinga mereka meledak, tak kuat menahan suara tawa yang menusuk telinganya.

Dengan langkah sempoyongan, Sari Ningrum menyambar pedang yang tergeletak di sampingnya, lalu keluar untuk melihat para pengawalnya. Gadis itu pun terkejut saat melihat mereka semua sudah jatuh terkapar dengan bersimbah darah di muka mereka.

Raut wajahnya semakin tegang, seketika bercampur marah melihat kejadian itu.

"Celaka!" ucapnya, lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari sumber suara itu.

"Tunjukkan siapa dirimu! Mengapa mengganggu perjalananku?" teriak Sari Ningrum sambil menahan tubuhnya supaya tidak jatuh.

Suara tawa itu pun kemudian mereda dan munculah sosok wanita bermuka pucat seperti mayat, berambut panjang dibiarkan terurai dengan gaun warna hitam, dan semerbak wangi bunga kantil semakin kuat.

"Hihihi... hihihi..." wanita itu tertawa. Namun tawanya kali ini tidak sekuat tadi, hanya tawa biasa.

"Kau siapa?" tanya Sari Ningrum setelah dapat berdiri normal karena pengaruh suara tadi sudah lenyap.

"Kau tidak tahu siapa aku, gadis manis? Hihihi... aku adalah Dewi Maut Penyebar Kematian," jawab wanita itu.

Sari Ningrum pun terbelalak. Tanpa sadar, ia mundur beberapa tindak ke belakang.

"Mau apa kau datang mengganggu perjalananku? Bukankah di antara kita tidak ada urusan?" tanya Sari Ningrum.

"Tentu saja kita ada urusan, gadis manis. Karena aku menginginkan tubuhmu yang mulus itu. Dengan tubuhmu yang masih sangat ranum dan kencang, aku bisa menggait lelaki mana pun yang aku mau untuk menambah kesaktianku, hihihi."

Jawaban Dewi Maut Penyebar Kematian membuat Sari Ningrum semakin tegang. Ia tidak rela jika tubuhnya diambil oleh wanita bermuka pucat di hadapannya.

"Kurang ajar! Kau pikir aku mau menyerahkan tubuhku begitu saja padamu?" bentak Sari Ningrum.

"Hihihi... kau jangan bodoh, gadis manis. Lebih baik menurut supaya aku tidak melukai tubuhmu," Dewi Maut Penyebar Kematian tertawa cekikikan.

Sari Ningrum yang semula tegang kini berubah marah. Ia memilih untuk melawan daripada harus menyerah begitu saja.

"Jahanam busuk kau, Dewi Maut Penyebar Kematian!" Sari Ningrum berkelebat menyerang perempuan sesat itu. Pedang di tangannya langsung mengincar tubuh wanita bermuka pucat. Namun wanita itu tiba-tiba lenyap saat tusukan pedang itu hampir mengenainya. Sari Ningrum buru-buru membalikkan badannya, tahu wanita tersebut sudah berada di belakangnya.

Pedang Sari Ningrum pun mendarat tepat di tubuh wanita itu, tapi anehnya tidak ada darah yang keluar dari perutnya. Hal itu membuat Sari Ningrum terkejut. "Apakah wanita ini mayat hidup?"batin Sari Ningrum.

"Hihihi... hihihi..." wanita itu malah tertawa cekikikan tanpa merasakan sakit sedikit pun. Sari Ningrum buru-buru mencabut pedangnya dan mundur beberapa tindak ke belakang.

"Dasar wanita setan, wanita iblis kau!" teriak Sari Ningrum, mengumpat tanpa aturan.

"Kemampuan seorang pendekar tingkat langit tahap akhir sepertimu tidak ada apa-apanya di depanku. Sebaiknya cepat menyerah, jangan sampai aku marah dan menghancurkan wajah cantikmu!" bentak wanita yang seorang pendekar tingkat dewa tahap akhir itu.

"Tidak akan aku menyerah padamu! Mati lebih baik bagiku!" tegas Sari Ningrum.

"Sungguh keras kepala kau! Habis sudah kesabaranku. Sekarang terima seranganku!" Dewi Maut Penyebar Kematian pun meluncur ke arah Sari Ningrum dengan mengirimkan tinjunya.

Sari Ningrum pun menghindar dengan menundukkan kepalanya, lalu dengan gerakan cepat mengirimkan tendangannya. Tapi tendangan itu berhasil dihindari dengan mudah oleh Dewi Maut Penyebar Kematian.

"Gerakanmu sungguh lambat dan tidak bertenaga!" Dewi Maut Penyebar Kematian kemudian mengibaskan tangannya.

Deess...! Sari Ningrum yang terlambat menghindar pun langsung terpental. Darah pun langsung keluar dari mulutnya, menandakan kalau ia luka dalam.

"Hihihi..." terdengar suara tawa kecil dari mulut Dewi Maut Penyebar Kematian. Ia pun lalu melangkah mendekatinya.

Sari Ningrum mencoba untuk berdiri, tapi rasa sakit dan panas di dadanya membuat ia tidak mampu untuk bangkit.

Sari Ningrum memandang penuh kebencian dan marah pada wanita iblis itu. Ia hanya bisa pasrah tanpa bisa melakukan perlawanan lagi.

"Hihihi... sekarang akan kuambil tubuhmu," ucap Dewi Maut Penyebar Kematian. Ia mencekik leher Sari Ningrum dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Dengan begitu, ia dapat membunuh Sari Ningrum tanpa melukai tubuhnya.

Sari Ningrum mencoba memberontak, namun ia tidak berdaya sama sekali.

"Hihihi..." Wanita iblis itu tertawa cekikikan karena sebentar lagi mempunyai tubuh yang cantik dan sempurna.

"Aaaakhh....!" Tiba-tiba terdengar teriakan keras dari mulut Dewi Maut Penyebar Kematian saat sebuah benda tajam menerjang pergelangan tangannya.

Sari Ningrum pun lepas dari cengkeramannya. Dewi Maut Penyebar Kematian mundur beberapa langkah. Ia melihat benda runcing warna hitam berbentuk bulan sabit menancap pada pohon di sampingnya.

1
Ariel Yono
Lanjutkan
Ariel Yono
lanjutkan
Ariel Yono
makasih Thor
Ariel Yono
mantap
Ariel Yono
oke
Ariel Yono
maju terus
Ariel Yono
lanjutkan
Ariel Yono
mencurigakan
prahara
hancurkan... hancurkan
prahara
makasihh min
prahara
teruskan
rio
lanjutkan
rio
lanjut
Ronaldo vs Messi
mantap lah
Ronaldo vs Messi
maju terus
xio zhou
lanjutkan thord
xio zhou
lanjutkan.
Batsa Pamungkas Surya
penguntit ternyata kalah lihai
Ronaldo vs Messi
lanjutkan
xio zhou
lanjutkan k
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!