Mendapati kenyataan jika tunangannya bermain gila dibelakangnya membuat Fernando Nicholas Sanjaya sangat terpukul, sehingga membuatnya menyeret satu wanita dalam kehidupannya. Wanita yang menjadi budak nafsunya karna salah mengetuk pintu kamar hotelnya.
Bagaimana kisah Nicho dan Ganesa selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sokhibah El-Jannata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMYS. Sadar
Waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi, keadaan Ganesa sudah membaik setelah tadi malam mendapatkan tranfusi darah beberapa kantong. Pernapasan Ganesa sudah stabil dan saat ini tidak menggunakan alat bantu pernapasan, walau masih ada beberapa Peralatan medis melekat di tubuhnya.
Matanya terpejam sempurna, wajahnya pucat sekali, tapi masih saja wajah wanita itu terlihat begitu cantik dan sangat menyita perhatian lelaki yang saat ini berada di sampingnya.
Setelah beberapa saat keluar semalam, Nicho kembali lagi ke dalam rumah sakit beberapa menit yang lalu. Sebenarnya Nala memintanya untuk pergi, tapi lelaki tampan itu tak menggubris ucapan Nala yang jelas jelas membencinya. Dia memutuskan untuk pergi nanti, ketika pagi menyapa dan sekalian untuk bekerja. Walau tadi sempat beradu mulut dengan dokter itu ketika mau masuk ke ruang rawat Ganesa.
Nicho melangkah dan mendekat ke arah Ganesa. Lelaki tampan itu terdiam, menatap ke arah wanita yang terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang pasien. Tatapan dinginya mengamati beberapa tanda merah yang menyisa merah di bagian bagian terlihat, membuat dirinya merasakan desiran yang tak terbaca.
Nicho menghela napas panjang. Tangannya terkepal kuat. Kenapa perlakuannya sampai hampir saja melenyapkan nyawa orang? Dia benar benar tak habis pikir dengan kejadian yang terjadi itu.
Nicho menatap ke arah pergelangan tangan Ganesa, salah satu diantaranya terlilit selang infus. Dan salah satunya lagi terbungkus perban. Reflek Nicho mengulurkan tangannya, menggenggam erat tangan wanita cantik yang terasa sangat dingin dan tampak pucat itu.
Nicho mengepalkan tangannya, sesak sekali melihat pemandangan ini. Netranya kembali menatap ke arah wajah wanita cantik itu. Wajah yang pucat tapi cantik natural, tak ada rona merah disana, hanya bibir indah yang tampak membiru yang menghiasi wajahnya. Hidung mancung, alis mata yang indah, bahkan sorot mata nan indah, kini terbayang dalam benak Nicho.
"Maaf," lirih Nicho sambil mengamati wajah Ganesa. Tatapan matanya seakan tak mau lepas dari wajah itu. Nichopun mendudukan dirinya di kursi samping ranjang Ganesa.
Nicho tampak terkejut saat jari jemari yang digenggamnya tampak bergerak gerak kecil. Nicho menautkan alisnya, dia mengamati tangan Ganesa yang bergerak gerak. Seulas senyum terbit dari bibirnya setelah Nicho menyadari gadis itu mulai tersadar.
Perlahan Ganes membuka matanya, dia mengerjabkan matanya beberapakali, menstabilkan cahaya yang masuk dalam matanya. Dia memandang langit langit yang tampak asing.
"Dimana aku, uh... " keluhnya lembut saat merasakan rasa sakit di pergelangannya.
Nicho bereaksi ketika melihat Ganesa tersadar, hatinya terasa lega. Genggaman tangannya masih tak terlepaskan dari tangan Ganesa.
Ganesa yang kesadarannya kembali tampak mengarahkan pandangan matanya ke arah samping. Dia membolakan matanya saat menyadari seseorang duduk menunggunya dan menggenggam tangannya.
Ganes terkejut, kilasan kejadian di kamar 108 menghantui pikirannya. Air matanya mengalir, sontak wanita itu duduk dan genggaman tangan Nichopun terlepas. Hampir saja berteriak saat netranya jelas jelas melihat sosok lelaki yang sudah mengambil hal yang sangat berharga darinya. Tapi suaranya seakan tercekat.
Nicho berdiri, dia hanya menatap Ganesa dengan tatapan dingin dan datar.
"Kau. Sedang apa kau disini? Pergi!" sentaknya lemah. Nicho sedikit beraksi dan mendekat duduk di ranjang Ganesa, membuat gadis cantik itu beringsut mundur.
"Pergi aku bilang, kenapa masih disini!" bentak Ganesa lagi. Dia merasa geram melihat Nicho seakan malah menguji kesabarannya.
Nicho menatap ke arah Ganesa dan merasa terkejut ketika melihat Ganesa yang mencoba turun. Dengan cepat Nicho menahan bahu Ganesa agar tetap di posisinya dan tidak membahayakan dirinya.
Hal itu membuat Ganesa histeris, bayangan beberapa jam lalu menghantui otaknya. Tubuhnya bergetar hebat, tatapan matanya tajam memandang Nicho dan mencoba memberontak.
"Apa yang kau lakukan? Pergi aku bilang! Jangan menyentuhku! " teriaknya lagi. Nicho menghela napas panjang, apa sebegitu trauma dia sehingga seperti ini? batin Nicho bertanya tanya.
"Kalau kau tidak pergi, aku akan berteriak!" sentak Ganesa penuh dengan kebencian. Dia terus memberontak.
"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu," ucap Nicho tegas dengan tatapan yang mengintimidasi.
Ganesa yang merasa aura dingin yang kuat tampak di wajah Nicho tampak terpaku.
Ganesa menghentikan gerakannya memberontak. Mata mereka saling menatap, saling beradu, hingga Ganesa kembali menitihkan buliran air mata yang jatuh tanpa diminta.
Nicho merasa sedikit panik saat buliran air mata terus saja mengalir dengan sorot mata yang masih saja tajam, Nicho reflek mengusap air mata Ganesa dengan lembut. Ganesa merasakan detak jantung nya tak beraturan, sakit, takut, semua bercampur menjadi satu. Ganesa mencoba menguasai hatinya.
Ganesa kini menatap wajah Nicho. Wajah tampan yang kini sangat dekat denganya. Deruan napas nicho terdengar ditelinga Ganesa. Hembusan napas Micho terasa di wajahnya.
"Pergi!" sentaknya dengan suara yang lemah. Tenaganya seakan habis. Dia seakan melemah.
Nicho perlahan melepaskan tangannya dari Ganesa. Khawatir kondisi wanita itu kembali drop. Dia mundur dan menatap Ganesa dengan tenang.
"Oke, aku pergi. Tapi kau tenanglah!" pinta Nicho. Ganes tampak sedikit tenang, tatapanya waspada menatap Nicho.
"Istirahatlah. Aku akan memanggil sepupumu. Aku juga akan kembali nanti," ucapnya.
Nicho memutar langkahnya, dia berjalan menuju arah pintu. Ganesa memandanganya penuh kebencian. Kembali?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...