Almahira Rengganis , sendirian di rumah sakit. Tak ada yang peduli. Selain dokter dan perawat. Sementara, suaminya, Hendra Setiawan asik berselingkuh dengan sahabatnya, Sarah Amelia.
Almahira yang jengkel ,balik ke apartemen mereka. Tapi yang didapatkan wanita itu adalah sang suami dan sahabat sedang goyang pargoy. Dan merencanakan mengambil semua uang Almahira.
Tak Terima, Almahira melabrak mereka. Tapi malah ia dibunuh dengan keji oleh Hendra dan Sarah. Tapi saat membuka mata, Almahira telah kembali ke sepuluh tahun yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kayhawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9
Maybach itu meluncur membelah jalan raya. Senja telah datang. Lampu lampu jalan mulai terang. Kendaraan hilir mudik, jam jam sibuk pulang kerja. Almahira menatap keindahan malam. Dulu ia belum pernah menikmati apapun. Selain kesengsaraan.
Pukul 20.15,mereka tiba di apartemen Delima. Deretan apartemen berjejer.
"Terimakasih banyak atas bantuan anda pak kepala manajer. " Almahira tersenyum manis.
"Masuklah ke dalam. Kunci pintu. " kata pak Elang Samudera. "sampai jumpa besok Almahira. "
"Sampai jumpa besok pak kepala manajer." kata Almahira. Gadis berkacamata itu segera melangkah memasuki gedung apartemen.
Pak Elang Samudera menatapnya hingga Almahira betul-betul aman. Ia pun segera masuk ke dalam mobil. Saat itulah ponselnya berdering.
"Kak, apa kau sudah pulang kerja. " teriak suara di sebrang sana.
"Iya." jawab pak Elang.
"Akhir akhir ini kau mengabaikan diriku. Kakek menanyakan dirimu kak. Kapan kau pulang. " kata sang adik.
"Ya, aku pulang. " pak Elang menutup telponnya. Mobilnya meluncur meninggalkan kawasan tanjung uncang.
Di sebuah bar. Tepatnya di kawasan Jodoh, Nagoya. Sarah Amelia sedang minum bersama pak Jaka. Dengan santai sambil tersenyum manis, Sarah menuangkan minuman ke gelas pak Jaka. Mereka bersulang dengan gembira.
"Hahhh, kenapa aku harus terjebak dengan om om botak bau ini. Coba aku kencan dengan Hendra Setiawan yang baju saja bermerek. Hahhh. " keluh Sarah sambil meneguk bir yang di sodorkan pak Jaka padanya.
"Jadi keluhan apa yang ingin Sarah sampaikan pada Mas. " tanya Pak Jaka. Ia begitu senang bisa minum berdua dengan Sarah Amelia yang terkenal baik dan ramah, selain itu, Sarah juga cantik dan imut. Sungguh menggemaskan.
"Ah, hanya keluhan biasa saja mas. Sarah senang bisa pergi dengan mas Jaka yang baik. " ujar Sarah Amelia sambil tertawa kecil. "bagaimana kalau kita minum sambil ngobrol . "
"Jadi siapa saja yang membully Sarah. Katakan. " tanya pak Jaka.
"Emmmm.Sepertinya Bu Gina dan Zahra Fahira tidak menyukai Sarah, mas. Sarah sudah berusaha untuk akbab dengan mereka, tapi.... " Sarah sengaja menjeda ucapannya. Wajah polosnya nampak sedih. "jika nanti Sarah tidak melanjutkan bekerja di Unileveren and drinks, mas Jaka jangan sedih ya. "
"Hah." pak Jaka terkejut. "tidak bekerja lagi. Bagaimana mungkin. Sarah gadis yang baik. Mas akan membantu Sarah. Yakinlah, mas adalah nomor dua di kantor setelah pak Elang Samudera. Mas nggak akan biarkan Sarah yang cantik dibully. "
"Terimakasih mas Jaka. Sarah jadi tenang sekarang. " ujar Sarah tersenyum puas. "mari minum. "ia membuka lagi botol baru. " sudah ku duga. Pak Jaka sangat polos. Mudah dirayu. "seringainya dengan licik. "sekarang aku hanya tinggal menikmati hasilnya. "
Mereka lanjut minum minum sampai mabuk.
Di apartemen Almahira, gadis itu baru selesai mandi. Saat sedang mengeringkan rambut panjangnya, sebuah SMS masuk ke HP mungilnya. Almahira melihat pesan itu.
Pengirim Sarah:Kenapa ponselmu mati. Aku sangat menghawatirkan dirimu. Istirahatlah. Sampai bertemu besok.
"Ia masih terus berpura-pura tulus. " Almahira membaca pesan Sarah Amelia. Lalu ia memeriksa panggilan. Ada banyak miscall dari Hendra Setiawan.
"Orang ini apa dia tidak capek ya. " gumam Almahira menatap puluhan miscall dari Hendra Setiawan. "Apa sekalian aku ganti nomor saja. "
Ponsel bergetar, panggilan dari Hendra masuk.
"Hallo Almahira. " teriak Hendra Setiawan di sebrang sana. "kau dimana. "
"Aku di rumah." jawab Almahira.
"Hah!!!! , bagaimana kau pergi.Baiklah aku akan ke rumah mu.Keluarlah.Kita harus bicara. " kata Hendra Setiawan.
"Bicaralah di sini. Aku lelah, aku mau tidur. " kata Almahira tegas.
"Hmmm, tadi waktu di kantor. Kenapa kau belikan pak Elang Samudera kopi. Biasanya kau tidak melakukannya. " tanya Hendra Setiawan.
"Oh itu. Aku ingin membalasnya kebaikannya.Tadi pagi kan ia membelikan aku kopi. " jawab Almahira.
"Kenapa orang itu membelkkanmu kopi. " cecar Hendra Setiawan lagi. Almahira langsung emosi.
"Hei Hendra Setiawan, di kantor yang baru datang cuma kami berdua. Aku langsung fokus mengerjakan fileku yang hari jum'at kemarin. Jadi apa kamu yang mau membelikan ku kopi. " teriak Almahira. Sifat kekanak-kanakan Hendra Setiawan membuatnya muak.
"Lalu kenapa ponselmu mati. " tanya Hendra Setiawan lagi.
"Bateraiku habis. Lagi pula kau memarahiku kan. Jadi buat apa juga aku ku ambil pusing. " kata Almahira. "sudahlah, aku mau istirahat. "
"Baiklah.Selamat tidur Almahira, aku mencintaimu. " kata Hendra Setiawan. Almahira langsung menutup telpon. Jijik sekali mendengar kata kata itu.
Hmmm, cinta.Apa kalian pernah tulus sedetik saja padaku. Almahira memejamkan matanya.Bersandar dengan lelah di sofa.
Sepuluh tahun yang lalu pun, aku dikelilingi oleh orang-orang yang tulus padaku. Tapi karena takut penderitaanku ketahuan, aku jadi tak berani memandang sekelilingku. Meskipun ada orang yang terus memperhatikanku. Almahira terbayang orang orang yang baik padanya dikehidupan ini. Terbayang wajah sendu bu Gina. Terbayang di masalalu, pak Jaka begitu menekan bu Gina, sering terlihat wanita itu menangis karena mulut pedas manajer Jaka.
Sementara itu, di sebuah apartemen di kawasan Tiban. Bu Gina menekan pasword. Pintu terbuka.
"Mama... mama... " baby Raisa berjalan tertatih-tatih menyongsong kedatangan sang ibu.
"Hei sayang, kau menunggu mama ya." bu Gina langsung menggendong baby Raisa. Mendekap anak itu ke dalam pelukannya.
"Kenapa kau lama sekali. Aku lelah menunggumu. " seru Beni, suami bu Gina.
"Hei Beni Simanjuntak.aku juga lelah karena harus lembur. Kau bilang lelah, Raisa saja tak kau mandikan, pampers penuh tak kau ganti. Itu kau bilang lelah. Nonton TV seharian. " kata bu Gina.
"Aku capek. Seharian kirim lamaran kesana kemari. Lalu menjemput Raisa di tempat penitipan bayi. Cepatlah kau masak. Aku mau pergi. " kata Beni Simanjuntak.
"Astaga, Beni Simanjuntak. Kau mau pergi , mandikan anakmu dulu. " teriak bu Gina.
"Ah, itu urusanmu. Aku capek. " Beni Simanjuntak membanting pintu.
Dengan berderai airmata kesedihan, bu Gina menggurus baby Raisa. Ia memandikan sang anak, lalu mulai memasak, menyuapi Raisa, dan menidurkan bayinya. Barulah bu Gina mengerjakan pekerjaan kantor yang ia bawa pulang.
Pukul 01.00 dinihari, baby Raisa terbangun. Bu Gina menutup komputernya. Lalu menemani baby Raisa. Akhirnya keduanya tertidur.
Pagi harinya di kantor.
"Apa ini asisten manajer Gina.Kau kerja atau bercanda hah. Kau main main ya.Sudah berapa lama kau bekerja di sini.Membuat laporan saja seperti anak TK, salah di mana mana. " teriak pak Jaka sambil melempar kertas kertas di tangannya ke wajah bu Gina.
"Maafkan saya manajer Burhan. " kata bu Gina.
"Aku tak mau tau. Kerjakan lagi. Buat ulang, dan jangan sampai ada yang salah, kau mengerti asisten manajer Gina. " bentak pak Jaka. Bu Gina mengangguk sambil memungut kertas laporan yang berserakan di lantai. "besok harus sudah ada di mejaku. "
"Baik manajer Burhan. " bu Gina mengangguk.
Almahira menatap mereka, ia melihat Sarah Amelia tersenyum senang.
"Kenapa Sarah Amelia nampak senang melihat bu Gina di marahi pak Jaka. " batin Almahira. Ia lalu menyusul bu Gina ke ruang pentry.
Nampak bu Gina sedang menyumpal hidungnya dengan tissu gulung. Mimisan. Ya, karena terlalu lelah begadang. Mengakibatkan pusing dan mimisan.
"Kak Gina. " Almahira menghampiri bu Gina.
"Ah, Almahira. Apa kau ingin kopi. Biar sekalian kakak buatkan. " kata bu Gina tersenyum.
"Tidak kak. Biar aku saja. Kemarin kan kakak sudah buatkan aku teh. Sekarang biar aku yang buat kopi untuk kita. " ujar Almahira.
"Benarkah.Yentu saja boleh. " kata bu Gina sambil tertawa.
Almahira dan bu Gina duduk di pantry. Almahira menatap wajah sedih bu Gina. Apa bu Gina baik baik saja. Apa tidak masalah bila ia bermain dengan takdir. Apa ia bisa ikut campur dengan takdir orang lain. Ah sudahlah, bodoh amat. Toh aku juga sudah pernah mati. Jadi biarlah aku menolong bu Gina. Batin Almahira. Aturan di dunia ini yang hanya diketahui oleh Almahira, jika melakukan sesuatu yang tidak terjadi di masa lalu, masa depan yang berbeda akan datang.
"Eh, kak Gina,... rencana itu, jangan di tulis lagi. Mulai sekarang, tolong dengarkan saya. " kata Almahira serius. Bu Gina menatap Almahira dengan keheranan. Bukannya tadi pak Jaka memarahinya dengan keras. Kenapa...
semangat kk author