Gema adalah seorang Manajer Pemasaran pada salah satu perusahaan di Jakarta. Kerja keras dan semangatnya untuk meniti masa depan melupakannya untuk mencari pasangan.
Beberapa kali ia bertemu wanita, tetapi selalu saja ia tolak. Standar yang terlalu tinggi untuk mencari wanita yang sempurna, membuat dirinya belum bisa menikah.
Sampai akhirnya mama Gema menjodohkannya dengan seorang gadis desa bernama Ratih. Ratih sendiri merupakan gadis polos dan cantik, yang baru saja pindah ke Jakarta beberapa bulan lalu karena berhasil diangkat menjadi PNS di Tanggerang Selatan.
Awalnya hubungan mereka selalu dihiasi dengan adu mulut dan saling benci satu sama lain. Perilaku tidak senonoh Gema kepada Ratih juga membuat Ratih semakin tidak menyukainya.
Namun siapa sangka, mereka seperti menjilat ludah sendiri, ketika sebuah rasa hadir dalam hubungan mereka. Membuat mereka sadar bahwa menikah dahulu dan pacaran setelahnya adalah jalan terbaik yang Tuhan berikan kepada mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifky Adek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji Suci
Beberapa minggu berlalu dengan cepat. Semua persiapan untuk pernikahan sudah selesai dilakukan oleh Mama Gema. Mulai dari gedung, baju pernikahan, undangan, cenderamata semuanya sudah ia siapkan dengan sempurna. Tinggal menghitung hari sampai hari suci itu tiba.
Setelah kejadian perempuan bayaran yang dilakukan oleh Gema, sikap mamanya dingin. Tak banyak kata keluar dari mulutnya. Hanya kebutuhan penting seperti mencoba baju pernikahan, itupun hanya melalui percakapan Whatsapp. Wanita memang sulit dimengerti pikir Gema.
"Gem kok kamu ngelamun aja? makan dulu gih, nanti mienya keburu dingin." Kata Papa Gema mencoba menyadarkannya dari lamunan.
"Lagi ga nafsu makan Gema pa." Jawab Gema sambil mengaduk-aduk mie ayamnya.
Gema menghampiri papanya selepas kerja di sebuah warung mie ayam langganan papa. Hanya papanya yang bisa ia ajak bicara saat ini. Sikap keras kepala mama takkan bisa Gema lawan sekarang, karena ia pun juga demikian. Sebuah salinan kepribadian dari orang tua yang sangat persis.
"Lho, kok kamu ini kaya cowok lagi putus cinta aja, padahal sebentar lagi mau nikah."
"Yaa, habisnya gimana, Gema ngerasa aneh aja harus nikah dengan orang yang belum pernah Gema kenal dan belum Gema cinta Pa. Emang kalau papa diposisi Gema gimana?"
"Ya papa mau lah."
"Hah? kenapa?" Gema mengernyitkan alis.
"Calon istri mu cantik gitu, ya kalau jadi kamu papa mau dong." Menggoda putranya.
"Pa...."
"Hahaha."
Gema kemudian menyuap mie ayam seakan tak mau lagi mendengar perkataan papanya yang mencoba mempermainkan putranya.
"Surya dira Jayaningrat lebur dening pangastuti," ucap papa Gema.
"Papa ngomong apa?"
"Segala macam sifat keras hati dan angkara murka hanya bisa dikalahkan oleh sikap sabar, bijak dan lembut. Arti nasehat jawa yang Papa sebut barusan Gem."
"Maksudnya Pa?"
"Maksudnya adalah seorang istri harus bisa bersikap bijak namun tetap sabar dan lembut untuk menghadapi keras hati suaminya. Maka dengan seizin Tuhan suami akan luluh dengan tutur kata istri yang lembut, dan Papa rasa kamu sudah menemukannya di dalam diri calon istri kamu Gem."
Gema tidak bergeming. Ia hanya mendengarkan perkataan papanya seraya memasukkan potongan jamur kancing ke dalam mulutnya.
"Ya udah, cepat habisin mie kamu, habis ini kita pulang. Kalau kamu sakit pas hari H bisa gawat," ujar papa Gema.
"Iya pa," kata Gema. Ia menatap langit yang bewarna sedikit jingga. Walaupun sudah malam tapi langit masih terlihat terang di Ibu Kota.
Apa yang akan terjadi-terjadilah. Gema menerbangkan sebuah pikiran dan berharap angin bisa membawanya kemana saja, agar ia bisa terlepas dari belenggu sebuah ikatan yang ia rasa belum bisa disatukan.
...****************...
Bunga-bunga dengan warna yang putih kini tersusun rapi di sebuah gedung. Lampu hias yang megah menerangi setiap sudut ruangan tanpa terlewatkan. Beberapa orang pria dengan stelan jas bewarna hitam terlihat sibuk mondar-mandir di area gedung.
Beberapa jam lagi, waktu untuk mengikat janji suci akhirnya tiba. Seorang wanita dengan baluran gaun putih terlihat seperti seorang dewi yang turun dari kahyangan. Riasan wajah yang tidak terlalu tebal membuat wajahnya tersorot sempurna, karena pada dasarnya Ratih yang akan menjadi mempelai wanita hari ini sudah terlihat flawless tanpa riasan wajah sekalipun.
Disisi lain terlihat seseorang pria yang sedang memakai kemeja bewarna putih sambil menatap cermin. Rambutnya masih basah dan beberapa titik air masih terlihat di wajahnya.
Wajahnya terlihat lesu dan tidak ada semangat dari bola matanya. Ia terus berpikir apakah benar ini memang hari bahagianya, karena Gema tidak merasa demikian. Tangannya terus mengusap-usap satu sama lain, saling menghangatkan walaupun sebenarnya suhu ruangan tidak terasa dingin.
Sebuah meja dan kursi yang dihias dengan sedemikian rupa di depan gedung, memberikan kesan sakral dengan warna putih sebagai lambang yang suci. Ratih dan Gema kini bersanding dengan indah di sana, mengikat sebuah janji suci untuk mengarungi bahtera rumah tangga.
Tak ada senyum dari kedua mempelai, hanya tatapan yang tak saling menginginkan satu sama lain, berbeda dengan para orang tua yang terlihat tersenyum bahagia, dan beberapa tamu undangan yang meneteskan air mata karena haru.
Kini saatnya untuk mengucap janji suci mereka berdua. Jabatan tangan dari wali nikah yang tidak bukan adalah Bapak Ratih sendiri dan disambut dengan tangan Gema.
Kini ijab pun diucapkan oleh Bapak Ratih untuk menyerahkan putrinya kepada Gema. Tangan Gema dingin dan suaranya bergetar saat mengucap kabul, namun berhasil dalam satu tarikan nafas diiringi suara gemuruh berkata sah oleh tamu undangan yang hadir.
Gema kini menatap istrinya, berusaha memasangkan cincin ke jari manis wanita yang terlihat menawan pada hari spesial mereka berdua. Gaunnya yang kembang membuat Ratih seperti ratu di sebuah kerajaan dongeng, ditambah lagi dengan mahkota kecil yang berkilauan saat diterpa cahaya lampu.
Saat Gema berusaha menggenggam tangan Ratih tiba-tiba jantungnya berdetak dengan kencang dan pipinya merona. Baru kali ini ia melihat Ratih dari dekat, dan menatapnya dengan cukup lama.
"Kok gue deg-degan ya? Tapi...kalau diliat lagi ni cewek memang cantik, apalagi dalam dandanan pengantin kaya gini. Buset...kok gua mikir gini ya," batin Gema.
Ia cepat-cepat memasangkan cincin yang kini telah menjadi istrinya karena rasa grogi semakin menggorogoti tubuhnya, diiringi dengan tepuk tangan meriah para tamu undangan yang hadir. Beberapa kilatan cahaya dari kamera terlihat bergantian mengabadikan momen mereka di hari yang bahagia.
Setelah acara akad nikah selesai tamu undangan dipersilahkan menikmati hidangan yang disediakan. Tak banyak tamu yang diundang di pernikahan mereka, hanya keluarga serta teman-teman dekat kedua mempelai.
Gema dan Ratih kini telah resmi menjadi suami istri, namun setelah menjadi suami istri belum ada satu kata yang keluar dari mulut mereka berdua. Disandingkan di sebuah pelaminan. Mereka berdua menjadi pusat perhatian tamu karena parasnya yang rupawan. Benar-benar pasangan yang serasi pikir tamu yang hadir.
Seorang pria terlihat menaiki pelaminan, Ia memakai kemeja batik biru tua dengan lengan panjang.
"Ratih Selamat, semoga berkah ya pernikahannya, aamiin." Kata pria itu sambil menyalami Ratih.
"Aamiin...Makasi Toni." Jawab Ratih dengan tersenyum.
Kemudian pria itu menyalami Gema dan memberikan selamat juga. Ia berlalu pergi sambil mengepal tangannya dengan kepala yang tertunduk. Gema yang memperhatikan pria itu hanya meliriknya penasaran. Ingin ia bertanya kepada Ratih pria itu siapa, namun gengsinya mengalahkan rasa penasaran tersebut.
Kemudian sebuah rombongan cowok dan cewek menaiki pelaminan. Rupanya itu adalah teman-teman kantor Gema. Semuanya lengkap kecuali Ririn.
"Akhirnya Gem, nikah juga ya lo." Kata Adam sambil menyalami Gema.
"Iya Dam, makasi ya." Jawab Gema menyambut tangan sahabatnya itu.
Sebuah benda yang cukup tipis terselip di antara jabatan tangan Gema dan Adam. Rupanya itu adalah sebuah tisu ajaib yang bisa membuat pria menjadi sangat kuat. Gema yang menerimanya merasa jengkel tetapi berusaha ia tahan, sementara Adam hanya tertawa kecil sambil berlalu meninggalkan Gema dan menyalami Ratih.
"Wah Gem, bini lo cantik juga Gem, pintar ya lo cari istri." Teriak salah seorang dalam sebuah antrian untuk bersalaman. Siapa lagi kalau bukan Erick dengan suaranya yang seperti toa mesjid.
"Oh iya Gem, ini gua kasih gratis deh buat lo. Obat yang kemaren lo kepoin, dijamin ampuh deh. Pas malam pertama nanti, pasti yahud banget habis minum ini." Tambah Erick sambil memberikan botol berisi kapsul kepada Gema. Suaranya semakin besar, sehingga beberapa tamu undangan menatap ke arah pelaminan.
Beberapa tamu yang sedang makan juga ada yang tersedak mendengar perkataan Erick. Kini bukan hanya Gema saja yang malu, Ratih juga demikian. Muka kedua pengantin baru ini merah ketika celetukan Erick di dengar banyak orang, sementara teman-teman kantor Gema juga ikut tertawa, seakan Erick menjadi pelawak pesta pernikahan dengan candaannya yang ceplas-ceplos.
hi kak Rifky
salken yaa..
salam buat urang minang, salam utk urang kampuang awak...
urang minang nihh.. othor orng mana nih??
jd kangen main ka taplau😄
astaga
soalnya jarang bgt Nemu novel othornya cowok..ceritanya mnarik, rapih lg,,ga tw dh slanjutnya..
lanjut ja dh,,smangat KK othornya y..
waduuuh nanggung amat yaa
IYA wanita jantan ✅
salken yaa