Nikah Dulu Pacaran Kemudian

Nikah Dulu Pacaran Kemudian

Obat

"Beneran top deh obat yang lo jual kemarin rick,” teriak salah seorang pria.

Beberapa orang pria terlihat berkerumun di sebuah pantry kantor.

Gema yang saat itu sedang menyeduh kopi dengan mesin espresso menguping pembicaraan mereka yang sedang duduk dan berbincang di meja makan yang terbuat dari kayu. Mejanya dipernis sehingga menimbulkan kesan mengkilat tetapi tidak menghilangkan motif kayu jatinya.

Terlihat tetes demi tetes ekstrak kopi mulai memenuhi gelas Gema. Aroma harum yang khas dari kopi menyeruak memenuhi ruangan, sehingga membuat siapa pun tenang saat mencoba menghirup aromanya. Sembari menunggu gelas kopinya terisi penuh. Dia mencoba mendengarkan obrolan bapak-bapak yang rata-rata sudah beranak satu di meja itu.

Terkadang ada sebuah jokes receh yang terselip di antara pembicaraan mereka yang membuat Gema sedikit bingung dan berakhir dengan garukan kepala. Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana, tetapi aura pembicaraan para pria ini terlihat janggal, karena beberapa orang terlihat berbisik saat berbicara dan diakhiri dengan sebuah cekikikan.

“Rick, gue mau dong rick satu yang lo jual." Pinta seorang pria yang duduk pada kerumunan itu.

“Jangan lupain gue Rick, gue udah pesan dari kemarin lo.” Sahut pria lain di seberangnya sambal berbisik menutup setengah mulutnya dengan tangan, seperti sebuah corong.

“Rick, gue juga.”

“Gue duluan Rick.”

“Rick....”

Suara bising mulai memenuhi pantry kantor, membuat Gema heran dan bertanya-tanya entah apa yang dijual Erick. Suara berat dari perkumpulan pria ini mulai bersahutan memenuhi ruangan.

Penasaran dengan keriuhan yang terjadi, Gema menghampiri kerumunan tersebut untuk memastikan apa yang Erick jual sebenarnya. Namun, ternyata semuanya tidak sesuai ekspektasi.

Disebuah meja terlihat sebuah botol plastik yang berisi beberapa kapsul. Botol itu disegel rapat dan berlabel Gatot Kaca, namun yang membuat Gema bergidik adalah tagline yang ada di bawah namanya yang bertuliskan “Menjadikanmu pria perkasa, kuat dan tahan semalaman.”

Gema berbisik dalam hati, "Sialan ini mah obat kuat, gue salah server."

Rasa penyesalan dengan cepat menyelimuti tubuh Gema. Entah mengapa dia penasaran dengan kegiatan sekumpulan bapak-bapak ini, sementara dia sadar, bahwa hanya dirinya satu-satunya perjaka yang ada di ruangan ini.

Rasa penasaran Gema kemudian ternyata ditanggapi dengan cepat. Pantry kantor yang awalnya sedikit bising seketika senyap karena rasa penasaran bujangan itu. Tanpa dia sadari semua pasang mata tertuju pada Gema sekarang, diiringi dengan senyuman khas pria mesum.

Berlagak seperti orang yang pura-pura bodoh, Gema berbalik badan dengan cepat, mencoba kembali ke mesin espresso dan berharap gelasnya sudah terisi penuh dengan kopi.

“Gem, lo gamau satu. Coba aja dulu, gue kasih gratis,” ledek Erick.

Gema tidak mempedulikannya, logikanya saja untuk apa seorang perjaka seperti Gema membutuhkan obat tersebut. Gema tahu Erick hanya mencoba meledeknya. Saat ini Gema hanya ingin keluar dari ruangan ini.

Gelas kopi Gema sudah terisi penuh, sudah tidak ada alasan baginya lagi ada di ruangan ini. Sembari keluar ruangan Gema menyeruput satu teguk kopi sambil berjalan, dan satu tangan lagi mencoba meraih pintu yang terbuat dari kaca.

“Khasiatnya beneran terasa lo Gem, tu buktinya si Kevin. Dia bilang kemarin istrinya sampai ampun-ampunan lho ngeladenin dia”, teriak Erick.

Seketika, Kevin membalas perkataan Erick dengan gerak tubuh, yaitu sebuah jempol yang diiringi senyum menyeringai.

Sepercik kopi menyembur dari mulut Gema karena ucapan Erick. Kali ini Gema terlihat seperti seorang dukun yang sedang menyembuhkan pasiennya. Kemudian semua orang yang berada di ruangan pantry tertawa serempak.

“Sial!" gumam Gema.

Gema dengan cepat berlalu dan pergi dari ruangan itu, meninggalkan sekumpulan pria yang masih tertawa lepas sambil bertransaksi obat perkasanya.

Dia tahu hal itu sangat memalukan baginya, maka dari itu dia memilih untuk kembali ke ruangannya dan bersembunyi dari candaan dunia.

...****************...

Gema Schwarzenegger begitulah tulisan sebuah akrilik papan nama yang terletak di atas sebuah meja kaca yang cukup luas. Nama Schwarzenegger diberikan kepadanya karena pada saat itu papa Gema sangat mengidolakan aktor yang bermain pada film Terminator tersebut.

Padahal jika dilihat-lihat Gema tidak ada mirip-miripnya dengan Aktor Hollywood yang bermain film laga itu.

Tetapi walaupun dia tidak mirip dengan aktor terkenal dari Amerika tersebut. Wajah tampan khas pria Asia terukir indah pada dirinya.

Badan yang cukup kekar juga membuat Gema terlihat menggoda dengan stelan kemeja hitam yang membentuk badannya. Tak heran, beberapa wanita menaruh hati karena ketampanannya, walaupun belum ada satu wanita yang berhasil menaklukannya.

Entah apa yang dipikirkan seseorang Manajer Pemasaran pada salah satu perusahaan multinasional ini.

Standarnya yang terlalu tinggi, atau mungkin masih belum ada yang pas di dalam hati, semua itu masih menjadi misteri. Maka tak heran dia menjadi bahan candaan rekan sesama Manajernya di kantor, seperti yang terjadi barusan.

Bagaimana tidak, umurnya sekarang sudah mencapai kepala tiga, tetapi masih belum menentukan pendamping hidupnya. Sementara rekan kerja sejawatnya sudah berkeluarga dan bahkan sudah ada yang memiliki keturunan.

Gema menyeruput kopinya. Dia berusaha menenangkan diri dengan menghirup aroma kopi dan mencoba menikmati tegukan-demi tegukannya. Meminum kopi sambil bersandar di kursi empuk ini mungkin bisa jadi pilihan untuk membuat badan menjadi lebih santai pikir Gema.

Tetapi semua usaha yang dia lakukan sia-sia. Gelak tawa dari wajah sekumpulan pria di pantry tadi merusak momen yang berusaha dia ciptakan. Sekeras itu dia berusaha melupakan, sekeras itu juga wajah itu kembali muncul di kepalanya.

“Permisi Pak,” ujar seorang wanita. Suaranya yang mendayu-dayu terdengar di balik pintu kaca ruangan milik Gema.

“Iya, silahkan masuk." Balas Gema yang mulai sadar dari ingatan yang mengerikan.

Seorang wanita kemudian memasuki ruangan gema. Rambutnya pirang dan badannya terlihat seksi dan proporsional.

“Ini Pak, strategi dan perencanaan produk yang bapak minta." Kata wanita itu sambil menyodorkan sebuah bundelan yang cukup tebal.

“Baik terima kasih ya Rin.”

“Sama-sama pak. Hmmm pak, saya mau nanya?”

“Ya, silakan.”

“Misalkan bapak ga sibuk, boleh gak pak saya ajak ba-“

“Maaf ya, saya sudah ada janji,” potong Gema.

Tanpa diucapkan pun sepertinya Gema tahu apa yang wanita ini ucapkan. Pasti itu adalah ajakan untuk kencan, makan malam, atau sekadar jalan-jalan di taman. Hal itu sudah dia tebak, karena sudah sering wanita yang bernama Ririn ini bertanya seperti itu kepada Gema.

Ririn adalah salah satu karyawan bagian pemasaran di perusahaan ini. Sayangnya, tidak ada satupun ajakan Ririn yang berhasil kepada Gema.

“Baik pak,” jawab Ririn.

Ririn sedikit membungkuk dan mulai berangsur meninggalkan ruangan Gema yang sibuk memeriksa bundelan yang Ririn berikan sebelumnya.

Setelah keluar ruangan, Ririn menghentak-hentakan kakinya yang menggunakan heels ke lantai. Dia merasa kesal karena kesekian kalinya ajakan wanita cantik itu ditolak oleh Pria tersebut. Tetapi bukannya menyerah dia malah semakin semangat mengejar cinta Manajer itu. Terlihat dari kedua matanya yang berapi-api.

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
hi kak Rifky
salken yaa..

2023-01-16

0

Neng Win

Neng Win

br nyimak

2022-11-02

0

Cahaya

Cahaya

Ni othornya cewek/cowok y..
soalnya jarang bgt Nemu novel othornya cowok..ceritanya mnarik, rapih lg,,ga tw dh slanjutnya..
lanjut ja dh,,smangat KK othornya y..

2022-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!