NovelToon NovelToon
Di Selingkuhi Tanpa Rasa Bersalah

Di Selingkuhi Tanpa Rasa Bersalah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:101.8k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Malam bahagia bagi Dila dan Arga adalah malam penuh luka bagi Lara, perempuan yang harus menelan kenyataan bahwa suami yang dicintainya kini menjadi milik adiknya sendiri.
Dalam rumah yang dulu penuh doa, Lara kehilangan arah dan bertanya pada Tuhan, di mana letak kebahagiaan untuk orang yang selalu mengalah?

Pada akhirnya, Lara pergi, meninggalkan tanah kelahirannya, meninggalkan nama, kenangan, dan cinta yang telah mati.
Tiga tahun berlalu, di antara musim dingin Prancis yang sunyi, ia belajar berdamai dengan takdir.
Dan di sanalah, di kota yang asing namun lembut, Lara bertemu Liam, pria berdarah Indonesia-Prancis yang datang seperti cahaya senja, tenang, tidak terburu-buru, dan perlahan menuntunnya kembali mengenal arti mencintai tanpa luka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 8

Pagi itu, rumah masih sepi. Hanya suara sendok beradu dengan piring terdengar dari dapur.

Bu Liana menoleh saat mendengar suara koper diseret dari arah kamar.

“Lara, kamu mau ke mana pagi-pagi begini?” tanyanya, alisnya berkerut.

Lara berhenti di depan ruang makan, tubuhnya tegak, wajahnya pucat tapi tenang.

“Aku sudah tidak punya alasan lagi untuk tinggal di rumah ini,” jawabnya lirih, tapi tegas.

Bu Liana terdiam, bingung dengan maksud ucapan itu.

Belum sempat ia bicara lagi, Pak Rahman muncul dari arah tangga.

“Apa maksudmu, Lara?” suaranya berat dan datar, seperti menahan amarah.

Lara menatap keduanya sejenak, matanya dingin.

“Pak, Bu, kalian pasti tahu apa maksudku.”

Keheningan menebal di ruangan itu. Suasana mendadak terasa sesak.

Tak lama, suara pintu terbuka dari arah kamar Dila. Arga keluar bersama Dila, keduanya masih berpakaian santai.

“Kak Lara, mau ke mana bawa koper?” tanya Dila, suaranya ragu.

Arga ikut menatapnya, wajahnya tegang tapi mencoba tenang.

Lara tidak menjawab. Ia menunduk sedikit, menarik kopernya lagi dan melangkah menuju pintu.

Namun langkahnya terhenti saat suara lantang Pak Rahman menggema di ruang tamu.

“Lara! Apa kamu harus seegois itu?”

Tubuh Lara menegang. Kata itu seperti petir di siang buta, menusuk, membakar, memutar kembali luka-luka lama yang belum sembuh.

Ia menutup matanya sejenak, berusaha menahan diri agar tidak meledak.

Tapi belum sempat ia melangkah lagi, suara ibunya menyusul.

“Kenapa kamu harus bersikap egois, Lara? Seharusnya kamu justru senang atas pernikahan adikmu. Bukannya pergi seperti ini.”

Kata “egois” itu terdengar lagi, kali ini dari mulut yang seharusnya paling melindunginya.

Lara menoleh perlahan. Tatapannya tajam, matanya berkaca-kaca, suaranya gemetar namun tegas.

“Egois?” ucapnya pelan, nyaris berbisik tapi menusuk.

“Haruskah aku senang atas pernikahan adikku yang menghancurkan rumah tanggaku sendiri, Bu?”

Ruangan itu langsung membeku. Tak ada yang berani bersuara.

Lara melangkah maju, kini suaranya terdengar lebih dalam, lebih getir.

“Kenapa saat seperti ini, saat aku yang disakiti, yang kehilangan segalanya, aku justru diperlakukan seolah akulah yang menyakiti? Kalian memanggilku egois, seolah semua yang kulakukan selama ini tidak berarti apa-apa.”

Matanya menatap tajam ke arah kedua orang tuanya.

“Apakah pengorbananku selama ini belum cukup? Sejak kecil aku selalu diminta mengalah. Bahkan saat makan pun, aku harus menahan diri. Dila dapat lauk ayam, aku hanya sayur bening dan ikan asin. Dan kalian bilang, ‘Kamu kakaknya, harus mengalah.’”

Suaranya pecah, tapi ia terus bicara, seperti tak lagi peduli air mata yang mulai jatuh.

“Saat aku menikah pun, kalian tidak datang, hanya karena Dila patah hati ditinggal pacarnya. Aku tetap diam. Aku pikir, mungkin memang beginilah jadi anak yang baik, tapi ternyata tidak. Aku cuma anak yang diminta terus mengerti, tanpa pernah dimengerti.”

Lara menarik napas dalam, menatap satu per satu wajah mereka.

“Kalian semua menyebutku egois. padahal yang egois justru kalian. Kalian yang terus menuntut aku untuk mengalah, tapi tidak pernah memberi ruang untuk aku bahagia.”

Suaranya melemah. Ada kelelahan dalam setiap kata yang keluar.

Lalu, pandangannya beralih pada Arga, lelaki yang dulu ia percaya akan jadi rumahnya.

“Dan kamu, Arga.” katanya lirih, tapi penuh luka.

“Apakah bagimu pernikahan hanyalah permainan? Apakah semua ucapan cinta, semua janji manis itu cuma kebohongan? Atau mungkin, cuma rayuan agar aku tak curiga, agar aku lengah?”

Arga menatapnya dengan mata merah, tapi tak bisa berkata apa-apa.

Lara tersenyum pahit, air matanya jatuh satu-satu.

“Kalau memang kamu mencintai Dila sejak awal,” lanjutnya, “kenapa dari dulu kamu tidak menikahi dia saja? Kenapa harus aku yang kau pilih dulu, hanya untuk kemudian kau khianati?”

Hening panjang menyelimuti ruangan. Tak ada suara selain isak kecil Lara yang akhirnya pecah.

Dila menunduk. Bu Liana hanya berdiri kaku, sementara Pak Rahman menatap dengan rahang mengeras tapi mata yang mulai berkaca.

Lara memejamkan mata sesaat, menghapus air matanya dengan punggung tangan.

Lalu ia menarik napas dalam-dalam, menatap semuanya sekali lagi, tatapan terakhir sebelum semuanya berakhir.

Di tengah ruang yang hening, dengan udara pagi yang seolah ikut menahan napas, menyaksikan satu hati yang akhirnya patah sepenuhnya.

Lara masih berdiri di tempat yang sama, koper di sampingnya. Matanya berkeliling menatap wajah-wajah yang dulu ia sebut keluarga.

Tidak ada yang bergerak. Hanya keheningan yang menelan semua kata.

“Sampai kapan aku harus bertahan di rumah yang bahkan tak lagi pantas disebut rumah?” ucapnya perlahan.

“Sampai kapan aku harus pura-pura tidak apa-apa hanya agar kalian bisa hidup nyaman?”

Tak ada jawaban. Dila menunduk semakin dalam, bahunya bergetar menahan tangis. Arga hanya memejamkan mata, rahangnya mengeras.

“Kak Lara, jangan pergi,” suara Dila akhirnya pecah, penuh sesal. “Aku tahu aku salah, tapi aku.”

“Kamu tahu?” potong Lara dengan suara serak. “Kalau kamu tahu, kenapa kamu tetap melakukannya?”

Dila terdiam, air matanya jatuh tanpa bisa dibendung.

Lara menghela napas berat, seolah mencoba menahan seluruh beban yang menumpuk di dadanya.

“Sudah cukup, Dil, luka yang kalian buat sudah begitu dalam.  Mungkin pergi adalah satu-satunya cara aku bisa tetap waras.”

Tangannya menggenggam erat pegangan koper. Langkahnya pelan, tapi pasti, menuju pintu.

Langkah itu terdengar nyaring di antara lantai dan keheningan yang menggantung.

******

Untuk readers selamat datang di karya baru author, untuk yang sudah membaca. Terima kasih banyak, jangan lupa support author dengan like, komen dan vote cerita ini ya biar author semangat up-nya. Terima kasih😘😘😘

1
Irma Luthfah
boleh gak aku senyum sinis pas tau keadaan si dilanda ini🤣🤣
Sazmah Maa
kenapa bertahan
tutiana
author ni berpihak pd dila kah,,, kok ada aja sih ulahnya nyakitin lara, ga hbs2 niat jahatnya ke lara
Ariany Sudjana
orang seperti Liam kok bodoh sekali? nanti si pelakor Dila tidur sama Liam, video direkam dan dikirim ke lara, pasti begitu. dan ujungnya lara marah dan pergi dari Liam, dan pelakor yang menang
M.S Inisial
Bqgus alur ceritanya thor. bikin deg-dengan
Isma Nayla
hampir semua novel kok ceritanya sama semua,klu sampai ceritanya sm off dulu deh bacanya.
jd malas bacanya
Maple latte: ceritanya sama bagaimana y kak? maaf kak, ini hasil pemikiran author sendiri. kuras isi kepala kak nulisnya, nulis novel itu bukan kayak nulis balas chat kak. belum lagi kalo stuck, kita benar-benar harus mikir.
total 1 replies
Siti M Akil
jangan2 itu ular ngaku hamil anak nya liam trs bilang sama lara lihat lelaki mu semuanya suka sama aku sampai aku hamil hmm of dulu ah bacanya
rian Away
padahal eksekusi DILA DIBUNUH, ARGA DIPOTONG KELAMIN NYA
sullycungliiie
kalau sampe rencana Dila berhasil aku GK mau baca lagi thor.....baru juga lara bahagia terus dilanjing itu mau rebut suaminya lagi... males Thor bacanya kalo sampe itu terjadi
Star Ir
tuh kan receh banget
Umi Kolifah
ya masak Dila menang dan Liam bisa terkena jeratnya , q gak rela Thor kalau hidup lara berantakan lagi, pokoknya q marah sama othor kalau itu terjadi/Sob//Sob//Sob/
Yuli Yulianti
semoga ad yg menolong liam ..Arga bodoh kamu akan menyesal klo kamu ngikuti kehendak Dila biar pun kamu nangis darah lara tidak akan kembali lg kepadamu jadi berpikir kah jgn sampai jadi penyesalan mu
gaby
Yah, makin panjang kali lebar critanya. Ya kali Liam sebodoh itu masuk jebakan. Ntar Dila ngaku2 hamil anak Liam, lalu Lara di madu lg. Ntar Lara nikah lagi sama cwok lain, trus Dila iri lagi, abis itu di ambil lg suami Lara. Kaya gitu aja terus muter2nya.
Ceu Markonah: hampir semua cerita novel begitu
total 1 replies
Ceu Markonah
terlallu muter muter
YuWie
kenapa kata2 nya semakin bertele2 ya
Ma Em
Kenapa Dila tdk mati saja sih karena pendarahan , jgn sampai Arga atau Lara masuk kedalam jebakan Dila , tolong selamatkan Lara Thor 🙏🙏 .
rian Away: TENANG NANTI DIA AKAN MATI SETELAH DI ....
total 1 replies
Ariany Sudjana
itu hukum tabur tuai Dila, terima saja, jangan selalu menyalahkan lara
Ceu Markonah
kpn berakhirnya niat jahat nyai kunti ini
Dewi Yanti
plis thor buat rencana dila gagal, kasihan lara klo sampai m3nderita lg
Tini Uje
dinegara sendiri pun lara tak ada aman2 nya..mnding keluar nagrek aja lagi thor 😅
Maple latte: Di Luar negeri drama hidupnya kurang seru kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!