Wati seorang istri yang diperlakukan seperti babu dirumah mertuanya hanya karena dia miskin dan tidak bekerja.
Gaji suaminya semua dipegang mertuanya dan untuk uang jajannya Wati hanya diberi uang 200ribu saja oleh mertuanya.
Diam-diam Wati menulis novel di beberapa platform dan dia hanya menyimpan gajinya untuk dirinya sendiri.
Saat melahirkan tiba kandungan Wati bermasalah sehingga harus melahirkan secara Caesar. ibu mertua Wati marah besar karena anaknya harus berhutang sama sini untuk melunasi biaya operasi Caesar nya.
Suaminya tidak menjemputnya dari rumah sakit. saat Wati tiba dirumah mertuanya dia malah diusir dan suaminya hanya terdiam melihat istrinya pergi dengan membawa bayinya.
Bagaimana nasib Wati dan bayinya? Akankah mereka terlantar dijalanan ataukah ada seseorang yang menolong mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuni Soehardi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
“Ganti bola dong” pinta suaminya.
“Tidak kalau diganti bola kau pasti teriak-teriak nanti anak kita bangun. Diganti drakor saja” Wati mengganti channel TV kabelnya. Akhirnya mereka berdua nonton love rain.
Film yang romantis. Keduanya duduk berdekatan. Tak terasa Wati menyandarkan kepalanya di bahu suaminya. Dony mengecup kepala istrinya.
Setelah episode itu berakhir Dony mengambil remote dan mematikan TV nya.
“Kok dimatikan?” Protes Wati.
“Ssst….dilarang protes sekarang waktunya busui tidur. Ibu yang baru melahirkan harus banyak istirahat.” Kata Dony sambil mengangkat istrinya. Wati merangkulkan tangannya dileher suaminya.
Dengan hati-hati Dony meletakkan istrinya di ranjang big size itu, menyelimutinya lalu mencium keningnya dan mematikan lampu. Dan dia sendiri merebahkan dirinya di sebelah istrinya.
Wati merasa bahagia dia menemukan Dony nya yang dulu lembut, jenaka dan romantis. Dalam hati ia mengucap syukur dan memohon pada Tuhan untuk tetap menggenggam kebahagiaan itu.
Sesekali Wati bangun untuk menyusui bayinya dan mengganti popoknya. Tengah malam saat ia lapar roti yang selalu tersedia dilahapnya dengan segelas susu dingin dari kulkas.
Wati bangun agak kesiangan hari itu saat bangun ia tidak mendapati suaminya. Wati melihat bayinya masih tidur, ia bergegas mandi dan ternyata suaminya telah mengatur meja makan masakan ayam kecap sudah dipanaskan, Magicom sudah penuh berisi nasi. Cangkir-cangkir kopi berisi kopi hitam yang mengepul.
“Selamat pagi mami, sarapan sudah siap mandi dulu gih sana. Setelah itu kita sarapan sama-sama.” Sapa suaminya.
“Papi kenapa ga bangunin mami sih? Kan harusnya mami yang menyediakan sarapan.” Protes Wati.
“Sudah jangan banyak protes waktu kita tidak banyak. Sana mandi. Apa perlu papi mandiin?”
“Mulai kumat norak ih….” Jawab Wati sambil terkekeh.
Selesai mandi Wati mengurus bayinya dan memberinya susu. Dia menyiapkan tas bayi berisi botol-botol berisi susu tanpa air dan termos berisi air hangat untuk membuat susu dijalan juga beberapa tissue basah dan baju ganti bayinya.
Wati makan dengan lahap. Akhirnya suaminya yang menyiapkan sendiri bekal makan siangnya. Saat Wati masih sarapan Dony pamit ke kantor untuk check clock sebentar lalu kembali lagi ke apartemen.
Baru kali ini suaminya menemaninya kontrol ke rumah sakit. Biasanya Wati kontrol sendirian selama hamil karena ibu mertuanya melarang suaminya mengantar takutnya mengganggu pekerjaan suaminya dan mempengaruhi gaji anaknya.
Tidak terlalu lama menunggu Wati dipanggil masuk dan kali ini suaminya ikut masuk sambil mendorong kereta bayi mereka.
Setelah diganti perbannya Wati ke bagian farmasi untuk mengambil obatnya.
Dony mengantar anak dan istrinya pulang ke apartemen lalu melanjutkan pekerjaannya. Kali ini dia jaga pameran di mall.
Dia tidak datang terlambat karena jam buka di mall itu agak siang.
Beberapa kali ibunya mengirim pesan marah-marah menyuruh Dony pulang. Dony mengabaikan saja tanpa ingin membalas pesan ibunya.
Dony dulu merasa heran melihat teman-temannya bisa KPR rumah padahal gajinya sama, bonusnya juga sama. Mereka juga punya tanggung jawab anak dan istri bahkan ada yang anaknya lebih dari satu.
Ternyata mereka menyimpan sendiri gaji dan bonusnya. Ibu teman-temannya tidak menuntut mereka menyerahkan seluruh gaji dan bonusnya ke ibunya. Selama ini Dony hanya dapat jatah bensin 500 ribu. Makan siang selalu dibawakan dari rumah.
Setiapkali Dony menanyakan gajinya untuk apa saja jawaban ibunya kebutuhan rumah tangga itu banyak ga usah ditanyakan lagi.”
Dony menyadari ada yang salah dalam hidupnya. Mulai sekarang dia akan menyerahkan masalah keuangan pada istrinya supaya dia juga bisa punya rumah seperti teman-temannya. Dony menghela napas panjang. Dilema antara ibu dan istrinya membuat dadanya sesak. Lebih mudah mendaki gunung Himalaya daripada menaklukkan ibunya. Ras terkuat dimuka bumi tiada tanding.
Sesekali Dony melayani customer yang menanyakan beberapa hal tentang rumah dan tak lupa dia meminta no kontak orang yang menanyakan informasi tentang rumah.
Sore menjelang jam kerja usai Dony menghubungi istrinya dan memberitahukan keberadaannya. Ia menyarankan istrinya untuk menyusulnya ke mall tempat Dony jaga pameran dan pulang sama-sama setelah membeli kebutuhan bayi mereka.
Wati bergegas mandi dan berdandan cantik untuk suaminya. Dia membawa bayi dan kereta bayinya naik taxi online menyusul Dony.
Sesampainya di mall Wati melihat Dony masih menerangkan detail rumah kepada calon customer dan saat itu dia bertemu dengan Nadia.
“Wati kau lagi jalan-jalan? suami-suami kita lagi pada jaga pameran tuh” kata Nadia sambil menunjuk dengan dagunya.
“Kau juga menunggu suamimu Nad” tanya Wati.
“Iya sudah lama kami tidak me time. Maunya hari ini kami nonton. Mumpung ada yang jagain anak dirumah. Mertuaku datang. Aku diijinkan pacaran sama suamiku.” Kata Nadia.
“Enak ya mertuamu sangat pengertian dan baik banget.” Kata Wati.
“Sabar Wati yang penting suamimu sekarang ada dipihakmu. Kalian tidak sendiri lagi dalam menjalani kehidupan.”
Akhirnya selesai juga pergantian shif kedua laki-laki itu menghampiri istri mereka masing-masing. Nadia dan suaminya menuju bioskop mall. Wati dan suaminya menuju baby shop.
Setelah selesai memilih dan membeli box bayi dan meja bayi. Wati mengajak suaminya makan di restoran jepang.
Hari itu Wati tidak memasak karena punya rencana makan di mall setelah selesai berbelanja kebutuhan bayi.
Akhirnya bisa damai