Aris putra abraham adalah anak indigo yang menolak menjadi indigo. dia merasa Tuhan salah teknis ketika menciptakannya dengan kelebihan yang bisa melihat makhluk tak kasat mata. setiap kali bertemu makhluk halus aris selalu menghindar. selain takut, dia juga tak sudi terjun ke dunia perhantuan. sampai seorang gadis Misterius penuh dengan teka-teki, Miya Aluna Dhawa.saat berdekatan dengan gadis dada Aris terasa sangat sakit dan Aris juga melihat kalau Miya di penuhi puluhan makluk halus yang menggerogoti jiwanya, hingga Aris mengasah kemampuan nya untuk memecahkan teka-teki pada gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Iya ragu untuk lanjut, namun sudah terlanjur sampai di sini. mana mungkin dia balik lagi kalau kesempatan sudah di depan mata.
rumah Miya sangat amat cantik, bergaya klasik Eropa yang berdiri dari tiga lantai, catnya berwarna putih bersih, jendelanya besar-besar. halaman kanan, kiri, depan belakang juga sangat luas. ditumbuhi rerumputan hijau yang terawat.
di samping kiri rumah, ada garasi panjang dengan 5 pintu. Aris menerka-nerka mobil apa saja yang ada di dalam garasi tersebut.
tapi sekali lagi rumah ini tidak nyaman untuk Aris. dia belum mengetahui apa yang membuat rumah sebagus ini jadi suram layaknya rumah hantu. padahal kalau dilihat, rumah lainnya tampak normal-normal saja.
walau beberapa dijaga oleh mereka yang tak kasat mata.
Aris sempat melihat ada bermacam-macam bentuk makhluk yang menjaga di depan rumah. mulai dari yang tinggi besar sampai mirip orang-orang kerajaan di film- film kolosal.
turun dari motor, Aris naik ke tangga teras. ia mengetuk pintu rumah Miya hanya untuk memastikan berapa tebal dan berat pintu rumah ini. semakin tebal maka semakin mahal. ukirannya pun tidak main-main.
" Owalah, Jadi lupa ke sini mau ngapain"
Aris menekan bel dekat pintu, seseorang membuka pintu, dan ternyata Miya sendiri yang membukanya. Senyum Aris otomatis mengembang.
" hai... akh! akh! " Iya memegangi dadanya yang seperti ditusuk-tusuk jarum.
Miya mengerutkan kening, Iya membuka pintu lebih lebar, lalu keluar. Aris terdiam kaku saat merasa hawa panas keluar dari dalam rumah Miya. Aneh. Harusnya kalau rumah orang kaya itu dingin karena banyak ac-nya.
" Kamu ngapain ke sini?"
Wow, itu kalimat terpanjang yang pernah Aris dengar dari Miya. dengan antusias, Aris mengeluarkan sebuah pena berwarna Baby Blue dengan ukiran beruang lucu di atasnya,, dari dalam tasnya, setelah itu memberikannya kepada Miya.
" ini, Punya kamu tadi jatuh"
Miya menatap pena tersebut tanpa ekspresi, sebelum kemudian menerimanya. senyum Aris semakin lebar.
" mau apa lagi? " tanya Miya.
wajah Aris langsung datar.
nggak disuruh masuk dulu? Haus nih. lelaki itu menggeleng sambil nyengir.
" enggak, cuma mau nganter itu aja. Ya udah aku pulang ya, ehem, ehem"
sengaja batuk-batuk supaya ditawari minum. tapi Miya tetap cuek.
Hem.
jiwa kepo Aris mendorongnya untuk melongok sedikit ke dalam rumah Miya. luar biasa mewah. bak istana di negeri dongeng. tapi kekagumannya luntur saat melihat portal gaib di tengah-tengah ruang tamu, yang dijaga oleh perempuan berbaju merah, dan berambut panjang. Aris menelan ludahnya. merinding tak Karun. Iya segera kembali ke motornya. jadi karena portal gaib itu rumah Miya jadi suram begini?
Kenapa bisa ada di sana coba?
auranya negatif banget lagi. pasti portal itu sengaja dibuka untuk tujuan tertentu. wait! apa jangan-jangan orang tua Miya melakukan pesugihan?
Aris menatap Miya yang masih berdiri di depan pintu. Gadis itu seperti mayat hidup, untung cantik. Kasihan. kalau sampai orang tuanya melakukan pesugihan, berarti tumbal utamanya adalah Miya. dia kan anak satu-satunya.
Aris mendadak khawatir pada gadis itu. benar-benar tidak punya hati orang tua Miya kalau sampai menumbalkan anaknya demi kekayaan duniawi.
Iya naik ke motornya. membunyikan klakson sebagai tanda pamit pada Miya, kemudian pergi.
Miya menatap Aris yang kian menjauh, pandangannya lalu jatuh pada pena yang diberikan lelaki itu. ini bukan miliknya. Aris pasti hanya mencari-cari alasan supaya bisa tahu di mana rumahnya. Tanpa sadar Miya tersenyum tipis, bahkan Hampir tak terlihat.
***
Aris buru-buru menuruni anak tangga Seraya melilitkan sarung di pinggangnya.
" Ma, kok Aris nggak dibangunin sih.. Papa sama abang Jack mana?"
Jack adalah panggilan kesayangan dari Aris untuk Leonardo Putra Abraham, kakaknya tercinta. plesetan dari nama Jack di film Titanic.
mama yang sedang Menyiapkan makan malam di ruang makan menyahut.
" papa sama Abang kamu sudah duluan Naik motor mama"
" tuh, kan issshh... " harus memanyunkan bibir, berjalan keluar rumah dengan langkah dihentak-hentakkan. papa dan Leon pasti bersekongkol meninggalkannya sendiri. Iya jadi merasa tersakiti karena tak dianggap.
" Dih, kayak anak perawan aja ngambeknya" ledek Mama, terkekeh geli.
suara adzan maghrib sudah terdengar di masjid. dengan langkah tergesa-gesa Aris menuju ke sana. sudah tidak ia pedulikan lagi hantu yang berseliweran, dia benar-benar dongkol dan harus segera sampai di masjid sebelum salat dimulai.
"Ris"
" Bang Jul ,nebeng, bang" Aris melompat naik ke motornya julfan, tetangganya.
" tumben jalan kaki, biasanya kayak cabe-cabean sama Om danuar dan Leon"
" gue ketiduran, terus ditinggal sama mereka, kesel banget" Aris muncu-muncu.
" owalah " julfan tergelak, lantas mempercepat laju motornya.
Sesampainya di Masjid Komplek, iqomah sudah dikumandangkan. Aris cepat-cepat mengambil air wudhu, di sampingnya ada Adnan dan Faiz, si bocah epep.
" tumben lama, biasanya paling rajin datang duluan"
" ketiduran" Ketus Aris.
begitu selesai Iya langsung masuk ke dalam masjid, saat matanya bertemu pandang dengan Leon, arison tak membuang muka dengan sadis. Leon tak kuat menahan tawa.
laki-laki itu mengambil tempat agak jauh dari Leon dan papa. salat magrib pun dimulai. selesai salat mereka mendengar ceramah dari Ustad, kemudian dilanjut salat Isya.
seperti biasa Aris, Adnan, Fais, dan bang Naufal, merapikan masjid sebelum pulang agar nyaman dipakai salat subuh. baru Setelah itu mereka pulang jalan kaki ramai-ramai.
" Sedih banget gue, Zaro dilamar Ustadz Hasan. padahal dulu pas masih sekolah Dia janji mau nikah sama gue. tapi apa, malah sekarang nikahnya sama bocah lulusan pesantren. padahal gantengan gue, kaya juga kayak gue" Curhat Ridho.
"dih, nggak bergetar bibir lo ngomong gitu, Bang" sahut Aris, masuk ke mode julid.
Adnan menyambung.
" tahu. semua juga orang ngerti Kalau dari segi manapun lo sama ustadz Hasan masih mending Ustadz Hasan"
" kurang ajar" Ridho menampol kepala Aris dan Adnan.
Naufal tertawa.
" Makanya kalau curhat pastikan jangan ada kembar bangsat. serangan ulti mereka lebih sadis daripada Layla"
mereka tertawa.
" Diam semuanya! Bentar lagi kita bakal ngelewatin rumah kosong bekas orang bunuh diri" ujar si bocah Faiz.
" gue selalu merinding kalau lewat situ" Ridho memeluk tubuhnya sendiri sembari bergidik ngeri.
" Gue pernah habis pulang dari rumah cewek gue. kan gue Lewat gerbang belakang karena lebih dekat, jadi mau nggak mau harus melewati rumah itu. jam 02.00 malam itu kalau nggak salah. pertama Gue masih santai nih kan naik motor, tapi pas lewat depan rumah itu, gue mulai merinding, mana Udah sepi banget kan, ya. jam 02.00 malam Bro lo bayangin. parahnya boncengan motor gue tiba-tiba jadi berat, kayak ada yang dudukin. gue udah feeling pasti ada yang ikut, tapi gue berusaha cuek aja sambil baca-baca doa. selamat juga sampai rumah"
.
.
.