NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Diselingkuhi

Jodoh Setelah Diselingkuhi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Selingkuh
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

"Aku mau kita putus!!"

Anggita Maharani, hidup menjadi anak kesayangan semata wayang sang ayah, tiba-tiba diberi sebuah misi gila. Ditemani oleh karyawan kantor yang seumuran, hidupnya jadi di pinggir jalan.

Dalam keadaan lubuk hati yang tengah patah, Anggita justru bertemu dua laki-laki asing setelah diputuskan pacarnya. Jika pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, kalau ini malah tak kenal tapi berujung perjodohan.

Dari benci bisa jadi tetap benci. Tapi, kalau jadi kekasih bayaran ... Akan tetap pura-pura atau malah beneran jatuh cinta?

Jangan lupa follow kalau suka dengan cerita ini yaa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JSD BAB 8

"Ekhem! Kalian masih lama ngobrolnya?" Suara Anggara membuat Widi dan Gita menoleh terkejut.

Pria itu berjalan pelan menghampiri. Anggita pun seketika berpura-pura benci pada Widi. Dan sebaliknya pula Widi bersikap kalem.

"Yah, kita kan baru nikah hasil dijodohin kan yaa ... kalau aku pengen tidur pisah dari dia gak apa-apa kan?" tanya Gita.

Sang ayah menatap Widi yang hanya diam tak berkomentar. "Lah, kamu kan sudah dewasa. Sudah menikah juga, masa pengantin baru gak mau tidur bareng," sahut Anggara memojokkan.

Jika sudah begini maka Anggita sudah kehabisan ide untuk menolak perkataan ayahnya.

"Duh,"

Tiba-tiba saja Widi menghindar dari Anggara dan juga Gita. Laki-laki itu tampak memegangi perutnya sembari membungkuk.

Mual, itu yang Anggita pikirkan. Sementara Anggara justru merasa heran. Mencoba menebak apakah mereka mulai menjalankan sesuatu yang tidak dirinya ketahui.

"Kamu masuk angin ya, Wid?" tanya Pak Anggara.

Dengan pelan dan wajah yang tampak sedikit pucat, Widi pun mengangguk.

"Sepertinya iya, Pak."

"Oh, ya udah mending kamu di sini aja. Biar Anggita yang kerokin kamu biar gak makin jadi tuh masuk anginnya."

Anggita mendengkus. "Kok aku sih!? Gak ah, bodo amat soal dia."

"Anggita tetap tidak mau? Oke, ayah cabut semua fasilitas kamu dan kamu harus belajar mandiri jadi penjual Es Dawet!" ancamnya.

Sudah jelas Anggita melotot. Ia menggeleng kuat, menepis hal yang tidak dia sukai sama sekali. Sementara Widi tetap memikirkan dirinya yang jelas masuk angin.

"Kok gitu sih ancamannya!"

"Lebih baik mana antara kamu mikirin diri kamu sendiri atau kehilangan sosok suami? Orang di luar sana tuh banyak yang belum juga nikah baru persiapan tapi udah ditinggal selamanya. Kamu mau bernasib kayak gitu juga? mau gimanapun kalian, entah jalur perjodohan atau apalah itu, kalian tetap suami istri, Anggita," jelas Anggara semakin kesal memberi tahu.

"Tapi kan aku gak cinta sama Widi!" pekik Anggita, kali ini suaranya lantang dan nadanya terdengar begitu serius.

Widi mendengarnya tak terkejut. Toh, memang ia juga tak mencintai Anggita. Atau memang belum waktunya ia bisa mencintainya. Namun, Widi tetap merasa memiliki tanggung jawab atas apa saja yang terjadi pada Anggita.

"Udah, jangan ribut. Aku gak perlu dikhawatirkan, karena aku juga harus pulang, Pak. Kasihan ibu masih di rumah sendirian," celetuk Widi.

Anggita menoleh dengan tampang bencinya. Padahal kalau mengingat suasana tadi tidak begitu parah. Ya, intinya setengah gak suka dan setengahnya lagi kerja sama.

"Ibu kamu akan saya jemput dan tinggal sementara di rumah saya. Lagipula kamu ini lagi masuk angin, kenapa terus keras kepala?"

Jika sudah begitu, Widi tak bisa menolak lagi selain menerima keadaan.

Anggara menatap putrinya masih duduk di bangku taman dengan santai. Tentu dirinya merasa anaknya juga sangat sulit diatur untuk bergerak cepat.

"Anggita, kalau kamu gak cepat-cepat bawa Widi ke kamar kamu, ayah tidak main-main untuk cabut fasilitas! satu, dua, tig—"

"I-iya, Yah! Ampun dah, iyaaa ... iya ini aku anterin Widi ke kamar aku ya. Jangan dicabut plis, Gita masih suka belanja dan di troli masih banyak paket belum aku bayar."

Anggara pun mati-matian menahan rasa ingin tertawa melihat putrinya yang mudah diancam walau sesekali. Widi malah tiba-tiba sempoyongan dan nyaris jatuh, namun untungnya Gita merangkulnya meski dengan berdesis kesal.

•••••

Sesampainya di rumah Sarah, Anggara mengetuk pintu cukup pelan. Lalu dari balik pintu itu keluarlah seorang wanita yang tak lain adalah Sarah.

"Eh, Pak Anggar. Ada apa ya, Pak?" tanya Sarah di ambang pintu rumahnya.

Pria yang datang dengan supir pribadinya tersenyum. "Saya ke sini karena ingin mengajak Ibu untuk ke rumah saya. Dikarenakan tadi Widi tiba-tiba masuk angin dan ngotot mau pulang padahal kan mereka pengantin baru ya, Bu. Jadi sekalian saja saya mengajak Ibu untuk tidur di rumah saya."

"Oh, tapi Pak, saya gak enak kalau ikut ke rumah Bapak. Kan anak kita menikah dari perjodohan mendadak ya."

Anggara terkekeh. "Memang betul anak kita saya jodohkan secara tiba-tiba, tapi itu semua juga demi anak kita, Bu. Dengan ini juga Widi jadi bisa dapat pekerjaan di kantor saya. Sekaligus bisa juga mendapat warisan dari saya. Bukan dengan cuma-cuma, melainkan karena Widi saya lihat sebagai laki-laki yang baik."

Tanpa lama Sarah pun menyetujui. Apalagi suasana malam mendadak turun hujan.

Berganti pada keadaan Widi dan Anggita, pengantin baru tersebut justru sibuk berdebat di kamar Gita. Suatu malam pertama yang sangat aneh bagi keduanya. Bukannya romantis, eh malah saling adu mulut.

"Lo jangan ngarep bisa gue kerokin ya! Enak banget jadi laki dibayar mulu sama ayah gue, apalagi lo tuh lemah. Nih, jaket lo gue balikin!"

Anggita melempar jaket Widi dari kasur ke sudut kamarnya dimana di sanalah posisi Widi duduk tanpa tikar dan alas apa-apa.

"Galak banget. Aku juga gak akan tinggal diam di sini. Mending kamu kasih tahu jalan pintas mana yang bisa buat aku kabur," ujar Widi dingin.

"Mau kabur? Tuh, lewat jendela yang bisa langsung terjun ke bawah, mumpung lagi gak ada ayah kan kesempatan buat gak tidur bareng."

Widi bergegas memakai jaketnya dengan kondisi tubuhnya yang memang terasa lemas, tapi ia tetap ingin menjaga ibunya di rumah.

Baru menginjakkan satu kakinya hendak turun, Gita dengan kesal karena sebentar lagi ayahnya sampai, buru-buru ia mendorong Widi hingga membuat laki-laki tersebut terjatuh langsung ke bawah.

"Widi!"

Anggita histeris tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh tangannya sendiri. Tapi, syukurlah Widi masih sadar dan berusaha bangkit walau sisa tenaga nyaris habis.

"Udah, tidur aja sana! Jangan lupa kasih bantal guling di sebelahnya biar gak pada curiga!" teriak Widi saat tahu bahwa rumah Anggita sedang tidak ada siapa-siapa. Bahkan satpam yang berjaga pun rupanya tertidur.

Mendengar itu Anggita mengangguk ragu. Ia menatap ke bawah, melihat satu tangan kiri Widi yang tampaknya sakit.

"Tapi lo beneran aman, kan!?" balasnya setengah berteriak.

Tanpa menjawab Widi hanya mengacungkan jempolnya. Kemudian berlari kabur saat gerbang rumah tidak dalam pengawasan si satpam.

  ••••

Pukul sebelas malam Shinta melakukan pertemuan penting dengan Ridho. Tempatnya di sebuah markas kecil yang tak terlalu diketahui orang-orang.

"Lo mau sampai kapan gini, hah!?" tanya Shinta, dalam kondisi mulutnya yang disumpal kain dan tangan kakinya terikat.

Ridho terkekeh sambil berkacak pinggang. "Siapa suruh lo masuk ke dunia gue? Yah, anggaplah ini balasan isengnya gue setelah lo sok asik sama gue."

 "Lepasin gue!"

"Gampang, lo harus mati dulu baru gue lepasin."

1
Lonafx
kacau banget cwok kayak Arya, gak modal😅

hai kak, aku mampir, cerita kakak bagus💐
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!