Duke tumbuh miskin bersama ayah angkatnya, dihina dan diremehkan banyak orang. Hidupnya berubah ketika ia dipaksa menikah dengan Caroline, cucu keluarga konglomerat Moreno, demi sebuah kontrak lama yang tak pernah ia mengerti.
Di mata keluarga besar Moreno, Duke hanyalah menantu tak berguna—seorang lelaki miskin yang tak pantas berdiri di samping Caroline. Ia diperlakukan sebagai budak, dijadikan bahan hinaan, bahkan dianggap sebagai aib keluarga.
Namun, di balik penampilannya yang sederhana, Duke menyimpan rahasia besar. Masa lalunya yang hilang perlahan terungkap, membawanya pada kenyataan mengejutkan: ia adalah putra kandung seorang miliarder ternama, pewaris sah kekayaan dan kekuasaan yang tak tertandingi.
Saat harga dirinya diinjak, saat Caroline terus direndahkan, dan saat rahasia identitasnya mulai terkuak, Duke harus memilih—tetap bersembunyi dalam samaran, atau menunjukkan pada dunia siapa dirinya yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZHRCY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SINGKAT PADAT JELAS
Begitu lift mencapai lantai paling atas dan pintunya terbuka, Duke berjalan ke koridor bersama dengan Marcellus dan K.
Lalu dia menatap ayahnya dan berkata, "Ayah tahu apa yang harus dilakukan, bukan?"
"Ya. Tapi apakah kau bisa menangani bagian ini?" Tuan William bertanya dengan raut wajah cemas.
"Ayah, aku..."
"Duke, di dalam ruang rapat itu ada para binatang buas teratas di dunia bisnis, dan jika kau tidak bisa menjinakkan mereka, kau tidak akan mendapatkan pengakuan mereka."
"Percayalah sedikit padaku. Bagaimanapun juga aku ini putramu,."
Saat ekspresinya melunak, Tuan William meletakkan telapak tangannya di pipi Duke, menepuknya, dan berkata, "Kau memiliki kepercayaanku sepenuhnya, Nak. Aku bangga padamu."
Setelah itu, dia menarik kembali tangannya ke sisi tubuhnya dan pengawal menekan tombol satu. Kemudian pintu lift menutup.
"Ayo pergi," gumam Duke, melirik Marcellus.
Ruang rapat sunyi karena semua orang menunggu dengan cemas, mengira Tuan William akan masuk ke ruangan kapan saja.
Namun saat pintu terbuka dan Duke melangkah masuk, suasana menjadi sangat hening dengan semua orang menatap tak percaya ketika dia berjalan ke depan ruangan, lalu berhenti menghadap mereka.
"Selamat siang. Saya Duke William, kepala baru untuk proyek resor senilai 2,5 miliar dolar." kata Duke dengan wajah datar.
Keterkejutan melanda wajah para tamu ketika mereka menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan, lalu kegaduhan muncul dengan semua orang melontarkan pikiran mereka secara terbuka dan mengucapkan apa pun yang ada di benak mereka.
Beberapa pernyataan terdengar kasar, ada yang memuji, dan ada juga yang bodoh. Namun dengan semua orang berbicara sekaligus, Duke hampir tidak punya kesempatan untuk mengatakan apa pun.
Bahkan ketika dia mencoba berbicara, kata-katanya akan tertutup oleh keributan di ruangan.
"Marcellus, diamkan orang-orang ini," gumam Duke sambil mengusap dahinya.
Sedikit mengangguk, Marcellus mendekati mikrofon, mengetuknya, dan seketika ruangan menjadi sunyi.
Kemudian dia mengernyit melihat perubahan sikap mereka yang mendadak dan berkata, "Ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Tuan Muda. Harap untuk mendengarkannya!"
Tak seorang pun berkata apa-apa saat Marcellus menyingkir dan memberi jalan bagi Duke untuk mengambil alih mikrofon.
Menjaga kontak mata dengan orang-orang yang menatap penuh perhatian padanya, Duke mengeraskan wajahnya dan berkata, "Ayahku pasti sangat melebih-lebihkan kalian semua."
Suara samar beberapa tamu berdeham terdengar bergema di aula.
"Raja-raja bisnis papan atas? Yang kulihat hanyalah pria dan wanita dewasa yang berperilaku seperti anak TK." kata Duke dengan berani, sambil memperkeras ekspresinya.
Saat itu juga, semua suara di ruangan langsung berhenti, dan wajah para tamu berubah menjadi sedikit lebih serius.
"Aku tidak akan membuang 2,5 miliar dolar pada orang-orang yang tidak bisa menunjukkan sedikit pun rasa hormat padaku," kata Duke, wajahnya berkerut menahan kesal.
Kemudian dia menahan kata-katanya selama beberapa menit, mendengarkan keheningan dengan rasa puas, dan setelah melihat tatapan penuh ketundukan di mata mereka, Duke menghela napas dan berkata, "Rapat ini selesai."
Tak ada yang bereaksi sesaat, tetapi ketika mereka melihat Duke berjalan ke arah pintu, kegaduhan pun muncul, dipenuhi dengan teriakan permohonan mereka.
Dalam sekejap, mereka berlari mengejarnya ke koridor sambil memanggil namanya.
Suara teriakan putus asa mereka terdengar seperti musik kemenangan di telinga Duke ketika dia berjalan santai menyusuri lorong, dikelilingi banyak pengawal.
Saat sampai di lift, dia menatap kelompok orang yang ditahan mundur oleh para pengawal. Lalu dia melangkah masuk ke lift bersama Tuan Marcellus dan K di sisinya.
Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel dari saku dan menekan nomor ayahnya.
Sejenak, Tuan William menatap gedung Visionary Teamworks. Lalu dia menjawab panggilan itu, dan bertanya, "Bagaimana pertemuannya?"
"Sudah selesai," gumam Duke sambil memasukkan tangan kanannya ke dalam saku.
"Mengapa?"
"Aku sedang menjinakkan binatang-binatang buas itu. Mereka harus tahu kalau mereka yang membutuhkanku, bukan aku yang membutuhkan mereka."
Sambil tersenyum, Tuan William membuka pintu mobil dan berkata, "Aku tidak bisa lebih bangga lagi menyebutmu sebagai putraku."
"Apakah Ayah sudah sampai?"
"Ayah sudah di sini."
Ketika lift mencapai lantai pertama dan Duke keluar, dia langsung dikelilingi beberapa kelompok pebisnis pria dan wanita.
"Ayah, aku akan meneleponmu kembali," gumam Duke sebelum mengakhiri panggilan.
Begitu dia menjauhkan ponsel dari telinganya, lobi menjadi riuh dengan mereka yang berusaha berbicara sekaligus.
"Diam," perintah Duke dengan wajah mengernyit.
Butuh beberapa detik bagi keributan itu mereda dan mereka memberikan perhatian penuh padanya.
"Bagus! Sekarang angkat tangan satu per satu, dan aku harus menunjukmu dulu sebelum kau bicara. Jelas?" kata Duke dengan tenang, menatap wajah mereka.
Saat mereka semua mengangguk diam-diam, seorang wanita mengangkat tangannya dan Duke menatapnya dengan tajam lalu berkata, "Silakan."
"Saya Melinda Dee, CEO RightWay Inc. Pertama-tama, saya ingin meminta maaf atas tindakan kami. Kami semua terkejut, mengetahui status yang Anda pegang di keluarga Moreno." kata Melinda dengan berani.
Lalu dia melirik yang lain yang sedikit mengangguk setuju dengan pernyataannya sebelum berkata, "Tapi sekarang kami jelas melihat siapa Anda sebenarnya. Satu-satunya pewaris Tuan William, dan kami merendahkan diri di hadapan Anda."
Melihat ekspresi mereka yang penuh rasa hormat, Duke tersenyum tipis dan berkata, "Pertemuan ini memang sudah selesai, tapi aku bisa meluangkan waktu untuk pertemuan lain. Marcellus akan memberitahu kalian tanggalnya."
Kemudian dia berjalan melewati mereka, berhenti sejenak, berbalik, dan berkata, "Aku harap kalian semua bisa berperilaku baik di pertemuan berikutnya."
Setelah itu, dia berjalan pergi sementara mereka semua menatapnya dengan tak percaya.
~ ~ ~
Ketika Tuan William tiba di gedung Visionary Teamworks bersama para pengawalnya, dan semua orang melihatnya, suasana di lantai pertama menjadi sunyi.
Namun dia tidak memperdulikan perhatian yang ditujukan padanya dan terus berjalan dengan hanya satu pikiran dalam benaknya, yaitu mengikuti rencana Duke sepenuhnya.