Menikah dengan pria yang dicintai merupakan impian setiap wanita. Begitu pun dengan ku,bisa menikahi pria yang tak hanya kucinta,tetapi juga rupawan dan tentu baik hatinya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi ku. Ditambah mertua dan ipar dan keluarga suami begitu menyayangi ku.Tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama. Hal itu berawal di saat aku memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang gak sengaja aku temukan di pabrik tempat aku bekerja. Suami,mertua,ipar dan semua keluarga nya menentang,yang katanya asal usul bayi itu tidak jelas.
"Kamu itu gimana sih,kok bisa-bisanya adopsi bayi itu tanpa persetujuan kami ? Gimana kalau bayi itu hasil dari hubungan gelap ? Asal usul nya gak jelas,bisa saja kan bayi itu hasil hubungan gelap,karena tak diinginkan makanya dibuang ,lah kamu malah pungut tuh bayi haram !" Ujar ibu mertuaku dengan kesal.
Sebagian cerita ini aku ambil dari kisah nyata dari beberapa narasumber di sekitar ku juga sebagian ada kisah ku juga.Jangan lupa like dan komen ya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qsk sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Setelah beberapa saat, akhirnya aku sampai juga di rumah orangtua ku. Kulihat warung nampak ramai. Ibuku membuka warung kopi di depan rumah yang dibantu ayah ku tentunya. Tak berlama-lama setelah aku titipkan Arvan pada ayah ku ,karena ibu tengah kerepotan melayani pembeli aku segera memacu motor matic ayah ke arah terminal yang berjarak tiga kilometer dari rumah orangtua ku.
Sesampainya di terminal ku lihat ayah mertua sudah berdiri sambil berkacak pinggang melihat kedatanganku. Raut wajahnya sudah tak enak dipandang. Aura kekesalan terpancar jelas di wajahnya. Siap-siap deh kena semprot. Batin ku.
"Assalamualaikum...pak,sudah lama nunggu ?" Sapa ku hendak mencium punggung tangan nya
Namun lekas ditepisnya," Lama benget sih ! Pegal bapak nunggu dari tadi " Sentak nya. Beberapa orang yang berada di terminal melirik ke arah kami.
"Maaf,pak. Tadi angkot nya lama" Ucap ku lirih.
"Alesan ! Sudah cepat ! Bapak sudah lelah ingin istirahat " Ucap bapak mertua segera berjalan ke arah motor ku terparkir.
Ku hembuskan nafas panjang,melihat barang-barang bawaan bapak mertua yang tak sedikit. Satu tas punggung,dan dua kardus kecil plus satu kantung kresek hitam ukuran sedang ,mungkin isinya oleh-oleh untuk istri nya. Aku lantas membawa barang-barang itu bolak-balik.
Setelah semua barang tersimpan rapih di motor,dua kardus aku tumpuk di depan,tas punggung aku taruh di atas nya ,sedang kantung kresek ku gantung di cantelan motor. Aku lantas menaiki motor dengan hati-hati. Ku stater dan melaju lah motor matic itu. Tak sampai setengah jam,aku pun sampai. Bapak mertua turun dari motor dan berlalu begitu saja tanpa menghiraukan barang-barang nya. Sekali lagi aku menghela nafas panjang dan membawa nya satu persatu dan memasukan nya ke dalam rumah mertua.
Kedatangan bapak mertua tentu disambut suka cita anak,istri dan cucu-cucu nya.
"Gimana pekerjaan nya ,lancar ? Kok bapak sudah pulang saja sih,baru saja dua Minggu " Tanya Ibu mertua
"Bapak gak betah Bu,di sana kalau siang panas banget ,malam nya dingin kaya di kutub. Mana nyamuk nya banyak banget, gede-gede lagi" Jawab bapak mertua seraya menyandarkan punggungnya ke tembok.
"Ya,...namanya juga di perantauan mana ada yang enak " Gumam ku pelan
"Kamu ngomong apa ?" Tanya ibu mertua yang rupanya mendengar gumaman ku.
"Enggak kok Bu,aku mau pamit jemput Arvan " Jawab ku ngeles
"Ya sudah,sana pergi ! Kelamaan di sini nanti kamu minta oleh-oleh nya lagi,ini cuman sedikit " Ucap ibu mertua yang segera mengambil kantung kresek dan mendekapnya.
Ya elah,... takut bener. Perasaan dirinya yang selalu kepengen kalau lihat aku punya apa-apa,tapi giliran sendiri nya yang punya ,malah takut diminta.
"Gak kok bu " Ucap ku ,aku pun segera pamitan untuk pergi.
Namun motor bukan aku belokan ke arah rumah orangtua,tetapi ke arah kafe milik ku. Sekalian kan,kapan lagi aku bisa keluar buat lihat kafe. Pikir ku.
Tak lama aku pun sampai,setelah ku parkirkan motor,aku puk segera melangkah masuk tetapi aku masuk lewat pintu belakang.
"Eh...Bu Mila " Kejut salah satu pegawai kafe begitu melihat ku
Aku pun tersenyum,"Sasa ada ?" tanya ku
"Ada Bu,di ruangan nya "
"Ok ,makasih " Aku segera pergi menuju ruangan Sasa berada. Sebuah ruangan bertuliskan manager,kini aku berdiri. Aku mengetuk pintu dan tak lama suara dari dalam ruangan itu berteriak.
"Masuk !"
Aku menarik nafas,teman ku ini kebiasaan banget deh. Gak bisa gitu cek dulu siapa yang datang,malah langsung teriak masuk saja. Aku pun segera membuka pintu,Sasa yang tengah duduk di kursi nya sambil menatap layar laptop menoleh pada ku sambil tersenyum lebar.
"Akhirnya Bu bos keluar juga dari sarang nya,gimana kesan-kesan nya jadi seorang ibu eh salah jadi seorang istri yang merahasiakan identitas nya ?" Aku mencebik mendapat kan godaan teman ku ini.
"Ck. Apa sih ? Emang nya aku burung pake keluar dari sarangnya segala " Ucap ku lalu duduk di sofa gak jauh dari meja kerja nya Sasa. Gadis yang masih jomblo itu membiarkan layar laptop nya menyala dan lebih memilih untuk mengikuti ku duduk di sofa.
"Ada apa ? Tumben datang ke kafe ? Di rumah ada masalah lagi ?" Tanya Sasa nampak perduli padaku ,ia bahkan sempat mengambil minuman dingin di kulkas mini untuk ku. Aku memang memfasilitasi nya sebuah kulkas mini agar memudahkan nya. Tak hanya itu di ruangan itu juga ada dispenser dan televisi juga.
"Selalu " Jawab ku singkat. Kulihat kening Sasa mengernyit. Lalu tak menunggu lama dia langsung beritanya.
"Maksudnya ? Selalu gimana ?" Tanya nya
"Yaa...gitu deh. Semenjak ada Arvan topeng mereka terbuka" Jawab ku lalu menyeruput minuman dingin yang begitu menyegarkan di tenggorokan.
"Topeng ? memang nya selama ini mereka pakai topeng? Kok bisa gak keliatan ya, maksudnya gini loh,wajah mereka keliatan asli gitu ,masa pakai topeng sih ? Terus wajah asli mereka seperti apa bentuknya ? Apa mirip dakocan atau ...."
"Yeuuuuhhh.....!" Sebelum dia menyelesaikan ucapannya,aku lebih dulu menoyor kepalanya. Gemas sekali rasanya pada teman ku ini. Terkadang aku suka heran,padahal dia itu pintar, di sekolah pun dia selalu menyandang gelar juara kelas dulu,bahkan aku saja sampai kalah dari nya ,tapi... entah mengapa jika di luar perakademikan ia justru malah sebaliknya,agak kurang konek dan juga telmi alias telat mikir.
"Isshh....main toyor saja,kepalaku udah difitrahin tau... gini-gini aku itu manager di kafe ini " Gerutu nya sambil memasang wajah ketus namun aku tahu dia tidak benar-benar marah.
"Abisnya kamu tuh bikin aku gemas saja. Bukan topeng itu maksud aku ,tapi sifat dan sikap mereka "Gemas ku
"Maksud nya gimana ?" Aku menepuk kening. Lalu dengan sabar aku pun menjelaskan permasalahan rumah tangga ku.
"Jadi gini loh...."
"Ya ampun ! beneran mereka seperti itu ?" Tanya Sasa nampak terkejut mendengar penuturan ku
"Gak nyangka sih,padahal kan dulu mereka itu sayang banget sama kamu,aku pun rasanya tenang karena kamu tinggal bersama orang-orang yang menyayangi kamu. Tapi ternyata ...."
"Ya, beginilah takdir Sa. Tak selamanya pelangi akan menunjukan warna indah nya. Aku gak tahu mesti sedih atau bersyukur Sa...." Potong ku
"Kenapa bersyukur? Kamu harus nya senang dong ,dengan begitu kamu jadi tahu bagaimana aslinya mereka " Tanya Sasa
"Ya itu maksud aku ,Sasa Salahudin binti Udin Salahudin ...." Gemas ku
"Idih,biasa aja kali,pake ngegas segala. By the way,kok kamu baru ngasih tahu aki sekarang ,kenapa gak dari dulu ?" Tanya Sasa lagi
"Kamu nya gak nanya. Lagian aku juga gak ada waktu buat cerita-cerita,kamu tahu sendiri kan semenjak aku berhenti kerja aku gak bisa pergi dari rumah seenak nya,banyak tugas negara yang harus aku kerjakan. Sekarang saja aku bisa keluar juga karena abis jemput bapak mertua jadi bisa sekalian keluar. Besok-besok gak tahu bisa keluar lagi apa enggak " Ucap ku
"Kok gitu ?"
"Ya kan,aku mana mungkin bawa Arvan kemana-mana,kasihan masih kecil " Alasan ku memang lah jagoan kecil ku.
"Oh "Sasa hanya ber oh ria menanggapi ucapan ku
"Oh iya,gimana kafe hari ini ?" Tanya ku mengalihkan pembicaraan
"Hari ini Alhamdulillah,cukup ramai seperti biasa,cuman ya... gitu deh pasti ada aja drama pengamen masuk ,mana maksa pula "Ucap nya
"Pengamen ?" Tanya ku
"Iya,dan itu terjadi hampir tiap hari. Untung saja aku udah minta pihak keamanan jadi tadi hanya ada satu pengamen yang masuk " terang Sasa
"Syukurlah kalau begitu " Lirih ku
"Ya sudah ,kalau gitu aku pulang dulu ya,kasihan Arvan sudah terlalu lama aku tinggalin " Aku beranjak
"Cepet banget sih,kan masih banyak yang mau aku bahas " Ucap Sasa
"Iya,nanti aku ke sini lagi kalau ada waktu. sekalian kita rapat " Ucap ku lagi
"Oh ya ,udah deh. Hati-hati di jalan kalau begitu " Sasa mengantar ku keluar,namun netra ku menangkap siluet seseorang yang sangat aku kenali.
Aku pun lantas menarik Sasa untuk bersembunyi.
"Kok malah sembunyi sih ?"Tanya Sasa nampak keheranan ,aku pun lantas menyuruh nya diam.
"Syuuthh ! Aku lihat Mas Danu " Bisik ku
"Hah ? Di mana ?" Tanya nya dengan suara lantang ,aku lantas dengan cepat membekap mulutnya.
"Ih...sekalian saja pakai toa !" Desis ku pelan
"Hehehe....sorry, kelepasan " Cengir nya
"Emang iya ada suami kamu ? Di mana mana ?" Tanya nya lagi
Namun aku tidak menjawab karena mataku terfokus pada Mas Danu yang tengah bersama seorang wanita. Tak ada yang lain di sana. Hanya mereka berdua.
"Siapa perempuan itu ?"
Bersambung....