NovelToon NovelToon
Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Mengubah Takdir
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Xera Abilene Johnson gadis cantik yang hidup nya di mulai dari bawah, karena kakak angkat nya menguasai semua harta orang tua nya.
Namun di perjalanan yang menyedihkan ini, Xera bertemu dengan seorang pria dingin yaitu Lucane Jacque Smith yang sejak awal dia
menyukai Xera.
Apakah mereka bisa bersatu?? Dan jika Xera mengetahui latar belakang Lucane akan kah Xera menerima nya atau malah menjadi bagian dari Lucane??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Malam sudah turun sempurna. Suara serangga hutan di kejauhan berpadu dengan hembusan angin lembut. Di sebuah pondok kayu di dekat lokasi pernikahan, cahaya kuning temaram lampu minyak menari di dinding kayu.

Lucane membuka pintu perlahan, mempersilakan Xera masuk lebih dulu. Xera melangkah perlahan, jari-jarinya menyentuh kain gaun yang kini terasa terlalu mewah untuk malam sekecil ini.

Lucane menutup pintu. Hening.

Xera berdiri membelakangi Lucane, menatap ke jendela di mana bulan separuh bersinar redup. Bahunya naik turun pelan, menahan gugup.

“Xera…” suara Lucane terdengar rendah di belakangnya.

“Aku belum pernah menjalani hari seperti ini,” gumam Xera. “Semuanya terlalu cepat.”

Lucane mendekat, berhenti tepat di belakangnya. Dia tidak menyentuhnya, hanya berdiri cukup dekat hingga Xera bisa merasakan hangat napasnya.

“Aku juga tidak pernah membayangkan menikah. Aku pikir aku tidak cocok untuk ini,” ucap Lucane lirih.

“Lalu kenapa tetap melakukannya?” tanya Xera, masih menatap keluar.

“Karena aku tidak bisa lagi membayangkan hidup tanpamu.”

Xera berbalik perlahan. Matanya berkaca-kaca. Namun tidak ada air mata jatuh. Dia hanya menatap Lucane dengan campuran takut, kagum, dan cinta.

“Aku bukan orang kuat, Lucane.”

Lucane menggeleng.

“Bohong. Kau lebih kuat dari siapa pun yang pernah aku kenal.”

Xera tertawa kecil, suaranya bergetar.

“Aku tetap takut.”

Lucane mengulurkan tangan, menggenggam jemarinya lembut.

“Aku juga.”

Perlahan, Lucane menyentuh pipinya, ibu jarinya mengusap perlahan kulit halus di bawah mata Xera. Wajah mereka begitu dekat. Napas mereka saling bertemu di udara.

“Aku janji… tidak akan pernah membiarkanmu sendiri lagi. Bahkan di dalam kegelapan terburuk.”

Xera akhirnya mengangguk pelan. Perlahan, dia meraih wajah Lucane, menariknya mendekat, dan mencium bibirnya dengan gemetar. Lucane membalas ciuman itu lembut, sabar, tak terburu-buru. Hanya rasa. Hanya kejujuran.

Ciuman mereka lama, tenang, namun terasa begitu dalam. Saat keduanya melepaskan diri, dahi mereka bersandar satu sama lain.

Lucane berbisik pelan.

“Mulai malam ini, semua bagian hidupku adalah milikmu.”

Xera tersenyum, matanya masih berembun.

“Dan semua lukamu juga akan menjadi lukaku.”

Lucane mengangguk, lalu sekali lagi menunduk mencium Xera. Kali ini lebih lama. Lebih dalam.

Di luar, angin malam mengguncang tirai lembut jendela. Namun di dalam, hanya ada kehangatan yang perlahan menaklukkan segala ketakutan.

Malam itu berakhir dengan mereka berdua berbaring berdampingan. Tidak banyak kata. Hanya genggaman tangan yang tak mau terlepas, seolah keduanya akhirnya mengerti,

Mereka kini bukan lagi dua orang berbeda. Mereka adalah satu perisai. Satu kelemahan. Dan satu kekuatan.

* * * *

Setelah acara pernikahan lucane pun mengajak Xera untuk pergi hannymoon di

Sebuah vila modern berdiri di tepi danau tenang di pegunungan Swiss. Udara sejuk, langit biru, dan salju tipis melapisi puncak pohon-pohon cemara.

Xera berdiri di balkon, mengenakan sweater wol putih, memandangi pantulan cahaya matahari di permukaan air. Lucane datang menghampirinya, merangkul pinggangnya dari belakang.

“Kau menyukai tempat ini?” tanya Lucane pelan, suaranya serak dibalut udara dingin.

Xera tersenyum kecil.

“Ini seperti dunia yang tidak nyata. Semua terlalu damai.”

Lucane mengecup pelipisnya.

“Kau layak mendapat kedamaian. Selamanya.”

Xera terdiam sejenak. Lalu menarik napas panjang.

"Terimakasih Lucane" ucap Xera tersenyum

* * * *

Beberapa jam kemudian, mereka berjalan di sepanjang tepian danau. Kaki mereka sesekali menginjak salju lunak.

Xera tiba-tiba berhenti. Menatap Lucane dengan mata serius.

“Lucane aku ingin membicarakan sesuatu.”

Lucane mengerutkan alis.

“Tentu.”

“Aku ingin mengambil kembali semua harta orangtuaku yang dirampas Alexi.”

Lucane memandangnya lama. Tidak terkejut, tapi wajahnya mengeras.

“Aku sudah memperkirakan kau akan membicarakan ini.”

“Aku tidak bisa terus hidup seolah-olah aku tidak kehilangan apa-apa. Itu bukan hanya soal uang, Lucane. Itu harga diri ayah dan ibuku.”

Lucane mengusap pipinya dengan ibu jari.

“Aku mengerti. Tapi jika kau masuk ke sana, itu akan mengundang bahaya yang kau bahkan tidak bisa bayangkan.”

Xera menggeleng, air matanya berkilat tapi tidak jatuh.

“Aku tidak mau hanya menjadi istrimu yang kau lindungi. Aku mau berdiri di sampingmu. Aku mau menjadi bagian dari pertarungan ini. Aku berhak, Lucane.”

Lucane menatap danau yang membeku di pinggirnya. Lalu menatap Xera lagi dengan sorot tajam.

“Kalau begitu… kita lakukan dengan caraku. Aku akan membantumu merebut kembali semuanya. Tapi kau harus janji kau akan mendengarkan setiap perintahku. Ini bukan hanya soal harta. Ini soal hidupmu.”

Xera menarik napas panjang, lalu mengangguk tegas.

“Aku janji.”

Lucane menatapnya lama, lalu tersenyum tipis.

“Selamat datang di dunia nyata, Nyonya Smith.”

* * * *

Malamnya, di vila yang hangat, Lucane memanggil Max dan Juan lewat video call. Di meja kaca, tampak dokumen-dokumen tentang perusahaan dan rekening Alexi.

Max berbicara serius.

“Kami sudah mengumpulkan sebagian besar bukti penggelapan Alexi. Kalau ini diungkap, bukan cuma harta orangtuamu yang bisa kembali, Xera. Dia bisa masuk penjara seumur hidup.”

Lucane menatap Xera.

“Tapi dia bukan sendirian. Dia punya jaringan mafia kecil. Kita harus memotong mereka dulu.”

Xera mengangguk.

“Aku tidak takut. Aku hanya tidak mau terus merasa dirampas.”

Lucane meraih tangan Xera, menggenggamnya erat.

“Kau tidak sendirian lagi.”

Di luar, salju turun perlahan. Namun di dalam vila, dua orang berdiri bersama, bukan lagi hanya suami dan istri, tapi sekutu.

Lucane mencium kening Xera pelan.

“Siapkah kau berperang?”

“Lebih dari siap.”

Mereka menatap salju yang jatuh di balik kaca. Mulai malam itu, bulan madu mereka bukan hanya tentang cinta tapi juga tentang merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik mereka.

* * * *

Setelah selesai dengan panggilan video itu, Xera dan lucane pun duduk bersantai di kamar mereka sembari menikmati wine dengan tenang.

Beberapa saat kemudian, lucane memanggil Xera dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Xera.."

Xera pun langsung memandang suami nya dengan tatapan was was.

"Boleh aku meminta hak ku sebagai suami mu" tanya Lucane dengan suara rendah

"A..apaa!" Xera sedikit terkejut dengan ucapan Lucane namun serigala ini tidak bisa di hentikan,

Lucane langsung mengungkung Xera, Xera masih mematung di tempat nya.

Lucane mulai mel*mat bibir merah Cherry milik Xera dengan lembut, sementara Xera berusaha untuk melawan tindakan Lucane ini dengan susah payah namun Xera kalah dengan kekuatan Lucane.

Tentu saja untuk hal yang lebih dalam dia belum siap melakukan nya.

Xera melepaskan pagutan bibir itu dengan susah payah, sementara Lucane yang telah diliputi gairah dan dalam keadaan ma*uk terus mel* mat bibir Xera dengan lembut sementara Xera berusaha mem berontak namun karena sentuhan lembut dibeberapa daerah sensit*f yang diberikan Vincent lama kelamaan Xera malah menikmati permainan ini.

Ci*man Lucane turun keleher jenjang milik Xera bahkan Lucane memberikan tanda tanda merah di leher milik Xera, Lucane juga memberikan sentuhan dibeberapa titik yang membuat Lucane semakin teran*sang hingga des*han kenikm*tan lolos dari bibir mungil Xera

" Akhhhhh" lenguh Xera

Ha*rat Lucane semakin memuncak mendengar des*han desahan kecil Xera kemudian Lucane melu* uti pakaiannya dan pakaian Xera hingga keduanya kini sudah po*os tanpa sehelai benangpun.

Lucane bahkan mulai bermain di kedua gundukan kenyal milik Xera bahkan dia mere*asnya dan menyesapnya, Xera pun semakin tidak karuan mendapatkan keni*matan yang diberikan Lucane.

" Akhhhhhh.." Racau Xera.

Setelah puas bermain digu* dukan kenyal itu, kini Lucane turun kebagian bawah milik Xera Yang ternyata sudah sangat basah itu.

Lucane semakin menyunggingkan senyumnya kala mendengar racauan kenik*atan dari wanita yang berada dibawah kungkungannya ini.

Tidak mau berlama-lama lagi menahan has*atnya, Lucane segera mengarahkan benda pusakanya dan segera melakukan penyatuan namun saat akan memasuki milik Xera, Lucane kesulitan karena milik Xera sangat sempit. Ya karena ini yang pertama untuk Xera.

"Akhh kenapa ini sempit banget Sayang,apa ini pertama kalinya untukmu ?"

Xera menahan sakit dibagian i*tinya, sesuatu yang besar menerobos lu*ang kenikma* annya, air mata nya bahkan lolos dari sudut mata Xera.

Dengan keadaan yang seperti ini Xera dapat melihat jika suami nya ini sangat tampan.

Lucane semakin memberikan sentuhan lembut agar Xera rileks dan tidak terlalu merasakan sakit, hingga akhirnya Lucane berhasil menerobos selaput tipis milik Xera selalu dia jaga selama 24 tahun.

Pada akhirnya rasa sakit yang dirasakan Xera berubah menjadi rasa nik*at yang baru kali ini dia rasakan.

Hingga akhirnya keduanya sudah mengalami pele*asan beberapa kali, setelah itu keduanya tertidur sambil berpelukan.

* * * *

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!