"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32. 3 Kali Plus Extra Camilan
Beby baru tahu kegiatan di rumah caleg menjelang pemilu itu akan seperti ini. Bisa dimaklumi, soalnya Beby biasa duduk di rumah sambil nunggu serangan fajar maupun serangan senja mengetuk pintu rumahnya. Pemilu lalu, Beby seharusnya pertama kali ikut pemilu, sayangnya dia golput. Sakit hingga di opname seminggu.
Biasanya selain menunggu serangan dadakan seperti itu, menjelang pemilu, kerabatnya sibuk berembug membagi suara pada caleg yang telah melakukan kontrak politik dengan tokoh masyarakat maupun kelompok-kelompok paguyuban juga arisan ibu-ibu dimana saudara nya bergabung. Pun kemarin saat Beby menelpon saudara nya itu, mereka sibuk menceritakan apa yang terjadi di desanya. Masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Meski sekarang, nilai kontrak politik makin besar.
Danu semalam tidak pulang, hanya mengirim pesan tadi pagi meminta doa agar diberi kelancaran dan kemenangan yang berkah. Dia sendiri tidak tahu Danu dimana sekarang sebab Beby sudah tidur karena pengaruh obat sejak pukul 9 malam. Setelah menerima laporan dari polisi, Beby segera beristirahat dan tidak ingin memikirkan apa-apa lagi, lalu bangun karena suara berisik di luar.
Ketika ia bangun pagi tadi, rumah sudah sangat sibuk, dan dia tidak diperbolehkan menyentuh apapun.
"Mbak Beby kalau mau apa-apa bilang aja! Bapak nggak izinin Mbak Beby bantu-bantu. Cukup istirahat dan memulihkan diri. Nanti ke TPS diantar Bowo atau Pram, biar nggak kecapekan motoran! Kan jauh TPS nya."
Beby akhirnya melongo dan gabut berat sehingga ia nyaris tertidur lagi usai pulang dari TPS. Beruntung, suara Danu segera membuat pikirannya siaga dan matanya terbuka.
"Belum jalan ke TPS?"
"Baru pulang juga ini, Pak." Beby menunjuk tas yang berada di meja ruang entah apa ini namanya. Di sini banyak sekali ruangan dengan satu atau dua set sofa lengkap. Atau kursi antik dari kayu yang sangat besar dan mengkilap. Jika Beby duduk disana, mungkin dia dikira bantal kursi.
Sejenak, Danu menatap Beby yang tampak gabut. Anak itu rebahan dengan ponsel di tangannya. "Kantor kamu libur hari ini?"
"Sebenarnya sih enggak, tapi banyak yang bolos, mengingat kampung halaman mereka jauh-jauh semua." Beby berpikir sejenak. "Anak-anak pabrik libur shift pagi saja, yang sore dan malam masuk, Pak."
"Rumah yang paling jauh mana? Em, bukan, yang paling dekat aja?"
Beby mengerutkan kening. "Mau safari pasca pileg apa gimana ini? Kalau mau merayakan kemenangan kan belum rekapitulasi, Pak?"
Danu terkekeh. "Bukan itu," tawanya masih terdengar jelas meski dia sedang berbicara. "Kalau dia mau, ajak kesini buat nemenin kamu di rumah. Kalau kamu yang keluar, aku nggak akan ngebolehin soalnya."
"Siapa nyang mau keluar emang, Pak?"
"Kamu kelihatan banget bosan di rumah!" Danu menatap rumahnya yang menurutnya sangat bagus dan klasik, tapi dimata anak muda, sepertinya semua ini tidak menarik sehingga Beby bosan sekali. Padahal, ruangan ini saja jika Beby suka dengan seni, bisa melihat lama-lama lukisan presiden ke 6 Republik ini. Lukisan yang sangat bagus dan menawan mata.
"Bapak bisa baca wajah orang?" Beby mendadak antusias dan berbinar menatap Danu. "Kok tahu aku bosan?"
Danu mungkin kelewat peka atau berusaha peka agar istri mudanya betah jadi istrinya seumur hidup.
Tapi Danu memilih tidak menjawab. "Telepon temanmu yang paling bisa dipercaya dan paling dekat, biar dijemput Bowo ke alamatnya."
"Hah? Apa?!" Beby histeris, makin mendekat ke arah Danu.
"Nanti bakal ada banyak orang kesini, dan kamu pasti tidak mau bertemu mereka, atau mereka akan banyak tanya soal kamu!" Danu mendorong kepala Beby yang sudah sangat dekat dengannya itu dengan telunjuk. "Kamu pasti tidak akan nyaman dengan tipe orang yang akan ada disini nanti."
Beby merengut karena tidak paham. "Berapa banyak sih, Pak? Seribu?"
Danu menangguk. "Bisa mencapai segitu, tapi mereka tidak datang bareng-bareng. Dan itu tidak hanya sehari saja, bisa sampai seminggu. Untuk hari ini, timsesku yang paham rekapitulasi pemilu akan menginap setidaknya seminggu, lalu laporan akan datang berkala, juga akan ada reporter yang berseliweran, pun tokoh-tokoh terkenal di wilayah ini akan berkunjung."
Beby mendongak sejak tadi. Mendengar begitu perhatian seperti anak kecil yang mendengarkan ayahnya bicara. Danu sedikit salah tingkah dan gugup dibuatnya sehingga ia menjeda ucapannya.
"Lalu?"
Danu menghela napas. "Pokoknya aku nggak mau kamu merasa ditinggalkan, sendirian, diabaikan, dan dipertanyakan oleh orang-orang itu."
Beby memanyunkan bibir karena kebiasaan. "Saya nggak merasa begitu, kok, Pak! Saya akan hadapi mereka dengan hati yang berani!"
Danu terkekeh melihat Beby begitu sok menepuk dadanya. "Mas Bupati juga penasaran sama kamu, bahkan dia undang kita ke acara privat di kediaman pribadi nya."
"Oh, saya mau, Pak! Mau banget!" Kapan lagi ketemu bupati gaul yang viral itu, kan? Beby suka sekali pada kontennya.
Lagi-lagi Danu dibuat melongo. Dia pikir, Beby akan sungkan dan patuh begitu saja. Tapi, anak ini benar-benar varian bar-bar diatas rata-rata.
"Nggak ada yang akan kamu temui nanti, karena aku benar-benar melarangmu keluar! Okey!"
Danu kenapa? Posesif? Atau malu punya istri muda? Polos dan bloon begini?
Danu menekan hidung Beby. "Saya takut kamu diincar pria lain, Beb!"
"Hah?" Beby ngelag. Danu lagi ngejokes kah? Lagi merayunya? Atau cemburu? Atau itu hanya alasan?
"Kamu kan hanya miliku seorang!"
Danu menarik Beby hingga badannya saling menempel.
"Bapak nggak salah minum obat, kan?" Beby masih syok dan belum bisa merespon apapun. "Yang minum obat saya, kok yang mabok Bapak?"
"Kan kamu yang bikin aku mabok begini?"
Beby menatap lekat Danu, lalu perlahan-lahan alisnya naik sebelah. "Bapak kenapa, sih?"
Danu melepaskan pelukan yang nyaris erat itu. Benar kan? Beby masih memasang dinding yang kokoh di antara mereka! Ini akan sudah di taklukkan. Ya ampun!
"Pak, ruangan Bilyard di belakang itu kepake nggak?" Beby bertanya kemudian, sebab Danu menghela napas terus-terusan. Danu kesal ya?
Danu menggeleng. "Pakai aja, ada room karakokenya juga, kok—"
"Boleh minta kuncinya?" Beby mengulurkan tangannya. "Kata orang, ruangan itu kuncinya ditangan Bapak, dan hanya dibuka oleh Bapak!"
Begitu kata penjaga rumah kemarin pas Beby berjalan ke bagian belakang. Ada ruangan kaca besar, isinya dua papan bilyard. Sekarang-sekarang ini, bilyard lagi tren, jadi Beby aji mumpung.
"Ikut saya! Ayo!" Danu menarik tangan Beby menuju backyard, dimana ruangan bilyard berada.
Begitu tiba, Danu membuka tutup smart lock door dan menyebutkan password sembari menyentuh angkanya.
"Masuk!" perintah Danu seraya membuka pintu kaca yang menghalangi mereka.
Beby melongo. "Kuncinya seperti itu ya, kirain kunci manual—hehe!"
Danu pun ikut tersenyum. "Ini bangunan baru, jadi pake sistem baru juga. Kalau rumah depan kan emang bangunan lama yang dipertahankan, cuma ditambah kolam ikan koi aja sejak saya tinggal disini."
Beby sibuk memandangi interior yang benar-benar elegan dan adem. "Koi itu umurnya udah 9 tahun, kan?"
"Iya, saya tinggal disini selama itu—"
Beby mengakhiri tour matanya, kemudian berlabuh ke Danu. "Bapak pisah rumah sejak saat itu?" telisik Beby peka.
Danu mengangguk.
"Wah, lama juga ya Bapak berantemnya sama Bu Mila?" Kening Danu berkerut dibuatnya. "Selama itu juga Bapak nggak dapat jatah dari Bu Mila?" terka Beby sembrono. Dia pikir siapa yang dia bercandain ini? Temen sekelas? Anggun? Atau Dewi yang LDM?
"M-m-maksudnya, jatah makan," kilah Beby, seketika membuang muka. Astaga, bibir ini kenapa sih kelepasan mulu?
"Nanti juga akan dapat dari kamu!" jawab Danu serius, sehingga Beby kaget dan menahan napas. "Sehari 3 kali, plus cemilan malam."
"4 kali dong? Nggak kerja emang?" Beby pun terbawa arus pikirannya sendiri.
"Kerja lah," ujar Danu seraya mendekat, bibirnya menahan senyum. "aku makan teratur, terjadwal di jam 6 pagi, setengah dua belas, jam 7 malam, dan extra buah untuk cemilan setelah makan malam."
Beby membeku di tempat. Pikirannya kemana-mana. "Itu—"
"Jadwal makan saya!" Danu tanpa memedulikan kepanikan Beby segera meninggalkan ruangan itu. Sebenarnya dia sibuk dan tegang, tapi ia tak pernah lupa kalau telah meninggalkan istrinya cukup lama. Jadi sedikit bersantai tidaklah masalah.
tetap semangat ya kak 🫰😘
gaya bahasa
cerita menarik tp knpa sepiii
terima kasih kak telah membuat novel yg bagus, ringannn tp enak di baca
tetap membuat karya karya terbaik ya thor🙏😍
novel istri muda pa dewan ttp di nt atau aplikasi lain thor🙏
yg buat salah anak kamu bersama Mila pa Broto 🤭
Akhirnya ketahuan ya bapak kandung Clara , tinggal bapak kandung candra dan cakra 😄
semoga Beby hamil kembar ya thor
agar ada kebahagian Danu punya anak kandung🙏