RAYYAN hanya memiliki satu tujuan: balas dendam.
Setelah kehilangan ayahnya, misi hidupnya menjadi jelas: menghancurkan musuhnya dengan cara yang paling menyakitkan. Rencana itu dimulai dengan menculik putri musuhnya, menjadikannya tawanan dan alat pembalasan.
Namun, tidak ada yang menyiapkan Rayyan untuk pergolakan emosional yang terjadi selanjutnya. Di balik rencana kejam itu, ia mulai melihat tawanannya bukan lagi sebagai objek, melainkan sebagai seorang wanita yang ia ingin lindungi. Kebencian yang selama ini menjadi kompas hidupnya kini harus bertarung melawan rasa cinta dan sayang yang tiba-tiba muncul.
Terperangkap antara dendam berdarah dan hasrat terlarang, Rayyan menghadapi dilema yang menghancurkan jiwa: Apakah ia akan menuntaskan pembalasan yang telah merenggut segalanya darinya, atau memilih cinta yang bisa membuatnya kehilangan dirinya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annavita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Rayyan mengambil sesuatu dari belakang punggungnya dengan gerakan cepat dan terukur, seperti seorang ahli senjata yang terlatih. Aira, yang sejak tadi sudah diliputi ketakutan, kini merasakan jantungnya seperti berhenti berdetak. Di hadapannya, Rayyan dengan dingin menodongkan sebuah pistol, tepat di keningnya.
Mata Aira membulat sempurna, ekspresi terkejut, takut, dan putus asa bercampur aduk menjadi satu. Ia tak menyangka, pria yang selama ini bersikap misterius dan mengintimidasi itu, ternyata menyimpan sisi gelap yang begitu mengerikan. Ia merasa seperti sedang berhadapan dengan seorang psikopat yang siap melakukan apa saja, bahkan membunuh, untuk mencapai tujuannya.
Aira tertegun, tubuhnya membeku, tak mampu bergerak atau mengeluarkan suara. Ia hanya bisa menatap nanar pistol yang mengarah ke kepalanya, menunggu saat-saat terakhir dalam hidupnya.
Sementara itu, Rayyan tersenyum penuh kemenangan, menikmati ekspresi ketakutan yang terpancar jelas dari wajah Aira. Baginya, pemandangan ini adalah puncak dari segala rencananya, momen di mana ia bisa melihat musuhnya tak berdaya di bawah kendalinya.
"Biar aku membantumu, Aira," ucap Rayyan dengan nada dingin yang menusuk tulang. "Kau ingin melukai dirimu, bukan? Aku akan membantumu. Bukan hanya luka kecil yang menyakitkan, tapi aku akan dengan senang hati membuatmu pergi dengan tenang."
Rayyan mengokang pistolnya, suara klik yang nyaring itu menggema di ruangan yang sunyi, semakin menambah kengerian yang dirasakan Aira. Air mata mulai mengalir deras di pipinya, bercampur dengan keringat dingin yang membasahi seluruh tubuhnya. Ia merasa seperti sedang berada di ambang kematian, tidak ada harapan untuk selamat.
"Jatuhkan botol itu," ancam Rayyan, suaranya tegas dan tanpa ampun. "Atau aku akan menarik pelatuk ini dan mengakhiri penderitaanmu sekarang juga."
Aira dengan gemetar menjatuhkan botol parfum yang masih berada di tangannya. Ia tidak ingin mati, ia masih ingin hidup, meskipun hidupnya penuh dengan kesedihan dan kesengsaraan. Ia masih berharap, suatu saat nanti, ia bisa menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam hidupnya.
Begitu botol itu jatuh ke lantai dengan suara yang memekakkan telinga, Rayyan kembali mengunci pistolnya. Aira seketika terkulai lemas, tubuhnya terasa seperti tanpa tulang. Ia membeku di tempatnya, tidak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
"Sebenarnya, apa maumu?" tanya Aira dengan suara lirih yang nyaris tak terdengar. Ia ingin tahu, apa yang sebenarnya ada di pikiran pria ini? Mengapa ia menculik dan menyiksanya? Apa dosa yang telah ia perbuat sehingga pantas mendapatkan perlakuan seperti ini?
Rayyan menyeringai sinis, tatapannya menusuk dan penuh dengan kebencian. "Membalas dendam," jawabnya dingin, tanpa sedikit pun rasa penyesalan.
Aira mengerutkan keningnya, bingung dengan jawaban Rayyan. Ia tidak mengerti, dendam apa yang dimaksud pria ini? Siapa yang ingin ia balas dendam?
Rayyan menoleh padanya dan menatapnya dengan sangat tajam. Ia menyeret paksa Aira dan menghempaskan nya ke atas ranjang. Aira begitu ketakutan, jeritan, isakkan dan tangis menggema dikamar itu.
Rayyan menjambaknya hingga wajah Aira mengadah keatas dan menghadap pada Rayyan yang menyeringai.
"sekarang kau bud*akku! Layani aku dengan sangat memuaskan, atau kau tahu sendiri apa yang akan aku perbuat jika kau melakukan kesalahan?!" ancam Rayyan, lalu menghempaskan kepala Aira hingga membuat penampilannya begitu berantakan.
Rayyan berbaring diranjang dengan menyenderkan punggungnya. Ia dengan santai menopang kepalanya dengan kedua telapak tangannya.
"lepaskan ikat pinggangku" ucapnya, membuat Aira begitu sakit menelan ludahnya.
Karna takut, Aira menuruti ucapannya. Ia melepaskan ikat pinggang Rayyan hingga membuat celananya sedikit melonggar.
"Lepaskan!!" bentaknya
Bersambung...
Dont give up💪